Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Ah, sepertinya aku tidak akan pernah menikah!" ucap Zaza, yang bernama asli 'Eliza'.
"Mengapa seperti itu?" tanya Almira tak mengerti.
"Ya.. Itu karena kisah mu juga kisah Clara yang __"
"Za, kisah seseorang tak melulu pahit seperti kisahku.. Jadi __"
"Eliz, Arsen mengapa sampai sekarang belum kembali juga, ya??" pertanyaan Clara membuat Almira menghentikan ucapannya terlihat dari raut muka Clara yang cemas akan putranya itu.
"Eh, iya ya, Arsen belum kembali," ucap Eliza yang juga baru menyadari jika putra Clara belum juga kembali.
"Aku akan mencarinya dulu," ucap Clara seraya akan bangkit dari duduknya. Namun urung, karena Eliza mencegahnya.
"Kau di sini saja temani, Mia. Biar aku yang mencari bocah tengil itu!" ujarnya seraya bangkit dan berjalan ke luar ruangan.
"Clar.. Aku yakin putramu pasti baik-baik saja," ucap Almira menenangkan seraya menggenggam tangan Clara, membuat Clara terlihat menganggukkan kepalanya namun raut kekhawatiran masih tercetak jelas di wajahnya. "Oh iya, Clar!" panggil Almira lagi mencoba untuk mengalihkan perhatian ibu beranak satu itu. "Putramu sebenarnya Arsen atau Arsyana?" tanyanya seraya menunjuk ke arah sederetan huruf yang menghiasi kue ulang tahun putra Clara.
"Ah, itu... Nama lengkapnya Arsyana Firansyah, tapi dia lebih suka di panggil Arsen," jawab Clara.
"Ooh.." ucap Almira yang tak tahu lagi akan berucap apa.
Beberapa saat terdiam, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel dari tas kecil yang dibawa Almira.
"Ditto," gumam Almira kala melihat nama yang melakukan panggilan suara. "Clar, aku angkat telepon sebentar," ucapnya, yang di angguki oleh Clara.
"Halo Ditto, ada apa?"
("Al, aku terjebak macet nih. Bisakah kau menolongku untuk mengantarkan buket pesananku ke tempat lokasi acara? Aku tak tahu sampai kapan aku akan terjebak di sini, atau bahkan mungkin acaranya sudah kelar aku baru sampai. Tolong ya, Al.. Antarkan itu untukku.")
"Baiklah, kau share saja lokasinya. Nanti aku akan meminta Novi untuk mengantarkan."
("Baiklah, terima kasih banyak. Maaf merepotkan mu.")
"Ah kau ini, seperti pada siapa saja. Ya sudah, ya.. Aku akan menghubungi Novi."
("Oke, sekali lagi terima kasih.")
"Sama-sama."
Usai panggilan suara dengan Ditto terputus, Almira segera mencari nomor milik Novi pegawainya, untuk dimintai tolong.
"Eh, kebetulan sekali," ucap Almira saat nomor Novi justru menghubunginya terlebih dahulu.
"Halo Novi, saya__"
("Nona, saya izin pulang lebih awal, ya. Ibu saya masuk rumah sakit.")
Sebelum Almira menyelesaikan ucapannya, Novi disana sudah terlebih dahulu menyela.
"Ooh, oke," ucap Almira gelagapan.
("Terima kasih, Nona.")
"Eh, Novi!" serunya sebelum Novi memutuskan panggilan suara itu.
("Iya, Nona?")
"Bisakah kau mengantarkan.... Ah, tak apa. Kau pergilah, dan hati-hati di jalan," ucap Almira yang urung mengatakan permintaannya, karena sadar jika keadaan pegawainya itu lebih darurat.
("Baik Nona, terima kasih.")
"Bagaimana ini..." gumamnya yang merasa gelisah seraya menatap Clara yang juga masih terlihat gelisah dikarenakan putranya belum juga kembali.
Ragu-ragu Almira berjalan mendekati Clara dan duduk di tempatnya semula.
Dengan perasaan tak nyaman, Almira memberanikan diri untuk tetap mengucapkan apa yang saat ini mengganggu pikirannya, "Emm... Clar," panggilnya, yang membuat Clara langsung menatapnya. "Saya minta maaf sebelumnya.. Tapi aku harus mengatakan ini.."
"Ada apa, Mia? Katakanlah, jangan ragu," tutur Clara.
"Ini.. Apa. Emm... Sebenarnya aku merasa tak enak hati mengatakan ini.. Tapi aku harus mengatakannya."
"Katakanlah."
"Ada salah satu pelanggan ku yang memintaku untuk mengantarkan pesanannya.. Karena pelanggan ku itu tak bisa mengambilnya sendiri dikarenakan terjebak macet. Jadi__"
"Pergilah."
Hah??
"Iya.. Pergilah. Aku mengerti akan posisimu, jadi aku tak akan menahan mu," ucap Clara memperjelas ucapannya.
Mendengar itu, membuat Almira tersenyum. "Terima kasih Clara, kau sudah mengerti aku. Dan maaf, aku tak bisa turut serta merayakan ulang tahun putramu. Sampaikan juga maaf ku untuk putra mu dan juga Eliza, maaf karena tak bisa menunggu," ucapnya seraya memeluk Clara.
"Iya... Pergilah. Pelanggan mu itu pasti sudah menunggu kedatangan mu," ucap Clara seraya membalas pelukan Almira.
"Baiklah, aku pergi. Terima kasih."
***