NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk

Desa Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Efa Dan Sapi Penasaran Kembali Meneror. 1

1

Dan yang pasti, aku tidak melihat secara langsung karena saat itu perhatianku tertuju kebelakangku. Seperti ada yang mengikuti aku dan Efi. Karena di jalan tembusan baru itu selain ada ladang singkong, disana masih banyak semak-semak rimbun dan beberapa pohon kelapa menjulang tinggi.

“Plak!” suara itu langsung menarik perhatianku. Ku lihat Efi sudah memegang pipinya, matanya berkaca-kaca. Apa Ayu tadi menampar Efi? Pikirku. Ayu seketika itu pula berlari meninggalkan kami tanpa sekata apapun lagi.

Tatapan Efi bertemu dengan mataku, dia menahan tangis. Karena aku tidak tahu harus bagaimana, aku ga mau ikut campur urusan cewek. Jadi aku Cuma diam saja.

Efi meraih tanganku sambil berkata “tidak apa-apa, ayo pulang.” Dia tersenyum lemah untuk meyakinkanku.

Sepanjang perjalanan, kita diam seribu bahasa. Di depan rumahku sudah terlihat, tapi aku berencana mengantar Efi sampai rumahnya.

2

“Padahal dia yang mengingkari janji kami,” kata Efi saat di depan rumahnya. “tapi kenapa dia yang marah? Kenapa pula dia sampai harus memukulku?” matanya nanar menahan tangis.

“Aku juga tidak tahu, nanti aku coba tanya alasannya apa” jawabku.

Saat aku mencoba menghibur Efi, Pak Rawi keluar dari rumahnya. Melihat Efi yang menahan tangis dan pipinya memerah, dia langsung naik pitam. Salah sasaran pula.

Sambil meraih kerah seragamku dia bilang, “apa yang kau lakukan terhadap gadis kecilku, HAH?”

“Ehh, bukan pak. Bukan aku.” Jawabku.

“Jangan Buohuong!!! Kamu pasti.....” sebelum Pak Rawi selesai ngomong Efi memotongnya.

“Iya pak, bukan Riyono yang jahat sama aku.” Mendengar itu, Pak Rawi langsung berubah tatapanya. “Riyon Cuma mau menghiburku.”

“Maaf nak,” Pak Rawi terlihat menyesal. “Lalu, siapa yang membuatmu seperti ini nak.?” Tanyanya pada Efi.

Efi menjelaskan kejadian tadi.

“Nak Riyon, lebih baik kamu pulang dulu ya.” Kata Pak Rawi kepadaku. “Aku mau bicara sama Efi tanpa di ganggu orang lain.”

“Iya pak, kalau gitu aku permisi. Sampai besok di sekolah Ef.

Setelah itu, aku langsung pulang. Aku berinisiatif untuk mencari tahu duduk permasalahnya apa. Kenapa Ayu bisa semarah itu ke Efi, alasannya, dan motifnya. Walah kok jadi kayak novel detektif-detektifan sih?

Ok sir, kita lanjutkan investigasinya.

3

Aku menaruh tas, ganti baju,makan sesuatu di dapur. Karena rumah sepi, aku bebas keluar masuk rumahku sendiri. Hal pertama yang akan kulakukan adalah. Pertama, mencari Ayu sekarang dimana. Keduan bertanya alasan dan motifnya melakukan penamparan ke korban. Dan ketiga, mengungkap kebenarannya.

Aku menuju tempat kejadian tadi, mencoba mencari dimana Ayu sekarang berada. Aku memilih kesana lebih dulu karena tempat itu berdekatan dengan rumah tersangka.

Aku lihat Ayu sedang mengobrol dengan Bogel di gubuk kamarin. Tapi sepertinya, mereka menyadari akan kehadiranku, Ayu lantas beranjak pergi ke arah sekolah. Dan Bogel ke arahku, tapi dia melewatiku begitu saja tanpa sepatah katapun.

“Gel,” Sapaku, tapi dia tidak menghiraukanku. “Oi, gel. Sebentar denger dulu, kamu kenapa sih?”

“BERISIK, JANGAN GANGGU AKU.” Teriak dia. Mendengar itu aku mengurungkan niatku untuk bertanya sesuatu.

Baik, kejar Ayu saja. Pikirku.

Menjelang sore, aku menemukan Ayu di dekat masjid Al-barokah.

“Yu,” sapaku. “ada apa? Kenapa tadi pagi kamu marah sama Efi?”

“Sudahlah, kamu jangan ikut campur.” Jawab Ayu.

“Ayo lah, kamu cerita saja. Siapa tau aku bisa membantu.”

Tapi dia Cuma diam dan beranjak pergi. “Jangan ikuti aku!!” bentak dia saat aku mencoba mengejarnya.

Ok, mungkin si Ayu masih belum bisa befikir jernih. Aku coba besok saja bicaranya.

4

Keesokan harinya Efi sangat pendiam, berbeda dari yang biasanya dikarenakan hari itu ada murid baru. Ayu, ya Sri Rahayu. Dia murid pindahan itu.

Buset dah, bak anjing dan kucing. Mereka berdua saling melotot satu sama lain. Efi benar-benar merasa terganggu akan kehadiran Ayu, dan juga sebaliknya.

Saat istirahat sekolah, aku lihat bogel sedang sendirian di bawah pohon, aku menghampiri dia.

“Ayolah,” Kataku. “Aku tau kalau kami malam itu kita sudah keterlaluan. Aku minta maaf.”

“Baiklah, kau ku maafkan.” Jawabnya. “Tapi ada satu pertanyaan, dan kamu harus menjawabnya dengan sejujur-jujurnya.”

“Ok, ga masalah. Aku janji.”

“Kamu suka Efi?”

Astaga, pertanyaan macam apa ini? Suka? Tentu saja aku suka Efi, dan mereka semau teman-temanku.

“Ayolah, Gel. Aku suka Efi, iya benar, aku suka dia. Aku bahkan menyayanginya, malah.” Aku diam sejenak, karena aku lihat muka Bogel memerah dan penuh emosi. “Dengar dulu kawan, aku menyayangi Efi. Dan juga aku menyayangi kalian semua teman-temanku. Aku tidak membeda-bedakan. Aku mungkin kemarin, tidak. Kita mungkin kemarin sudah keterlaluan. Ok aku akui itu, tapi bukankah itu hal yang biasa bagi kita? Kita semua sudah terlalu sering bercanda, itu hal yang biasa bagi kita. Yang jadi poin enting dalam hal itu Gel. Dalam pertemanan, kita tidak boleh membawa perasaan."

“Maksudnya?” Tanya Bogel.

“Ya kita tidak perlu emosi saat salah satu dari kita menjahili kita, karena kadang pula, kita yang menjahili yang lain. Ya kan?”

“Iya juga, tapi. Yah sudah, kalian aku maafkan, aku juga minta maaf karena tidak menyapamu beberapa hari ini.”

“Ok, deal kita sudah baikan.” Dan kami berjabat tangan.

“Aku tanya sekali lagi, kamu suka sama Efi?” Bogel masih mengeyel.

“Kan sudah aku bilang...”

“Bukan itu, tapi rasa suka yang lebih.”

“Bogel, kawanku. Dengar baik-baik. Aku menyukai kalian termasuk Efi, menyayangi kalian termasuk juga Efi, sama tidak lebih.” Jawabku tegas.

“Baik, aku percaya.” Bogel diam sejenak. “Apa itu juga termasuk di dalamnya ada Ayu.?”

“Ya, dia juga termasuk.”

“Tapi, dia menampar Efi. Aku lihat dia...”

“Oh , jadi kamu yang menguntit kami kemarin.?”

“Iya.”

“kenapa?”

“Tidak, hanya saja..”

“Ok, aku mengerti. Kamu suka Efi kan?” pertanyaan Bogel tadi aku kembalikan ke dia.

“Iya, malam pas pramuka, aku kira kamu suka Efi. Jadi aku agak gimana gitu. Hehee maaf yon.”

“Cie cie ciee, ok Gel, aku mendukungmu.”

“Trims sobat.”

“Ok, sama-sama kawan. Nah karena masalah kita sudah selesai. Ada beberapa hal yang aku ingin tanyakan kepadamu.” Yos, detektif mode on.

“Apapun pertanyaanmu, sebisa mungkin aku jawab sejujur-jujurnya.”

“Baik, yang pertama. Apa yang kamu lakukan setelah melihat kami pergi meninggalkan Ayu. Kedua, apa saja yanng kamu bicarakan setelah aku mengantarkan Efi pulang. Ketiga, kenapa saat kamu melihat Efi di tampar, kamu hanya diam melihat saja dan tidak menghampiri kami. Sudah, silakan jawab ketiga pertanyaan tersebut.”

“Pertama, aku mempertanyakan apa alasan Ayu menampar Efi. Kedua, saat itu pas aku meminta penjelasan Ayu tentang pertanyaan pertamamu, kamu datang. Dan maaf, saat itu aku eneg lihat mukamu gara-gara kejadian malam pramuka dan cemburu buta. Aku langsung pergi karena muak. Ketiga, karena aku pikir sudah ada yang menjaga Efi – walaupun orang itu orang yang paling aku benci -. Aku merasa kalau Efi sudah ada yang melindungi, jadi aku sedikit tenang. Nah. Itu lah jawabannya.”

“Baik, pertanyaan berikutnya.”

“Katanya Cuma tiga tadi pertanyaanya?” Bogel sewot.

“Dengerin dulu kalau orang ngomong, baru komentar. Ah, lagi seru-serunya.”

“Seru-serunya?”

“Ah lupakan. Pertanyaan berikutnya, apakah kah kamu mau membantuku memecahkan masalah ini.? Masalah antara Ayu dan Efi. Misteri ini harus segera di pecahkan, apapun masalahnya.”

“Cara bicaramu hari ini aneh sekali Yon. Tapi, ok. Aku akan membantumu sebisaku.” Dan aliansi pun terbentuk. “Apa yang harus kita lakukan sekarang, sobat?”

“Cari Ayu dan tanyakan langsung akar permasalahannya.”

“Cuma itu?’

“Ya, mau apa lagi?”

“Aku kirain mau ngapain dulu kek, ngapa kek, tekek kek. Taunya malah langsung tanya ke tersangkanya. Kalau itu kan kamu sendirian bisa Yon.”

“Ya aku rasa, kalau berdua itu bisa memberi efek menekan lawan lebih berat lagi.”

“Masa lawan satu cewek aja harus dua cowok sih? Ga keren banget.”

“Sudahlah kawan, waktu sangat berharga, jangan menyia-nyiakannya. Langsung, sat-set gitu.” Aku pun langsung beranjak mencari Ayu. Bogel masih bengong belum bisa mencerna omonganku.

5

Ayu sedang di sungai kecil di pinggir rumahnya. Dia masih memakai seragam walau saat itu sudah sore.

“Sekarang bisa kamu ceritakan alasan kenapa kamu menampar Efi?” kataku dari belakang dia.

Dia tidak sadar kehadiranku dan Bogel. Sontak dia mau kabur. Tapi percuma, sekarang ada dua laki-laki menghalangi jalan larinya.

“Baik, dengar dan cam kan baik-baik.” Jawabnya ketus. “kemarin lusa, dia dan aku membuat janji untuk jalan pagi bersama. Tapi pas di hari yang di janjikan, jam yang disepakati dia memang datang.”

“Dia datang? Hari Minggi pagi kan? Aneh.” Kataku.

“Iya, aneh. Kalian orang-orang aneh. Efi dan aku jalan pagi menuju arah Wagir. Tapi di tengah perjalanan, dia meninggal kan aku.”

“Meninggalkan kamu? Kamu kan tinggal kejar balik.”

“Maksudku, entah lah. Aku tidak tahu mau cerita apa lagi ke kalian.”

“Kalau kamu tidak mau cerita,” kataku. “Mana tahu kami duduk masalahnya.”

“Kalau aku bercerita sejujurnya aku yakin kalian tidak akan percaya.”

“Sudahlah, cerita saja. Aku akan mendengarnya.” Jawabku.

“Anu.” Bogel menyela pembicaraan.

“Apa?” Jawabku ketus.

“Aku mules, ijin ritual dulu. Kamu bisa mendengar sendiri cerita Ayu kan? Nanti kamu cerita balik ke aku.”

“Ah kau ini, lagi seru-serunya. Udah sana, mau ngising aja laporan dulu.”

“Hehee.” Bogel pun berlalu pergi.

“Nah, sekarang ceritakan padaku.” Aku bicara kepada Ayu.

“Baik, tetapi mungkin ini tidak masuk akal buatmu. Tapi...”

“Ayu, dari awal kamu cerita. Ceritamu sudah tidak masuk akal.”

“Maksudmu?”

“Sudahlah ceritakan saja, nanti aku kasih tahu penjelasannya.”

Dia diam sejenak.

“Kemarin pagi, awalnya kita ketemuan di gerbang sekolah. Tapi Efi datang ke rumahku, dia membangunkan aku saat matahari sudah mulai tinggi. Dia bilang, karena aku tidak kunjung muncul, jadi dia menyusul kerumah.

Singkat cerita, kita berlari ke arah masjid, belok kiri. Kata Efi mau ke lapangan di Wagir, pokoknya aku Cuma mengikutinya saja.

Di kelurahan, kita belok lagi kekiri. Tidak ada 50meter selanjutnya, ada pohon bambu tumbang. Kami lewat bawahnya, karenanya kita harus merangkak.

Nah, saat merangkak itu, kakiku tersangkut sesuatu. Aku berusaha melepaskannya, dan dari sini aku mulai jengkel ke Efi. Dia bukanya membantu, dia malah melihatku saja tanpa melakukan apapun untuk menolongku.

Tanpa bicara lagi, tiba-tiba dia lanjut lari kedepan. Aku pun berteriak memanggilnya, tapi dia tidak peduli.

Nah, karena penasaran Kakiku menyangkut apaan. Aku menoleh kebelakang. Dan yang aku lihat.....”

Dia tidak melanjutkan ceritanya. Dia diam lama, matanya berkaca-kaca. Tubuhnya gemetaran hebat.

“Apa yang kamu lihat.?”

“Kain celana panjang ku, di injak oleh seekor sapi, aku ga tau dari mana datangnya sapi itu, tiba-tiba saja dia sudah disana, padahal tadi jelas-jelas aku tidak melihat hewan sama sekali.

Lama kelamaan, mata sapi itu melebar dan mulai menyala. Hingga menyala sangat terang seperti lampu mobil kuno, bewarna kekuningan.

Aku marah sama Efi, sepertinya dia tau ada sesuatu dibelakang kami ada apa. Tapi dia malah pergi duluan meninggalkan aku sendirian.” Ayu lantas menangis.

Itu bukan Efi, ya. Efi saat itu jelas-jelas menunggu Ayu di depan gerbang sekolah.

Benar, itu bukan Efi, tapi Efa. Dan sapi itu, sapi penasaran milik Pak Komat. Si sapi penasaran yang itu tuh.

“Ayu, aku juga mau cerita sesuatu. Tapi, kamu harus janji. Karena cerita ini akan aku ceritakan hanya kepadamu kalau kau mau berjanji. Dan kalaupun kamu sudah janji tapi kamu mengingkarinya, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana kepadamu.”

“Janji apa Yon?”

“Janji tidak menceritakan ceritaku kepada siapapun, apapun yang terjadi. Aku bisa percaya padamu kan?”

“Ya. Aku janji.”

Dan inilah pertamakali nya aku mengingkari janjiku pada ibuku.

Dan aku merasa bersalah kepada Ayu untuk menjaga janjinya. Padahal aku sendiri tidak bisa menjaga janjiku sendiri.

1
Mursidahamien
itu Efa
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gaes.
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁
Neo Kun
ayu baru muncul langsung meninggal 😭
Neo Kun
bagus. ceritanya nyeremin, tapi lucu, apalagi saat riyon kecirit. 😂
Neo Kun
duh ga bisa bayangin jadi si Roy 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!