NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode dua puluh delapan

   Kaki ku sejak tadi menyentuh air laut, dinginnya benar benar terasa di antara sela sela jari. Aku menggulung celana ku agar tidak basah, Vana juga melakukan hal yang sama.

   dari kejauhan aku bisa melihat rumah kami yang berdiri gagah, mungkin sekitar seratus meter lagi kami baru sampai. Aku mendongak ke atas, melihat taburan bintang bintang yang ada di langit, malam ini langit terlihat bersih tanpa awan, bulan menggantung indah di atas sana.

Kami berjalan dalam diam, masing masing sibuk pada jalannya sendiri, ada begitu banyak kulit kulit kerang di pinggir pantai, belum lagi batu batu karang tajam yang siap melukai siapa saja jika tidak sengaja memijak nya. Lima menit berjalan akhirnya kami tiba di rumah, aku dan Vana berjalan bersisian lalu kami berpisah di pintu sebelah kanan yang biasanya kami lewati kalau mau ke meja makan. Vana harus lurus mengikuti lorong karena kamar anak perempuan berada di lantai satu, sementara kamarku berada di lantai dua.

" terimakasih sudah menemaniku malam ini um, kalau kau mau ikut lagi, kau bisa ikut setiap malam Sabtu." ucap Vana sambil menggerakkan tangan nya.

Aku mengangguk, melambaikan tangan ke arah Vana yang punggung nya sudah mulai menghilang di lorong, lampu lampu sepertinya sengaja di matikan saat malam, jarak pandang ku sedikit terbatas.

Sebelum aku menaiki tangga entah kenapa pandangan ku terfokus pada sesuatu di jalan setapak depan rumah, terlihat seseorang anak perempuan yang sedang membopong laki laki dewasa yang lebih besar darinya, sesekali anak perempuan itu berhenti memperbaiki posisi orang yang ia bopong.

Kakiku entah mengapa refleks berjalan mendekati mereka, aku tidak tau mengapa, tapi instingku mengatakan ada sesuatu yang gawat sedang terjadi.

" Kalian mau ke mana." tanyaku saat sudah dekat dengan mereka berdua.

" di...um." anak perempuan yang membopong laki laki dewasa itu ternyata adalah Nirmala.

" eh, kalian mau ke mana nir?" tanyaku.

Sebagai jawabannya Nirmala mengangkat satu tangan nya kepada ku, mengisyaratkan untuk tidak banyak bertanya dulu, ia berusaha mengatur nafasnya yang sejak tadi tidak beraturan.

Satu menit kemudian akhirnya nafas Nirmala sudah mulai teratur, ia menyeka peluh di dahi yang sejak tadi bercucuran.

" Aku mau membawa Abang ku ke pak mantri um, rumahnya ada di depan gang ini." ucap Nirmala menjelaskan singkat, ia sepertinya sedang terburu-buru sejak tadi, tapi langkahnya tidak memungkinkan untuk bergerak cepat.

Aku baru ingat, tadi Beta ada menyinggung tentang abangnya Nirmala yang tidak ikut melaut, sepertinya sakit abangnya Nirmala makin parah sampai ia harus di bawa malam malam ke rumah mantri.

" apakah aku boleh membantumu nir?" tanyaku yang segera di balas dengan anggukan oleh Nirmala.

" Baik, tunggu di sini sebentar, kau bisa menurunkan abangmu dulu." ucapku lalu segera berlari ke rumah lagi, percuma saja kalau kami harus membopong Abang Nirmala, karena beratnya mungkin dua kali lipat berat ku, belum lagi kami harus mendaki tanjakan tinggi nanti di depan rumah, benar benar akan merepotkan dan memakan banyak waktu. Aku tadi sempat melihat anak anak setelah makan malam ada yang bermain gerobak sodor, sebuah gerobak berbentuk persegi panjang yang mungkin bisa ku jadikan alternatif, mataku mencari ke sana kemari di mana anak anak menyimpan barang itu, sudut mataku akhirnya menemukan gerobak itu di samping pohon kelapa di dekat meja makan.

Aku segera membawa gerobak itu, Nirmala yang melihatku datang membawa gerobak mengangguk, ia akhirnya paham maksud ku. Aku dan Nirmala dengan hati hati mengangkat tubuh abangnya Nirmala ke dalam gerobak, aku menelan ludah, panas tubuhnya benar benar tinggi, aku seperti meletakkan tangan ku ke ceret air yang sedang di masak.

" Kau fokus memegang kendali di depan nir, biarkan aku yang mendorong dari belakang." ucapku memberi perintah, Nirmala hanya mengangguk lalu mulai ke depan gerobak dan memegang dua kayu yang menjadi pegangan gerobak, dari wajah Nirmala aku bisa melihat ada genting kecemasan di sana.

Aku mulai mendorong gerobak, Nirmala di depan mulai menuntun arah dan menyeimbangkan gerobak agar tidak terlalu miring yang ujung ujungnya bisa terbalik.

Dua ratus meter kemudian tanjakan di depan rumah sudah mulai terlihat, aku menelan ludah, ini akan sedikit sulit karena tingkat kemiringan tanjakan hampir lima puluh derajat dan sisi miring nya kurang lebih sepanjang seratus meter. Aku mengambil ancang ancang, tidak ada lagi kata mundur, abangnya Nirmala benar benar membutuhkan pertolongan malam ini. Aku mendorong gerobak sambil berlari sekuat tenaga, Nirmala yang berada di depan sedikit terkejut karena perubahan kelajuan yang signifikan, dia juga paham situasinya juga ikut menyalurkan tenaga untuk menarik gerobak dari depan.

Kami sudah hampir empat puluh meter mendaki tanjakan itu, kecepatan ku sudah berkurang sepertiganya, tingkat kemiringan yang tinggi serta landasan ancang ancang yang pendek benar benar menyulitkan kami, aku berusaha sekuat tenaga, kami harus tiba dengan segera.

Empat menit berselang akhirnya kami tiba di atas, kecepatan ku berkurang separuh, untung saja kami bisa mengatasinya. Kami berhenti sejenak, baik aku ataupun Nirmala sama sama kecapean, tapi kami harus segera bergegas, dengus nafas Abang Nirmala terdengar semakin lemah sejak kami mulai mendaki tadi.

kami sekarang berjalan turun, tidak masalah karena gerobak ini ada sistem pengereman yang di buat dari kayu dan di letakkan di ban nya di bagian belakang, aku bisa menggunakan kaki ku untuk sesekali mengaitkan rem nya agar kami tidak meluncur bebas. Tiga menit berlalu akhirnya kami sudah tiba di bawah turunan, sekarang kami harus berjalan sejauh lima ratus meter lagi melintasi sawah para warga untuk tiba di rumah mantri. Jalanan benar benar sepi, tidak ada penerangan apalagi orang yang lewat, sepertinya orang orang kelelahan setelah seharian beraktivitas, menyiapkan tenaga untuk kembali berkerja esok harinya.

Kami tiba di pertigaan jalan sepuluh menit kemudian, jalanan lenggang, hanya terlihat beberapa kendaraan saja yang melihat. kami menyebrangi jalanan, kemudian berbelok ke kiri melintasi bangunan bangunan dua lantai yang berdiri gagah, bangunan bangunan itu adalah toko toko yang menjual atau menyediakan barang barang yang berbeda, tapi saat ini sudah pada tutup. Di ujung bangunan terlihat bangunan tingkat tiga dengan cat berwarna putih, plang di depannya tertulis tempat praktek, serta nama mantri nya, hanya bangunan itu yang masih buka, ke sana lah kami membawa gerobak .

Kami berhenti persis di depan pintu kacanya, Nirmala segera berlari kedalam lalu beberapa detik kemudian keluar bersama dua orang berseragam putih, satu perempuan, dan satu lagi laki laki yang sambil membawa tempat tidur yang berjalan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!