He'S Obsessed

...happy reading...

Ailen duduk bersama bundanya, keduanya mengobrol bersama seraya menonton tv. Awalnya ailen berniat untuk mengajak sang kekasih date di balkon, tetapi ketika dia hendak memanggil nya bundanya lebih dahulu memintanya kesini. Dan jess tengah berbincang bincang bersama ayah haikal dan juga arsen.

"Apa yang akan kau lakukan besok?" tanya bunda naya.

"Um, aku ada panggilan dari rumah sakit livia hospital. Mungkin aku kesana besok"

"Kau bekerja disana?"

"Belum secara resmi, aku belum menyetujui pekerjaan ini. Besok aku akan kesana dan mendengarnya langsung untuk meresmikan" jawab ailen dengan lembut. Sosok yang labil itu kini berubah menjadi sosok tegas, lembut, berwibawa juga rendah hati.

Bunda naya tersenyum bangga. "Bunda bangga dengan mu nak, sungguh. Kau sudah dewasa sekarang, rasa rasanya baru kemarin kami mengirim mu ke luar negeri" ungkap bunda naya.

Ailen balas anggukan, terkekeh kecil dan dia lihat siaran tv. "Sepulang dari sana, aku akan mengunjungi bang zen. Aku sudah lama tak melihat mereka, aku juga merindukan yuri".

Yuri adalah anak pertama zen yang kini berusia dua tahun. Satu tahun setelah kepergian nya ke london, zen menikah dan ailen ikut menyaksikan.

"Hm, kau benar. Bunda juga merindukan cucu bunda, tapi baru kemarin kami dari sana" sahut bunda naya. Kemarin dia sengaja menemui cucunya karena sudah lama mereka tak berkunjung.

Obrolan ringan berlanjut sampai jess selesai berbincang dengan haikal. Ailen spontan bangkit dan berpamitan pada bundanya.

"Bunda, aku ke atas dulu" pamit ailen di angguki bundanya.

Ailen menghampiri jess, menggandeng pria itu dan menariknya menuju lantai atas. Dia tak membatalkan niatnya untuk date di balkon lantai dua.

"Kemana kita sayang?" jess bertanya sembari celingak celinguk.

"Sstt.. Diem. Kamu ikut aku aja" ujar ailen.

Dia menarik kekasihnya ke ujung lantai dua, dimana balkon berada. Begitu sampai mata jess langsung terpukau melihat balkon yang tampak nyaman. Ailen menghiasnya tadi.

"Duduk sayang, aku mau date disini" suruh ailen.

Dua bean bag di siapkan dan mereka duduk disana. Dengan pemandangan langit malam yang tampak indah, bulan purnama yang begitu terang. Ailen mulai memasak mie yang sudah dia siapkan.

"Sayang, kamu panggang sosis sama kornet nya ya?" titah ailen lembut.

Mereka memasak dalam panci listrik dua tungku. Satu untuk memasak, yang satunya lagi untuk merebus atau menggoreng. Di sebelahnya jess mulai memanggang sosis yang sudah kekasihnya siapkan juga dengan bumbunya.

Ailen memasukkan bumbu mie kemudian menambahkan keju mozarella di atasnya. Sesekali jess memperhatikan ailen, sampai dia salfok pada rambut terurai gadis itu.

Dengan perhatian zen mengambil rambutnya, menatap sekeliling mencari sesuatu yang bisa di pakai dan dia mendapatkan pita pink. Segera dia mengikatnya supaya rambut ailen tak menghalangi nya makan.

"Terima kasih sayang" ucap ailen pada perhatian kekasihnya, dia tersentuh. Jess selalu bersikap lembut dan penuh perhatian, sangat berbanding terbalik dengan mantan kekasihnya dulu.

"Sebenarnya tak baik makan makanan seperti sebelum tidur, jangan sering sering makan seperti ini sayang" jelas ailen.

Mis yang tadi dia biarkan dan mulai memotong buah. Pisang, kiwi, apel, anggur dan naga. Lalu dia mencampur kan nya dengan yogurt.

"Sayang, pose!" jess berucap.

Ailen menoleh seketika tersenyum menunjukkan giginya. Jess baru saja memotret nya, tidak hanya sekali tapi sampai empat kali.

"Sudah matang sayang" ucap ailen.

Tok tok tok!

Mereka menoleh secara bersamaan dan terlihat arsen berdiri disana.

...****************...