Seorang perempuan yang selalu menunggu kedatangan lelaki tercintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan
Ting
Devan melihat ke arah haneponenya terdapat notifikasi dari Bima, untuk segera menemuinya malam ini. Tak lama Devan langsung menancap gas mobilnya lalu meninggalkan halaman rumah Lila.
Sesampainya di apartemen bima, Devan langsung menuju lantai kamar bima yang sudah sedari tadi menunggunya di sana.
Devan menekan bel dan pintu pun segera di buka oleh Bima.
"Kenapa muka Lo kayak gitu?" Tanya Devan kepada bima yang saat ini melihat muka bima yang sedikit di tekuk.
Bima tak menjawab dia langsung merebahkan dirinya di sofa lalu di ikuti oleh Devan.
"Sialan Lo, gue jadi sasaran si Amanda njirrr" ucap bima merasa kesal dengan apa yang terjadi berapa jam lalu.
"Kenapa tumben banget lo" heran Devan.
“Gila itu cewek asal nempel tahu nggak” adu Bima yang masih sangat kesal dengan tingkah Amanda kepada dirinya.
“Ngegas saja lo, coba ceritain dulu” Kesal Devan karena Bima tidak mau to the point kepada dirinya.
“Gila memang si Amanda baru ketemu sama gue di sudah berani megang pipi sama tangan gue, dan lbih parah lagi gue sengaja ngehidarin dia ke kamar mandi tapi dia malah nyamperin dan ngetok kamar mandi yang gue tempatin padahal itu kamar mandi punya pria, nggak habis pikir gue sama itu cewek” Bima mencritakan semuanya kepada Devan.
Devan yang mendengar cerita Bima langsung tertawa dengan sangat kencang.
“Kok lo ngetawain gue” sewot Bima.
“Tumben lo trauma sama cewek modelan amanda secara kan lo playboy tingkat akut”
“Se playboynya gue, gue juga ilfeel sama cewek modelan Amanda” ungkap Bima, memang Bima adalah cowok yang suka sekali mengganti pasangannya akan tetapi menurutnya jika dia yang menggoda perempuan tidak masalah tetapi jika sebaliknya Bima akan merasa geli sendiri apa lagi perempuannya secentil Amanda.
“Kocak sumpah lo tahu nggak gue aja sampe di buat darah tinggi sama sikap manja si Amanda” ungkap Devan yang sudah mengalami hal yang sama dengan Bima apalagi Devan sudah bertunangan dengan Amanda yang membuat keduanya sering bertemu.
“Coba kalo bukan karena gue bantuin lo dan Lila berduaan, gue nggak bakalan mau ketemu sama itu cewek lagi” ucap Bima penuh dengan penyesalan.
“Oke oke gue berterima kasih banget sudah sama lo” ucap Devan jika Bima tak menemui Amanda maka Devan tak bisa meluangkan waktu bersama Lila.
“Iyah sebagai teman yang baik lo juga harus bantuin gue buat cari cewek juga” pinta Bima.
“Tumben lo ngomong begitu, bukannya tanpa lo cari semua cewek sudah nempel sama lo”
“Gue sudah trauma dapet cewek kayak begituan terutama spek Amanda gue nggak mau lagi”
“Itu pelajaran buat lo makanya jangan mainin hati cewek lagi”
“Gue mau tobat saja mulai dari sekarang”
“Kenapa lo nggak sama si Indri” ucap Devan dengan asal.
“Gila aja yang ada gue malah berantem sama dia” Bima tak bisa membayangkan jika dia bersama dengan Indri yang ada Cuma perdebatan setiap harinya.
“Biasanya yang berantem kayak begitu berubah jadi cinta” ucap Devan.
“Kebanyakan nontom drama lo”
“Kita liat saja ntar”
Setelah perbincangan Devan dengan Bima akhirnya Devan memutuskan bahwa dirinya akan nginap di apartemen Bima.
.........
Keesokan harinya Devan langsung pulang ke rumahnya akan tetapi baru saja ia melangkahkan kakinya Johan sudah berada di depan pintu dan menatap tajam ke arahnya.
"Dari mana kamu Devan?" Tanya Johan dengan nada mengintimidasi.
"Bukan urusan papah" jawab Devan malas meladeni ucapan Johan ia segera meninggalkan Johan akan tetapi Devan berhenti ketika Johan mengucapkan kalimat
"Kamu harus pulang besok siang ke eropa papah sudah pesankan tiket pesawat untukmu dan papah tidak mau mendengar penolakan dari kamu"
Devan terkejut mendengar ucapan Johan.
"Aku belum seminggu pah di sini" bantah Devan.
"Tugas kamu di Indonesia sudah selesai jadi kamu harus segera pulang ke eropa" Johan yang tidak mau lagi mendengar penolakan dari Devan dia langsung pergi meninggalkan Devan.
Melihat keputusan papahnya Devan sangat kesal. Dia memikirkan bahwa dia masih ingin bertemu setiap harinya dengan Lila dan juga dia menghawatirkan Lila karena Lila mengetahui dia akan pulang seminggu lagi akan tetapi sekarang berbeda.
Ceklek
Devan yang melamun tiba-tiba di kejutkan oleh Talia yang sudah berada di dalam kamarnya.
"Sayang kamu udah siap buat pulang ke eropa besok?" Ucap Talia.
"Aku nggak mau mah, aku masih mau di Indonesia" Devan mengadu kepada mamahnya.
"Kamu yang sabar yah sayang papah kamu memang begitu" ucap Talia menenangkan Devan.
"Tapi aku mau nanya sama mamah?"
"Nanya apa sayang"
"Kok papah berubah sih mah?" Ucap bldevan yang menyadari ada perubahan dari papah" akhirnya Devan menanyakan hal yang membuat dirinya bingung atas tindakan yang di putuskan oleh Johan, tak biasanya Johan seperti ini dia selalu menuruti semua kemauan Devan akan tetapi semuanya berubah dari 2 tahan lalu.
"Nggak ada yang berani rubah sayang memang papah kamu kalau buat keputusan pasti nggak bisa di ganggu gugat" Talia tidak mau mengiyakan pertanyaan Devan karena ia hanya ingin dirinya saja yang merakasakannya jangan sampai berdampak ke anak semata wayangnya.
"Tapi aku ngerasa papah berubah mah" Devan masih kuat dengan pendiriannya.
"Nggak sayang ya sudah sekarang kamu siapin barang kamu buat besok siang" Talia mengalihkan pembicaraan Devan dan pamit pergi supaya Devan tidak menanyakan hal yang berkaitan dengan Johan.
..........
Kini Talia sudah berada di dalam kamarnya, lalu matanya tertuju kepada Johan yang sedang fokus dengan layar haneponenya.
Akhirnya Talia menghampiri Johan dan memegang tengkuk suaminya.
"Papah hari ini sibuk nggak?" Tanya talia.
"Nggak, ada apa mah" ucap Johan kemudian secara tiba-tiba mematikan layar haneponenya. Melihat gerakan suaminya semakin membuat Talia penasaran.
"Kita lunch bareng yuk mumpung hari ini papah belum ke kantor" ajak Talia karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama semenjak bisnis Johan semakin berkembang.
"Maaf mah papah ada janji sama teman untuk lunch juga, kapan kapan kita lunch bareng" ucap Johan.
"Besok papah nggak bisa nganterin Devan?" Kembali Talia melontarkan pertanyaan tentang Devan.
"Papah juga nggak bisa ada meeting besok" ucap Johan.
"Mamah juga ada arisan pah, trus Devan gimana"
"Mamah nggak usah pusing Devan sudah dewasa dia sudah mengerti tentang semua hal" nada suara Johan sedikit meninggi, Johan yang sudah tak mau berdebat dengan istrinya lalu Johan keluar dari kamar dan meninggalkan Talia sendirian.
"Benar apa yang aku firasatkan mas Johan berubah, tapi apa yang membuat dia berubah?" Talia masih bingung dengan sikap Johan yang sama sekali ia tak tahu asal muasal Johan berubah.