~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Jam dua dini hari Dimas terbangun, ia berlari ke kamar mandi untuk buang air besar.
Setelah menyelesaikan hajatnya ia kembali ke tempat tidurnya.
Dimas menoleh ke arah istrinya yang tidur membelakanginya. Serta tubuhnya sudah tidak tertutup selimut.
Pemandangan indah nampak di depan mata Dimas. Baju yang Tisya kenakan terangkat ke atas hingga memperlihatkan setengah payuda**nya.
Dimas segera menutupi tubuh Tisya dengan selimut kemudian ia kembali memejamkan matanya.
Bayang-bayang pemandangan yang indah tadi mengganggu pikirannya sehingga membuat Dimas sulit tidur.
Ia merasakan senjatanya sudah mulai bangun.
Dimas membuka matanya kemudian ia mendekatkan tubuhnya ke tubuh istrinya hingga tidak ada jarak.
Dimas melingkarkan tangannya di perut istrinya.
Perlahan namun pasti tangan Dimas mulai merangkak naik. Hingga akhirnya ia tiba di puncak gunung terindah.
Ia bermain-main di gunung itu, merem*s-rema* dan memainkan puncaknya dengan jari jempol dan telunjuknya.
Merasa kurang puas, Dimas merubah posisi tidur istrinya menjadi telentang. Ia mengangkat baju istrinya sehingga kedua gunungnya tampak jelas. Ia dibuat kagum dengan keindahan gunung itu.
Dimas mendekatkan kepalanya kemudian menyu*u layaknya anak kecil yang kehausan.
Tisya yang memang titisan kerbau ia tidak merasa terganggu dengan aktivitas suaminya. Ia masih terlelap bersama mimpi-mimpinya.
Keesokan harinya Tisya terbangun berlebih dahulu dari pada Dimas. Ia melihat jam yang ada di dinding menunjukkan pukul setengah lima. Ia segera membangunkan suaminya.
"Kak" Panggil Tisya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dimas.
Dimas membuka matanya dan Tisya langsung kembali ke kamarnya untuk persiapan sholat.
Setelah selesai sholat subuh Tisya langsung pergi ke dapur sedangkan Dimas kembali tertidur.
Tisya mengeluarkan beberapa bahan makanan lalu menyulapnya menjadi makanan yang lezat.
Tisya mencium aroma minyak wangi yang sangat ia kenal, tak lama kemudian ia merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya.
"Masak apa sayang?" Tanya Dimas.
"Ada sayur sop, ayam goreng, tempe goreng, sama sambal" Jawab Tisya.
"Enak banget keliatannya" Ucap Dimas.
Tisya melepas tangan Dimas yang ada di perutnya sebab itu membuatnya tidak bisa bergerak.
"Kakak tunggu di meja makan aja, takutnya nanti malah bau bawang" Ucap Tisya.
Dimas menuruti ucapan istrinya, sebab ia sudah mengenakan pakaian rapi.
"Kakak nanti pulang sore?" Tanya Tisya.
"Kayaknya iya, tapi semoga saja jalannya ga macet." Jawab Dimas.
Tisya menghidangkan hasil masakannya di atas meja makan kemudian mereka berdua menikmati makanannya bersama.
"Kakak tu sebenarnya males banget kalau ada acara pas hari minggu." Ucap Dimas
"Kenapa?" Tanya Tisya
"Ya harusnya hari minggu itu waktunya untuk keluarga." Jawab Dimas
"Tapi kan ga setiap minggu juga kan kak acaranya." Ucap Tisya.
Tisya merapikan dasi yang dikenakan suaminya kemudian ia mencium tangan suaminya.
"Aku ga nganterin sampai depan ya" Ucap Tisya
"Iya" Jawab Dimas, sebab Tisya hanya mengenakan baju yang ia pakai saat tidur semalam.
Setelah suaminya pergi Tisya langsung bergegas membersihkan peralatan masak serta dapur yang kotor.
.
.
Dimas di dalam mobil bersama Juan sekertarisnya. Dimas mengemudi mobilnya membelah jalanan kota yang sangat macet.
"Kenapa kamu ambil hari minggu sih?" Tanya Dimas.
"Maaf pak, tapi sekertaris Pak Yudha yang mengatur jadwalnya." Jawab Juan.
Setelah menempuh perjalanan hampie dua jam akhirnya mobil Dimas berhenti di depan hotel mewah.
Mereka disambut oleh seorang pegawai dan langsung diantar ke tempat meeting.
"Ini hotelnya Pak Yudha?" Tanya Dimas.
"Iya pak" Jawab Juan.
Setelah tiba di tempatnya, Dimas dan Juan masuk bersamaan.
"Selamat pagi" Ucap Dimas pada seorang wanita yang berdiri menyambut mereka.
"Pagi" Jawab wanita itu.
"Perkenalkan saya Stefi, sekertaris Pak Yudha." Ucap Stefi memperkenalkan diri.
"Silakan duduk"
Juan dan Dimas duduk di sofa yang sudah disediakan.
Tak selang waktu lama Yudha datang dan langsung menyambut mereka.
"Maaf Pak Dimas saya terlambat, biasalah hari minggu banyak jalan yang ditutup jadi harus muter jauh haha" Ucap Yudha.
"Tidak masalah pak, kamu juga baru datang" Jawab Dimas.
Kepribadian Dimas di rumah dan di kantor berbeda. Ketika di rumah ia menjadi sosok suami yang hangat namun ketika di kantor ia berubah menjadi direktur yang terkenal galak dan irit bicara.
Ia tidak suka berbasa-basi, baginya waktu sangat berharga. Apalagi sekarang sudah ada yang menunggunya di rumah.
"Kamu sampaikan semua pada Pak Yudha" Perintah Dimas
Dua jam telah berlalu dan meeting mereka telah selesai.
Stefi menghubungi karyawan bagian resto untuk membawa makanan ke ruangan itu.
"Pak Dimas ini siapanya almarhum Pak Surya?" Tanya Yudha.
"Saya cucunya." Jawab Dimas.
"Sudah menikah?" Tanya Yudha
Dimas menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Yah sayang sekali Stef, Pak Dimas ternyata udah nikah" Ucap Yudha pada Stefi.
Stefi langsung salah tingkah.
"Kalau saya belum pak" Ucap Juan
"Gimana Stef?" Tanya Yudha
"Jangan dibahas di sini lah pak, saya malu" Ucap Stefi.
Cukup lama mereka berbincang-bincang, akhirnya makanan yang mereka tunggu-tunggu tiba.
"Mari silahkan dinikmati Pak Dimas Pak Juan" Ucap Yudha
"Baik pak" Jawab Dimas.
Dimas hendak mengambil nasi namun sayangnya letaknya lumayan jauh. Baru saja ia mau berdiri namun tiba-tiba saja Stefi mengambil piring yang ada di depan Dimas.
"Maaf biarkan saya mengambil nasi sendiri." Ucap Dimas.
Dengan wajah kecewa Stefi mengembalikan piringnya kemudian ia duduk kembali.
"Saya aja" Juan memberikan piring kosongnya pada Stefi lalu Stefi mengisinya dengan satu porsi nasi.
Stefi sedikit kesal bercampur malu, akhirnya ia memilih untuk diam saja.
Setelah mereka menyelesaikan kegiatan makan siang, Juan dan Dimas langsung berpamitan untuk pulang.
"Stef antarkan mereka sampai bawah" Perintah Yudha
"Baik pak" Jawab Stefi.
Mereka bertiga berjalan beriringan dengan Stefi di samping Dimas.
Stefi mencoba untuk mengajak Dimas mengobrol namun Dimas hanya menjawabnya dengan sepatah kata saja.
"Kenapa istri Pak Dimas tidak ikut?" Tanya Stefi.
"Sibuk" Jawab Dimas.
Stefi kesal, ditambah lagi Juan yang banyak bertanya.
"Kamu sudah berapa lama jadi sekertaris Pak Yudha?" Tanya Juan.
"Baru dua bulan." Jawab Stefi.
"Baru banget dong" Ucap Juan
"Iya, tapi sebelumnya saya juga jadi sekertaris cukup lama" Jawab Stefi.
"Dimana?" Tanya Juan
"Ada lah di perusahaan besar" Jawab Stefi.
Tak terasa mereka sudah tiba di depan hotel. Dimas langsung melempar kunci mobilnya.
"Saya pak yang bawa?" Tanya Juan.
"Iya lah, enak banget kamu disopiri bos." Jawab Dimas.
"Hehe tapi saya takut pak bawa mobil bagus." Ucap Juan.
"Sama aja Juan." Ucap Dimas.
TBC
Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️ ❤️ ❤️ ❤️
Eh itu yang bakal jadi ulet bulu kok banyak ya... Stefi dan Jesica.
lama gak up