Pernikahan Dini Bad Boy Tampan

Sambil menunggu kedua sahabat mereka Vian dan Gema pun tidur sejenak. Paling lama satu jam mereka harus tidur.

Satu jam kemudian dua mobil sport masuk ke dalam halaman luas kediaman Vian dan Fara.

"Hai Far, laki lo mana?" tanya Abi pada Fara yang sudah membukakan pintu untuk mereka.

"Masuk dulu Bi, Wa, duduk dulu. Mau minum apa? Mereka baru saja tidur tadi. Kalian sudah sarapan ?" tanya Fara yang mencoba untuk membuat kedua sahabat suaminya lebih rileks.

"Gue udah sarapan Far, gue pengen teh jasmine bikinan lo." ucap Abi

"Gue juga udah sarapan Far, lagian ini hampir saja jam makan siang."ucap Dewa terkekeh dengan tingkah Fara yang terlihat santai tapi sebenarnya dia juga sedang tegang dengan situasi saat ini.

Bagaimanapun dia dan yang lain juga tahu masalah apa yang sedang empat biang kerok sedang hadapi.

"Ya udah, lo mau minum apa? Nanti sekalian makan siang di sini. Udah lama juga kalian nggak ngumpul di sini." ucap Fara.

"Terserah lo aja lah Far, thanks ya..." ucap Abi diangguki Dewa.

Setelah sepeninggal Fara Abi dan Dewa masih sama-sama terdiam duduk di sofa ruang tamu rumah Vian.

"Mereka berdua baru tidur pagi, serumit itu mereka menemukan pelaku dari peristiwa Kanfa." ucap Dewa pada Abi.

Abi hanya menaikkan bahunya dan menghela nafas panjang.

"Entah mengapa perasaan gue nggak tenang gini Wa." ungkap Abi dengan jujur.

"Tapi, yang gue syukuri adalah Kanfa tidak terjerumus dengan jebakan mereka. Kehadiran Shanum adalah sebuah keberuntungan buat keluarga gue Wa. Kasihan dia yatim piatu, seperti Kiran dulu. Semoga Kanfa nggak kayak gue. Rasanya gue takut kalau Kanfa akan membuat kesalahan yang seperti gue lakuin dulu." ungkap Abi dengan menarik nafasnya dalam-dalam.

"Tenang lah ,gue yakin Kanfa akan lebih waspada dari kejadian ini dan semoga dengan ini, hubungan mereka tambah dekat dan keduanya bisa sama-sama menerima Pernikahan ini." ucap Dewa menenangkan hati sahabatnya itu.

Kedua orang yang di tunggu akhirnya bangun hampir di waktu makan siang. Beruntungnya hari ini adalah hari Sabtu jadi semua nya tak berangkat ke kantor. Selesai makan siang , keempat anggota inti dari Black Diamond itu pun menuju ruang kerja Vian.

Dengan perasan penasaran Abi dan dewa tak sabar untuk melihat siapa sebenarnya yang berani bermain-main dengan mereka.

Namun disisi lain, dirasakan Vian dan Gema tidak seperti itu. Yang ada mereka was was akan keadaan setelah tahu kalau siapa si pelaku sebenarnya dari kejadian itu.

"Ayolah, mau berapa lama lagi kita nunggu kalian kasih unjuk ke kita apa yang sebenarnya terjadi malam itu." ucap Dewa mendesak Vian dan Gema supaya cepat untuk memberitahu siapa dan bagaimana kejadian semalam.

"Kalian siap, Bismillahirrahmanirrahim.." ucap Gema mengundang decakan dari Abi dan Dewa dengan tingkah nya.

Akhirnya sebuah video di putar. Mereka melihat dari awal terlihat tenang. Namun lama-kelamaan terlihat Vian dan Gema gelisah dan Abi masih bersikap tenang. Sementara Dewa sudah mengepalkan tangannya menahan segala amarahnya dan dia pun mengeraskan rahangnya benar-benar emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Breng*ek !! Anj*n* !! Kenapa harus mereka !! Bi, kenapa harus dia Bi?!" teriak Dewa saat video itu sudah menampakkan dengan jelas siapa si pembuat onar yang sebenarnya.

"Tenanglah Wa, gue tahu lo kecewa. Tapi, Lo harus tenang." ucap Abi berusaha menenangkan sahabat nya itu yang kini sudah sangat emosi.

"Gimana gue bisa tenang Bi, apa yang dilakukan perempuan nggak tahu diri ini yang saat ini masih berstatus bini gue. Dia dengan tega meracuni otak anak gue. Dia menyeret Cyra ke arah yang salah. Anj*n* emang Dian !!" umpatan demi umpatan dilayangkan untuk mengumpat Dian yang sudah mengecewakan dirinya.

"Lebih baik kalian runding kan apa yang harus di lakukan untuk Dian sadar bahwa semua yang dia lakukan salah." ucap Vian mencoba untuk membuat ke dua sahabatnya tak semakin panas. Bahkan dia sudah melukai harga diri Dewa sahabat nya di depan teman-temannya.

Abi masih bingung kenapa Dian bisa bertindak gegabah seperti ini. Apa yang sebenarnya ada dalam otak nya sampai dia berbuat nekad seperti ini.

"Terus terang gue kecewa sama Dian Wa, gue juga nggak tahu kenapa dia bisa melakukan semua ini. Gue harap lo lebih bijak dan jangan terbawa emosi. Sebenarnya bisa saja gue bertindak jauh Wa. Tapi, gue masih hargai lo sebagai sahabat gue. Gue yakin lo bisa kasih tahu Dian baik-baik." ucap Abi pada Dewa.

Terlihat jelas kekecewaan yang mendalam di wajah Abi. Rasanya dia pun ingin berbuat tegas pada Dian tapi, dia masih memandang persahabatan dengan Dewa.

"Maafin gue Bi, ini salah gue juga yang nggak bisa bimbing istri. Gue balik dulu, thanks Bi..buat lo serahin masalah ini sama gue. Kelanjutan nya gue pastikan Cyra sama Dian nggak bakal ganggu Kanfa sama Shanum." ucap Dewa

"Lo jangan main tangan sama Dian atau sama Cyra. Kasih tahu dengan selembut nya."ucap Abi mengingatkan sang sahabat.

Dewa hanya mengangguk dan kemudian dia pun langsung melangkah pergi meninggalkan para sahabatnya di rumah Vian.

...----------------...

Dewa mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi. Dia bisa saja menahan amarahnya saat berada bersama para sahabatnya. Namun, rasanya kini tak bisa lagi dia bendung lagi.

Mobil mewah Dewa masuk ke dalam halaman rumah yang terbilang mewah milik Dewa dan Dian.

Dewa turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumahnya dengan dada yang bergemuruh karena menahan kemarahannya.

"DIAN..DIAN KAMU DIMANA!!"teriak Dewa saat masuk ke dalam rumah nya.

"Papi, kenapa teriak-teriak?" tanya Cyra pada Dewa yang baru masuk dalam rumah.

Apalagi saat ini Cyra melihat sosok Dewa yang tidak seperti biasa.

Biasanya Dewa begitu lembut jika bicara pada anak dan istrinya.Tapi, saat melihat sosok Dewa dengan wajah yang penuh amarah.

"Mami mu mana?!" tanya Dewa dengan nada yang terdengar lantang.

"Ma_mami di kamar pi. Papi kenapa ?" tanya Cyra dengan pandangan takut. Namun, ada rasa penasaran di hati Cyra saat melihat papinya yang tak biasa.

Tanpa menjawab pertanyaan Cyra, Dewa melangkah lebar menuju kamarnya.

Brak..

Pintu kamar itu di buka dengan kasar oleh Dewa. Dian yang sedang duduk di depan meja rias pun terkejut dengan tindakan Dewa.

"Pi, kamu apa-apaan sih..bikin kaget mami saja !" ucap Dian dengan kesal.

Dewa mendekat ke arah Dian dan memandang wajah istrinya dengan lekat.

Plak..

Tampar*n yang keras mendarat di pipi kiri Dian. Sakit, memang pastinya itu sangat sakit. Bagaimana tidak, wajah Dian sampai menoleh ke arah kanan.

Wajah Dian pun merah padam karena menahan rasa sakit dari perbuatan sang suami.

Bersambung