valerie agtha colla yang harus mengulang hidupnya karena sebuah kesalahan dimasa lalu. penyesalan yang ia kira hanya untuk sementara nyatanya membuatnya terpuruk, hingga tuhan memberinya kesempatan untuk merubah jalan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilan sastia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 28
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"kita ngapain kesini?" tanya valerie sambil menatap gedung apartemen yang menjulang tinggi. Sepulang dari kampus axel langsung mengemudikan mobilnya menuju apartemennya tanpa memberitahukan pada valerie terlebih dahulu.
"keapartemen" jawab axel terus mengemudikan mobilnya hingga masuk kedalam basement parkiran khusus.
"ngapain?" tanya valerie lagi.
"sudah ikut saja" jawab axel lalu mematikan mesin mobilnya.
"yuk keluar" aja axel kemudian ia membuka sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil. lelaki itu memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk valerie.
"yuk" melihat wanita itu masih bengong axel membuka sabuk pengaman yang masih terpasang rapi dipinggang valerie.
"ada apa?" tanya axel menatap mata gadis itu. Belakangan ini valerie terlihat sering melamun dan tidak fokus.
"gak papa aku hanya rindu bunda" ucap valerie. Memang wanita itu tidaklah bohong ia sangat merindukan bundanya sudah hampir 2 minggu mereka pergi dan belum sekali pun ia mendapat kabar dari sana.
"nanti kita telepon bunda yah!" ucap axel mengelus kepala valerie lagi.
"sudah 2 minggu aku menunggu telepon dari bunda cel. Dan itu belum juga ada, jika aku yang menelpon ponselnya gak bisa nyambung" curhat valerie dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak jatuh.
"ya sudah nanti kita cari tahu. Oke!" ucap axel sembari membawa tubuh wanita itu kedalam pelukannya.
"kita masuk dulu" ajak axel setelah ia melepaskan pelukannya pada valerie. Gadis itu mengangguk lalu melepaskan tubuh axel.
Cup...
Axel mengecup kening gadis itu lalu kembali mengusap pucuk kepala valerie sebelum ia keluar dari mobil.
Axel mengulurkan tangannya dihadapan valerie dan dengan senang hati valerie menyambutnya dengan senyuman malu malu. Valerie hanya mengikutinya saja tanpa banyak bertanya lagi seperti tadi.
Ting...
Pintu lift terbuka dengan segera mereka masuk kedalam dan lift membawa mereka kelantai 18 dimana apartemen axel berada. Terus menggandeng tangan mungil valerie axel menyandarkan punggungnya kedinding lift dan terus menatap kearah valerie. Membuat wanita itu salah tingkah karena terus ditatap tanpa henti.
"ih, apa sih natap mulu" gadis itu berjinjit dan mengusap wajah axel menggunakan tangan kanannya karena tangan kirinya masih digenggam oleh axel.
"makanya jadi cewek jangan terlalu cantik gini. Bikin gemes" jawab axel menangkap tangan mungil valerie lalu mengecupnya beberapa kali membuat semburat merah diwajah valerie semakin menjadi.
Ting....
Pintu lift terbuka segera valerie menarik tangannya dan bergegas keluar meninggalkan axel yang masih menertawakan pipi gadisnya itu.
"ada apa?" tanya axel seketika valerie tiba tiba berhenti tanpa komando. Untung saja dirinya memiliki gerakkan yang gesit jika tidak sudah dipastikan jika ia akan menabrak tubuh mungil gadisnya.
"kamarnya yang mana?" tanya valerie.
"oh" ucap axel lalu lelaki itu menggandeng tangan valerie dan berjalan menuju dimana kamarnya berada.
Valerie mengerut saat ia mengintip axel yang sedang memasukkan kode sandi dipintu apartemennya. mata valerie membulat kala ia mengetahui ternyata passwordnya adalah tanggal tanggal lahir valerie.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"ini apartemen siapa?" tanya valerie saat pintu apartemen terbuka.
"apartemenku" jawab axel ia melepaskan tangan valerie lalu membuka sweeternya.
Mata valerie menelusuri setia sudut ruangan. Adem dan tentram tidak seperti kamar milik lelaki pada umumnya. Abu muda berpadu biru langit yang tenang membuat hati valerie nyaman karena itu merupakan warna kesukaannya. Langkah valerie terus berjalan menelusuri setiap perabot yang ada diruangan itu.
Apartemen itu memiliki satu kamar tidur dan ruang tamu. Ada juga ruang tengah menyambung langsung dengan dapur yang minimalis. Bersih dan rapi seperti bukan seorang lelaki yang tinggal.
Dan ada satu ruangan lagi valerie yang memiliki rasa penasaran yang tinggi langsung memeriksanya. Setelah membuka pintu dan terlihat berbagai alat musik disana tersimpan rapi.
Tangan valerie menyentuh satu persatu dari gitar ada beberapa buah. Dan ada lagi berbagai macam alat musik lainnya yang tak dilewati oleh tangan mungil valerie.
"apa kamu bisa memainkan salah satunya?" tanya axel yang sedang bersedekap dada, sambil menyandarkan bahunya di bingkai pintu ruang musik milik axel.
"em, nggak. G.. Aku gak bisa" jawab valerie kemudian wanita itu memutar badannya dan hendak keluar dari ruangan itu. Namun, dengan usilnya axel mengganggunya.
"ih, minggir cel aku mau lewat" rengek valerie karena axel terus bergerak saat valerie melangkah kekiri axel juga mengikutinya.
"yah, kalo mau lewat ya tinggal lewat aja kali" ucap axel sambil terkekeh.
"diem cel" valerie cemberut karena axel terus mengerjainya. Ayolah axel hati valerie tidak sekuat itu bahkan saat ini sudah meleleh habis tanpa sisa.
"axel!" pekik valerie karena axel terus mengikutinya dan tidak membiarkan wanita itu melewati pintu.
"iya sayang" jawab axel blush pipi valerie langsung merona.
"apaan sih" sentak valerie mendorong kesamping tubuh axel karena lelaki itu sedang tidak siap jadilah badannya terhuyung kesamping.
"jangan kasar kasar baby. KDRT ini mah namanya" ucap axel mengikuti valerie dari belakang.
Astaga mengapa lelaki itu secerewet ini namun, sayang hati valerie sangat senang. Ia bahagia sangat bahagia, kebahagiaan yang tak pernah ia dapatkan saat bersama kelvin dulu. Ia tak habis fikir dengan dirinya apa sebenarnya yang ia sukai dari kelvin dikehidupannya yang pertama. Tampan? jauh lebih tampan axel kemana mana. perlakuan tidak ada yang istimewa bahkan terkesan valerie yang mengemis. Lalu apa yang valerie cari dan menyia nyiakan lelaki sebaik axel.
Sejauh valerie mengenal axel, pria itu adalah pria yang baik dan nomor satunya sangat nyaman. Dia mampu mencintai dengan caranya sendiri.
Kruukkkk... Suara cacing berdemo terdengar berasal dari perut valerie. Astaga si4l mengapa bisa ia berbunyi diwaktu yang tidak tepat. Gerutu valerie membatin bahkan langkah wanita itu langsung terhenti.
"lapar?" valerie mengangguk lalu membuang padangannya kearah lain karena malu.
"bersih bersih gih dikamar sambil nunggu aku memesan makan" ucap axel.
"tapi aku gak bawah baju ganti. Cel" ucap valerie ia menaruh tas selempangnya diatas meja mini bar yang berada didepannya, lalu menarik kursi dan duduk disana.
"mommy sudah menyiapkan keperluanmu dikamar" mendengar ucapan axel valerie menoleh menatap lelaki itu yang sedang fokus dengan ponselnya. Mungkin sedang memesan makanan via online.
"mommy tahu kita akan kesini?" tanya valerie.
"ia sayang mommy mengisinkan dan kita akan tinggal disini untuk sementara waktu" jawab axel lalu lelaki itu menaruh ponselnya diatas meja dan ikut menarik kursi lalu duduk disamping valerie.
"mengapa?" tanya valerie lagi.
"ya.. Disini kampus lebih deket dan kantor juga deket. Jadi kita gak bolak balik lagi kerumah kan lumayan jauh juga" ucap axel kening valerie terangkat sebelah. Jauh dari mananya? Perasaan dari rumah kekampung hanya memerlukan waktu 25 menit kurang lebih kira kira.
"oh, ya sudah aku bersih bersih kalau gitu" ucap valerie lalu turun dan meninggalkan axel begitu saja.