Karena kedua orang tuanya penyuntik dana terbesar di kampusnya, Lexa pun menjalani masa pendidikannya dengan sesuka hatinya. Gadis yang memiliki nama lengkap Clara Lexa Viviana ini kerap sekali membuat ulah dan membuat kedua orang tuanya pusing menghadapinya. Karena tak tahan mendapatkan laporan terus menerus dari pihak kampus dan Orang-orang, kedua orang tua Lexa pun memilih menjodohkan Lexa dengan Elvin Zayyan Bagaskara yang tak lain ialah anak dari sahabatnya sekaligus dosen terkiller di kampus Lexa.
Elvin yang terlahir sebagai anak pertama memiliki watak yang keras dan tegas. Bahkan para adik dan keluarganya segan terhadapnya disebabkan dirinya yang sangat berwibawa dan dewasa. Selain berprofesi sebagai dosen, Elvin juga berprofesi sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Apakah Elvin mampu menghadapi Lexa yang terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya yang selalu di manja oleh keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
Cerita ini 100% Munir fiksi📌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Saat ini Lexa pun tiba di kediamannya bersama Amel, Sean, dan Monica. Setibanya di ruang tamu, Lexa mau pun Amel langsung menjatuhkan tubuhnya di sopa dan meletakkan barang bawaannya di lantai begitu saja. Kedua wanita itu terlihat mengatur nafas dan detak jantungnya yang tidak beraturan. Lexa meminta Bibi mengambil air dingin yang banyak untuk dirinya dan Amel. Sean dan Monica yang ikut duduk di sana tersenyum melihat dua orang yang seperti kehabisan nafas itu.
"Kenapa kakak senyum-senyum?" Tanya Lexa sembari menatap sinis Sean kakaknya.
"Nggak papa," jawab Sean tak ingin membuat adik kesayangannya itu semakin kesal.
"Ah, indahnya hari ini," ucap Monica tersenyum senang sembari merenggangkan tubuhnya. Lexa dan Amel hanya memperhatikannya dengan wajah datar seakan menyimpan dendam pada wanita yang berhasil membuat semua tubuh mereka remuk.
"Non, ini minumannya," ucap Bibi sembari meletakkan nampan minuman di atas meja.
"Makasih Bi," ucap Lexa segera menuangkan air es di teko ke gelas yang ada di sana. Lexa menuangkan air es itu hanya setengah gelas saja di dua gelas. Sisa air es nya langsung ia minum dari teko bersama Amel membuat Sean dan Monica yang melihat itu berdecak kesal.
Lexa dan Amel tersenyum puas sebab berhasil membalas Sean dan Monica. Kedua wanita itu menikmati air es di teko dengan ekspresi menggodanya seakan memperlihatkan pada Sean dan Monica bahwa mereka puas meminum semua es dingin itu
"Sayang, kok minumnya langsung dari teko sih?" Tanya Elvin yang baru saja masuk ke dalam dengan stelah jas yang ia kenakan pagi tadi.
"Nggak apa-apa Sayang, dari sumbernya langsung lebih segar," ucap Lexa tersenyum manja pada Elvin dengan mata yang sesekali melirik Monica yang tampak kesal melihatnya.
Elvin hanya tersenyum dengan gelengan pelan melihat tingkah Lexa yang seperti anak kecil. Amel yang melihat Elvin yang sangat perhatian dan sayang dengan Lexa terlihat tersenyum kecil dengan mata yang melirik Sean sesekali berharap pria itu bisa bersikap seperti Elvin padanya.
"Eh, semuanya sudah pulang," ucap Sandra tersenyum lembut dengan langkah yang semakin mendekat.
"Iya ni Ma," jawab Lexa dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya.
"Ini belanjaan siapa banyak sekali?" Tanya Sandra sembari memperhatikan paper bag yang berada di lantai.
"Itu punya kak Monica Tante," jawab Amel mewakili semuanya.
"Hm." Sandra mengangguk paham dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya.
"O iya, kalian cepat siap-siap, nanti malam kita ngumpul. Dan Monica, keluarga kamu sudah menunggu di ruang keluarga sayang. Mereka sampai siang tadi," ucap Diana sebelum pergi menemui keluarga dari suaminya itu.
Monica dan Lexa adalah sepupu jauh. Kakek mereka adalah abang beradik yang tidak sedarah. Kakek Monica adalah anak yang terlahir satu ibu dengan Kakek Lexa namun berbeda ayah. Keluarga Lexa dengan keluarga Monica sangat dekat di sebabkan di kampung mereka di penuhi keluarga besar mereka semua. Selain itu, keluarga Monica tinggal bersebelahan dengan kediaman kakek Lexa. Walaupun berbeda nasab, namun mereka tetap bersaudara layaknya saudara kandung hingga hubungan mereka sangat erat. Monica dan anak-anak Hendrik tumbuh bersama sebab itu mereka sangat akrab. Bahkan Hendrik dan Sandra sudah menganggap Monica seperti anak mereka sendiri hingga mau membantu keluarga Monica untuk membiayai pendidikannya di luar negeri.
"Mel, kau menginap saja ya, banyak kamar tamu yang kosong," ucap Lexa membuat Amel senangnya bukan main. Sean yang mendengar penuturan Lexa menahan kesal sebab Amel pasti akan terus menempel padanya dan membuat malamnya menjadi tidak tenang.
Karena tak ingin membuang waktu dan hari mulai memasuki waktu maghrib, semua orang yang berada di ruang tamu pun pergi ke kamarnya masing-masing dan membersihkan diri mereka. Seperti yang di katakan Sandra sebelumnya, Monica pun menemui keluarganya sebelum masuk ke kamarnya.
"Ma, Pa." Panggil Monica membuat kedua orang tua beserta adik-adiknya langsung menoleh padanya.
"Sayang," sahut Laila Mama Monica.
Wanita yang sebaya dengan Sandra itu bangkit dari duduknya lalu memeluk Monica dengan tangis harunya begitu pun dengan Monica yang membalas pelukannya. Sudah lama Monica tidak pulang dan ia sangat merindukannya. Bukan hanya Mama Monica saja yang seperti itu, namun Reno Papanya juga memeluknya dan memberikan kecupan kasih sayang. Kedua adiknya pun ikut memeluknya.
"Nak Papa Rindu," ucap Reno membuat Monica tersenyum dengan hati yang menghangat. Dia membalas pelukan papanya itu.
"Monica juga rindu Pa," ucap Monica dengan senyum tipisnya.
"Kakak," ucap adik-adiknya yang langsung memeluknya setelah papanya melepaskan pelukannya.
"Rizky, Abel," ucap Monica lalu memeluk kedua adiknya yang berusia 17 tahun dan 10 tahun. Dulu waktu ia pergi ke Amerika adik-adiknya itu masih terlihat sangat kecil tapi sekarang adiknya sudah besar.
Setelah puas melepaskan rindu, Monica pun berbicara sebentar dengan keluarganya. Mereka terlihat melepas rindu di sana sembari menikmati film kartu kesukaan adiknya. Monica terlihat tertawa terus menerus dengan keluarganya. Setelah merasa sedikit puas melepas rindu, Monica pun berpamitan pada kedua orang tuanya dan kedua adiknya untuk membersihkan dirinya.
Malam pun tiba, kali ini kediaman Hendrik bertambah ramai. Untung saja ruang makan di kediaman Hendrik sangat besar dengan meja panjang yang cukup untuk sepuluh orang lebih. Amel yang duduk di samping Lexa merasa jika dirinya sudah bergabung dengan keluarga besar Sean. Jika saja Amel boleh berandai, ia ingin saat ini resmi menjadi istri Sean.
Dentingan sendok dan suara-suara kecil memenuhi ruang makan besar itu. Semua orang menikmati makan malamnya dengan tenang sembari berbicara santai. Di sinilah saatnya Hendrik menjelaskan maksud dan tujuannya mengumpulkan semua orang malam ini. Semua orang memperhatikan Hendrik yang tengah berbicara.
"Jadi, pertemuan malam ini Papa ingin membicarakan niat baik Papa bersama Om Reno. Papa dan Reno sudah setuju untuk menikahkan Arsen dengan Monica," ucap Hendrik membuat semua orang terkejut kecuali para orang tua itu yang sudah tau perihal perjodohan ini. Arsen terlihat tenang mendengar hal itu berbeda hal nya dengan Monica yang syok hingga menjatuhkan sendoknya.
"Tapi kenapa Om? Kenapa Monica harus menikah dengan kak Sean, bukankah kami sepupu?" Tanya Monica seakan tengah menolak perjodohan itu secara halus.
"Nak, kamu dan Nak Arsen bisa menikah karena kalian tidak sedarah. Dalam islam boleh menikah dengan sepupu. Lagian kamu dan Nak Arsen sepupu jauh," ucap Reno dengan santai sembari menikmati makan malamnya.
"Tap-" Belum lagi Monica menyelesaikan ucapannya namun Laila sudah terlebih dahulu menyela ucapannya. Laila seakan tak membiarkan putrinya itu menolak perjodohan ini hingga tak memberi kesempatan pada Monica untuk berbicara.
Good Job thor🖤