Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANANDA 3
Sementara di sebuah rumah mewah. Seorang pria sangat marah luar biasa. Ia melempar dan menghajar seorang pria membabi-buta. Sedang di sana seorang wanita paruh baya meraung.
"Hentikan ... jangan kau pukuli dia!"
Plak! Satu tamparan keras didaratkan pria itu ke pipi sang wanita wanita yang melahirkannya. Diro menatap nyalang pada wanita itu, sedang sang pria sudah tak sadarkan diri.
"Apa salah Ama pada mama hingga kau sangat membencinya?" tanyanya tak habis pikir.
"Lima tahun aku mencarinya, dan malah kau menjegal semua pencarianku dengan membayar pria ini dengan tubuh busukmu!" lanjutnya jijik.
Dira menangis. Ia memang melakukan segala cara agar putranya tak menemukan istri dan putrinya itu.
Karena Diro tak memberinya uang, perlahan, semua perhiasan dijual untuk menyogok sang detektif. Ketika harta ditubuhnya habis. Ia pun menyodorkan tubuhnya.
"Mama hanya menyelamatkan mu dari wanita ular itu!" teriak Dira membela diri.
"Kau lah yang ular ma ... kau iblisnya di sini!" ujar Diro menghina ibunya.
Pria itu sudah tak tahan. Ia memiliki bukti kuat. Andai dulu ia rela memenjarakan sang ibu, mungkin anak dan istrinya sudah ditemukan.
"Aku akan menyeretmu ke penjara ma. Aku akan melaporkan dirimu atas kasus pembunuhan, penculikan atau apapun itu!" putus Diro.
"Kau ingin memenjarakan ibumu sendiri?!" teriak Dira tak percaya.
"Hanya untuk membela anak yatim dan anakmu yang perempuan itu?!" lanjutnya lagi.
"Azhar!" teriaknya.
Sosok pria bertubuh tegap menghampirinya. Azhar Idrus adalah asisten Diro. Ia membungkuk hormat.
"Seret dia dan kita bawa ke kantor polisi!" titah pria itu. "Dan laporkan detektif gadungan ini juga atas penipuan dan kerjasama dalam penculikan!"
Dibantu oleh beberapa pengawal pribadi Diro, Azhar pun membawa Dira yang memberontak dan berteriak.
"Dasar anak durhaka!"
Setelah kepergian ibu dan pria yang dihajarnya, tubuh Diro merosot ke lantai. Ia menangis dan meraung. Ia sudah putus asa akan kehidupan dua orang yang ia cintai. Semua jalan buntu, ia tak tahu harus mulai dari mana.
"Tuan!"
Azhar datang menghampir tuannya yang berada di lantai lalu memapah tuannya agar duduk di sofa.
"Tuan," panggilnya.
"Apa yang harus kulakukan Zhar?!" tanya Diro putus asa.
"Andai kita punya sebuah benda canggih yang bisa mencari tahu semua kejadian lima tahun lalu," lanjutnya.
Azhar diam. Ia pun ikut berpikir dengan alat itu. Selentingan ia pernah mengetahui ada benda canggih itu.
"BraveSmart ponsel!" tiba-tiba Azhar menyebut benda yang ia yakini canggih itu.
"Apa?" tanya Diro bingung.
"Tuan, anda bisa tahu kejadian lima tahun lalu dengan ponsel canggih itu!" ujar Azhar dengan antusias.
"Jangan bercanda, Zhar. Mana ada benda canggih yang bisa mengetahui hal seperti itu. Bahkan pihak kepolisian sampai sekarang belum menemukan hasil," sahut Diro tak percaya.
"Tuan, apa masih ingat dengan Tuan Adijaya yang beberapa bulan lalu berhasil membongkar kasus perampokan yang didalangi oleh adik sepupunya?"
Diro terdiam lama, lalu ia mengingat kejadian yang dikatakan oleh asisten pribadinya, ia pun mengangguk.
"Tuan Adijaya memakai ponsel itu untuk mencari tahu semuanya dan terbongkar, bahkan ponsel itu mengatakan kasus perampokan sudah ketiga kalinya terjadi pada Tuan Adijaya!' jelas Azhar.
"Kita harus cari di mana? Pasti harganya mahal dan juga pasti buatan luar negeri!" keluh Diro lagi.
"Memang harganya fantastis, tapi itu buatan Indonesia tuan!"
Diro menatap asistennya. Azhar meyakinkan tuannya.
"Baik lah, akan kubeli berapapun harganya!" ujarnya kemudian.
"Di mana kita beli alat itu?" tanyanya lagi.
"Di Hudoyo cyber tech!"
"Ah ... di sana?" Azhar mengangguk.
Mereka berdua akhirnya pergi ke perusahaan tersebut. Pria itu memandang bangunan besar dan sangat terjaga keamanannya.
"Selamat datang di PT Hudoyo Cyber Tech!" sambut salah seorang karyawati ketika membuka pintu loby.
Diro masuk bersama Azhar. Mereka berdua terpana dengan ruangan yang nyaman dan sangat mewah.
"Selamat siang tuan, ada yang bisa kami bantu?" tanya karyawati yang tadi membuka pintu loby.
"Saya ingin membeli BraveSmart ponsel!" jawab Diro langsung.
"Oh, silahkan ke bagian costumer servis, mari saya antar," ajak karyawati itu ramah.
Kedua pria itu berjalan mengikuti. Ketika karyawati itu membuka pintu. Mereka langsung disuguhkan sebuah ruangan yang sangat hangat dan nyaman.
"Selamat datang tuan, silahkan duduk!" ajak customer servis dengan ramah.
Keduanya pun duduk. Diro sangat terkesan dengan ruangan itu. Karyawan wanita tadi menyuguhkan teh dan kudapan ringan pada dua pria itu.
"Silahkan diminum, tuan!'
Pelayanan tamu adalah raja benar-benar dinikmati oleh Diro dan Azhar. Mungkin perusahaan ini yang menerapkan sistem kenyamanan pelanggan.
"Tolong, bisa jelaskan apa saja produk yang ditawarkan dari perusahaan ini?" pinta Diro langsung.
Gadis bernama Sulis itu pun menjelaskan secara detail. Ia juga membagikan flyer pada dua tamunya. Diro terkejut dengan semua barang yang ditawarkan oleh perusahaan ini.
"Jadi dengan pemasangan chip ini, data kita aman dari hacker yang mencuri data?" tanya Diro tak percaya.
"Benar tuan. Bahkan pihak Jepang juga bekerjasama dengan perusahaan ini semenjak belasan tahun lalu," jawab Sulis.
"Lalu bagaimana dengan BraveSmart ponsel?"
"Oh ponsel itu sudah tidak kami produksi lagi," jawab Sulis.
"Apa bagaimana bisa? Aku sangat membutuhkan benda itu!" teriak Diro tak terima.
Sulis sampai kaget mendengar teriakan Diro. Azhar sampai harus menenangkan atasannya itu.
"Maaf tuan, kami memang terpaksa menghentikan produksi ponsel tersebut dua tahun lalu untuk kestabilan negara," jawab Sulis dengan nada menyesal.
"Lalu bagaimana aku harus mencari anak dan istriku?" tanya Diro dengan sangat putus asa.
Sulis diam, ia bisa melihat bagaimana pria di depannya itu sangat terpukul dan menderita. Gadis itu tak dapat melakukan apa-apa.
Diro yang begitu putus asa karena bayangan istri dan anaknya. Ia pun langsung tak sadarkan diri. Hal itu membuat semua orang panik.
"Kita bawa tuan ini ke klinik kantor!" ujar Sulis lagi.
Diro dilarikan ke ruang klinik. Di sana Aini tengah praktek langsung menangani pria itu.
"Ada apa ini?" tanyanya.
"Tuan ini pingsan dok!" ujar salah satu karyawan.
Azhar yang ikut dengan tuannya pun menjelaskan secara rinci keadaan atasannya itu.
"Jika seperti itu, tuan ini harus dilarikan ke rumah sakit untuk pemeriksaan selanjutnya. Saya akan memberikan surat jalan agar langsung ditangani lebih cepat!" ujar Aini lagi.
Diro dilarikan ke rumah sakit. Pria itu langsung dibawa ke ruang ICU. Semua petugas medis bekerja secara profesional. Azhar menunggui atasannya dengan setia. Satu jam menunggu. Dokter pun keluar. Azhar langsung bertanya perihal keadaaan tuannya.
"Pasien ini mengalami stress berat dan nyaris depresi. Sebaiknya, pasien melakukan rawat inap dan diperiksa secara keseluruhan!"
"Lakukan yang terbaik, dok!" pinta Azhar.
"Oh ya, mau diletakan di ruang mana? VVIP atau biasa?"
"VVIP!"
Tak lama pria itu dibawa ke ruang perawatannya. Ketika tengah dibawa. Sosok nenek menatap rombongan pasien itu.
"Dia kenapa?" tanyanya.
"Tuan ini sakit nek," jawab perawat yang bersamanya.
Tubuh Diro yang berbaring dibawa masuk ke ruang perawatan tepat di sebelah ruang perawatan nenek itu.
"Oh ya nek, tadi Ananda minta apa?" tanya perawat.
"Tadi Ananda minta buah," jawab nenek.
bersambung.
Ketika manusia tak bisa mengelak takdir.
next?