🏆Juara 1 You Are A Writer 2024 Genre Pria🏆
Xiao Chen, seorang pendekar muda yang sejak kecil dihina karena lahir dari seorang ibu yang menikah secara tertutup dengan anggota Klan yang berseberangan.
Sebagai seorang anak laki-laki ia diperlakukan seperti anak perempuan di rumah keluarga besarnya di Klan Xiao. Ia mengikuti marga ibunya dan menjadi anak yang menyendiri sejak kecil.
Hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan, ruang penyimpanan rahasia keluarga Xiao terbuka saat ia sedang bertugas membersihkannya. Sebuah kekuatan ajaib memasuki tubuhnya, kekuatan gelap yang haus akan darah dan juga pertempuran.
Keadaan ini mengubah kepribadian Xiao Chen, membawanya ke petualangan bertemu dengan ayah kandungnya. Di saat itulah keajaiban lain terjadi, energi hitam di tubuh Xiao Chen menghilang dan menjadikan ia memiliki kesadaran untuk bertanggungjawab atas perbuatan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Misterius
Setelah beberapa saat berlalu Xiao Chen mulai sadar, pengaruh iblis hati di dalam dirinya juga perlahan menghilang, hanya ada perasaan linglung yang ia rasakan saat ini dan membuatnya ingin bangkit, meski dalam keadaan yang sangat menyedihkan ia berdiri dengan mengandalkan kemampuan fisiknya, sudah tidak ada lagi energi Qi yang bisa ia rasakan. Tubuhnya seperti cangkang kosong yang terluka, kesadarannya kembali dan segera ia merenung melihat kekacauan yang baru saja terjadi. Sepintas ia mengingat apa yang baru saja terjadi, pembunuhan dan pembantaian yang ia lakukan tervisualisasi dengan baik dalam ingatannya.
"Aarrgghh"
Xiao Chen mengaduh, lukanya terlalu parah. Pandangannya menyapu ke depan, menyaksikan seorang pria paruh baya terkapar dan terlihat sekarat. Kondisinya lebih memprihatinkan ketimbang dirinya, pedang hitam di sampingnya tertancap di tanah. Itu adalah Kai Chenlong, entah hidup atau mati Xiao Chen tidak mempedulikannya lagi. Baginya pertarungan ini telah berakhir, adapun lawan terakhirnya ia ragu jika orang tersebut masih selamat.
Xiao Chen melirik sekelilingnya, lalu menemukan pedang yang ia gunakan sebelumnya dan mengambilnya sebagai tumpuan ketika ia berjalan.
Dengan langkah tertatih, Xiao Chen meninggalkan area pertarungan menuju tempat tinggalnya. Dalam benaknya ia merasa jika dirinya juga takkan bisa bertahan hidup lagi, oleh karenanya tempat terbaik yang ia pikirkan adalah pusara makam ibunya. Xiao Chen adalah anak yang berbakti, sepanjang hidup ia hanya memiliki seorang ibu dan ketika wanita berharga itu sudah tiada maka Xiao Chen tidak lagi berkeinginan untuk melanjutkan hidupnya. Segera dengan langkah yang berat, darah semakin bercucuran dari tubuhnya namun tidak menghalangi tekadnya untuk tiba di makam Xiao Nie.
"Ibu, aku datang" ucap Xiao Chen dengan lirih, air matanya menetes.
Detik berikutnya tubuh Xiao Chen ambruk di pusara ibunya, segala rasa kebencian dan keputusasaan telah menghilang. Saat ini Xiao Chen sudah bersiap melepas hidupnya, Klan Xiao yang telah binasa dan orang-orang yang memusuhinya pun telah hancur.
Namun tidak lama setelah Xiao Chen ambruk di makam ibunya, kejadian aneh pun terjadi, sebuah cahaya kemerahan muncul di tempat pertempuran antara Xiao Chen melawan Kai Chenlong. Sesosok pria tua dengan pakaian compang-camping muncul di dekat tubuh Kai Chenlong, ia menggelengkan kepala lalu mengangkat ujung jarinya menembakkan energi spiritual ke dalam tubuh Kai Chenlong.
"Untungnya masih belum terlambat" gumam lelaki tua itu, guratan senyumnya terlihat menyeramkan.
Detik berikutnya sebuah kabut tipis menyelimuti tubuh Kai Chenlong dan pedang hitamnya yang sudah patah, lalu menghilang secara misterius bersama kepergian lelaki tua tadi.
Kini kediaman Klan Xiao telah hancur luluh lantah, meski beberapa pihak mengetahui adanya kejadian luar biasa di Klan Xiao namun tidak ada yang berani mendekatinya, mereka adalah orang-orang biasa yang tidak ingin terlibat dengan urusan para keluarga besar.
Hanya saja, beberapa saat kemudian dua orang lelaki dewasa datang dengan tergesa-gesa. Dengan dua ekor kuda perang yang perkasa, keduanya memasuki Klan Xiao dengan tatapan penuh kewaspadaan.
"Tuan, sepertinya kita terlambat" ucap Qin Chenyu kepada Ye Chen.
Ye Chen terus memindai area Klan Xiao, tidak ada jejak kehidupan yang dapat ia temukan. Sepanjang jalan dari pintu masuk hingga ke bangunan dalam Klan Xiao, hanya mayat yang tidak utuh yang terlihat. Ye Chen telah melewati banyak pertempuran di medan perang, sebagai dewa perang wilayah selatan ia tetap bergidik melihat gunungan mayat dan aliran sungai darah.
"Ini benar-benar sangat kejam" sahut Ye Chen menimpali ucapan bawahannya itu.
Qin Chenyu juga merasakan hal demikian, dengan pedang terhunus ia berjalan dengan penuh kehati-hatian. Menyisir setiap tempat yang sudah porak poranda untuk menemukan sebuah petunjuk.
Ye Chen pun demikian, setiap jengkal tidak luput dari perhatiannya. Dengan kekuatannya ia bisa melihat jelas meskipun itu adalah malam hari, seorang kultivator seperti Ye Chen sudah mengembangkan kemampuan indera spiritualnya lebih baik dari manusia biasa. Ia juga pendekar yang berada di ranah Pendekar bintang, memiliki kemampuan yang kuat dan bisa dikatakan setara dengan Zheng Haikuan.
"Tuan, saya belum menemukan petunjuk apapun" ujar Qin Chenyu dengan putus asa.
"Bukankah kamu mengatakan jika Xiao Nie dan putraku hidup dalam pengasingan?" ucap Ye Chen.
Qin Chenyu segera tercerahkan, ia jelas tahu akan hal itu. Berdasarkan penyelidikannya sebelumnya, Xiao Nie dan putranya tidak berada di bangunan utama Klan Xiao, itu berada jauh di bagian belakang yang dianggap sebagai lahan tidur yang tidak berkembang.
"Ya tuan, seharusnya itu terletak di belakang" jawab Qin Chenyu kemudian.
Qin Chenyu melangkah, diikuti oleh Ye Chen menuju arah belakang bangunan utama Klan Xiao. Mereka melewati bekas pertarungan antara Xiao Chen dan Kai Chenlong sebelumnya, menatapnya dengan ngeri dan beberapa kali bergumam dalam hati.
"Bagaimana mungkin ada kekuatan sebesar ini di Kota Xinjiang?" ucap Qin Chenyu yang tidak bisa menahan keterkejutan.
"Seharusnya ini jejak milik Kai Chenlong, hanya kultivator ranah keabadian yang bisa melakukan perusakan seperti ini" jawab Ye Chen, ia juga menjadi lebih waspada pada saat bersamaan.
Di sisi lain ia juga berpikiran tentang beberapa hal, bagaimana mungkin seluruh orang tewas di tempat ini. Tiba-tiba jantung Ye Chen berdetak keras, ia bisa merasakan jejak darah dan baunya yang begitu khas.
"Ini... Ini darah keturunanku" ucap Ye Chen, matanya melihat ke tanah.
Ye Chen begitu tersentak, jantungnya seperti baru saja ditusuk oleh ribuan jarum dingin. Ia yakin jika Xiao Nie benar-benar telah melahirkan darah dagingnya belasan tahun yang lalu.
Seketika Ye Chen menjadi emosional, dengan langkah cepat ia mengikuti bau darah yang menempel di tanah. Hingga akhirnya jejak itu membawanya ke sebuah pemakaman sederhana, sesosok tubuh pemuda penuh darah memeluk sebuah batu nisan sederhana.
Ye Chen hampir menggila sekali lagi, meski ia sudah menyiapkan mental namun melihat pemandangan di depannya membuat seluruh pertahanan dirinya runtuh.
Perjalanan Ye Chen dan orang kepercayaannya Qin Chenyu, berjalan tidak begitu lancar. Selama dalam perjalanan ke Xinjiang mereka mendapati beberapa gangguan kecil dari bandit jalanan yang berniat merampok mereka.
Kehidupan yang sulit di wilayah perbatasan membuat kelompok seperti ini tumbuh subur, kesenjangan ini juga yang dimanfaatkan dengan baik oleh Kai Chenlong melalui kelompok Xigua.
Ye Chen tidak menyangka jika pemuda yang tergeletak berlumuran darah tersebut adalah putranya, setelah memeriksanya dengan seksama dan berdasarkan kalung yang dikenakannya maka ia bisa menjamin bahwa itu adalah miliknya yang pernah ia berikan kepada Xiao Nie.
Ye Chen menghela napas panjang, ia tahu jika Xiao Chen mengalami luka yang sangat serius dan memiliki energi yang sangat sedikit untuk bertahan hidup. Ia memeluk tubuh putranya sambil berlinang air mata, tidak ada kejadian yang paling memilukan di medan perang selain melihat anggota keluarganya sendiri tewas dan terluka parah.
semoga sampai TAMAT....
tap....tappppl