Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28.
Beberapa bulan kemudian, Arthur sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya, dan kakinya pun sudah mulai membaik, karena dia sudah bisa berjalan tanpa.bantuan tongkat lagi, walaupun masih terlihat pincang saat berjalan.
Dan tak terasa, Susan pun tinggal menghitung hari saja untuk menjalani operasi Cesar. Sebenarnya tak ada masalah dengan kandungannya, hanya saja dia merasa tak mampu untuk melahirkan secara normal, jadi dia memutuskan untuk melahirkan secara Cesar.
Arthur masih belum sempat untuk menghubungi Utami selama berada di Jakarta. Karena kesibukannya dan banyak yang harus dia tangani, karena Adrian sudah memberi semua kewenangan kepada Arthur.
Sampai saat ini, Alex masih terus berusaha mendekati Lidya, walaupun pernyataan cintanya sudah beberapa kali di tolak, tapi dia tak mau menyerah, dia masih berharap Lidya mau menerima pernyataan cintanya, walaupun dia sadar bahwa Lidya masih memiliki seorang suami.
"Lidya...apa kamu nggak merindukan kasih sayang seorang suami?" Tanya Alex yang datang untuk makan siang di warung Lidya.
Kini Lidya sudah memiliki karyawan yang membantunya di warung.
"Ehm...saya kan disibukkan dengan kegiatan di warung dan juga mengasuh putra saya, jadi nggak terlalu merindukan, hanya saja, saat malam tiba, saya hanya berduaan dengan anak saya di dalam kamar, terkadang kepikiran tentang suami, itu aja sih." Jawab Lidya.
"Maaf, aku tanya lagi, apa suami mu nggak pernah menghubungimu? Atau kamu nggak pernah menghubungi suamimu?" Tanya Alex penasaran.
Lidya langsung menatap nanar ke arah Alex, kemudian menggantinya dengan menatap lurus ke depan.
"Entah lah pak, saya ingin menghubunginya tapi dia berkata , tunggu dia yang menghubungi saya, makanya saya nggak pernah duluan menghubunginya, walaupun hanya sebuah chat." Ujar Lidya.
"Lidya...bisa nggak sih, kamu memanggilku dengan panggilan Mas aja? Rasanya aku terlalu tua jika kamu memanggilku dengan sebutan Pak, hehehe..." Ucap Alex yang mengalihkan pembicaraan, agar Lidya tak merasa sedih.
"Lha...kan emang sudah tua...usia anda dengan saya saja terpaut 7 tahunan, hehe..." Ledek Lidya.
"Hem...nggak tua - tua amat kali." Ucap Alex memanyunkan bibirnya.
"Lidya, mau nggak kamu ikut ke rumahku, aku ingin mengenalkan mu kepada papaku." Ujar Alex
"Iih...untuk apa mas? Nggak ah, lagian saya nggak punya kepentingan juga datang ke rumah Mas Alex apalagi untuk bertemu dengan papamya Mas Alex." Ucap Lidya.
"Ehm...sebentar aja...plis...soalnya selama ini aku belum pernah membawa seorang wanita ke rumahku untuk kukenalkan kepada papa, dan papa selalu bertanya tentang wanita kepadaku, dia berharap aku segera mendapatkan jodoh, karena menurutnya beliau sudah tua, dan beliau ingin melihatku berhubungan dengan wanita baik - baik." Tutur Alex.
"Kan Mas bisa mencari wanita lain, kenapa harus saya?" Tanya Lidya.
"Karena hanya denganmu aku bisa nyaman, karena setiap aku berada di dekatmu, perasaanku begitu tenang, mungkin itu karena kamu adalah wanita yang baik, sehingga orang lain yang berada di dekatmu pun bisa merasakan ketenangan." Tutur Alex.
"Iih...Mas Alex gombal." Ucap Lidya tersenyum dan tersipu malu
"Tu kan...tu kan...nyaman banget lho, apalagi saat kamu manggil aku dengan sebutan Mas Alex, rasanya tuh langsung nyeeess sampai ke hati dan ke jantung." Ujar Alex gombal sembari mengembangkan senyumnya dan mengelus dadanya.
"Udah ah mas gombalnya, nanti lama - lama saya bisa terbang sampai ke awan." Ucap Lidya.
"Aduuuh...jangan dong, kalau kamu terbang sampai ke awan, ntar kita nggak bisa ketemu lagi dong, aku nggak bisa lihat kamu lagi, trus kalau nggak lihat kamu, gimana nanti aku bisa merasa nyaman dan tenang? Mau ya...aku kenalin ke papaku." Rayuan Alex walaupun receh, tapi mampu membuat Lidya kembali terispu malu untuk kesekian kalinya.
"Ya udah, iya nanti kenalin dengan papanya Mas Alex, dari pada dengerin Mas ngegombal terus, mending aku iyain aja deh maunya Mas Alex." Ujar Lidya sembari tersenyum.
"Naah...gitu dong, eehhmm...gemes kan aku jadinya." Ujar Alex sembari mencubit pipi Lidya.
"Aduuuhh...sakit tau mas." Lidya mengelus - elus pipinya yang baru saja di cubiti oleh Alex karena terlalu gemes melihat tingkahnya.
"Yeyy...makasih ya Lidya." Ucap Alex kegirangan, karena Lidya bersedia untuk di bawa ke rumahnya dan di kenalkan kepada papanya, Adrian.
******
Kini hidup Arthur dipenuhi dengan kesibukan, bahkan di saat Susan berada di ruang operasi, dia tak datang karena memang sudah ada janji dengan investor asing dan sedang berada di luar negeri.
Yang menemani Susan di rumah sakit hanya Aruna dan kedua orang tua Susan.
Setelah menunggu beberapa saat, dokter pun sudah selesai menangani operasi Cesar Susan, bayinya perempuan, yang sangat cantik, kulitnya putih dan hidung mancung, bayi Susan adalah cucu pertama dari kedua orang tuanya.
Mereka sangat bahagia.
Setelah di pindah ke ruang perawatan, Susan melakukan panggilan video kepada Arthur karena ingin mengabarkan perihal dirinya dan putri cantik mereka, tapi sayang Arthur tak menyambut panggilan video tersebut, karena sedang meeting dengan rekan kerjanya.
Susan merasa sedih, karena Arthur tak ada di sisinya saat dia menjalani operasi untuk mengeluarkan buah hati mereka.
Untuk pertama kalinya, Lidya mau di ajak untuk keluar bersama Alex, dia membawa Lidya ke rumah sakit untuk menjenguk Susan, setelah itu barulah dia akan membawa Lidya ke rumahnya.
"Hai Susan...gimana kabarmu? Mana keponakan cantik ku?" Tanya Alex.
"Di sedang di mandikan oleh suster kak." Jawab Susan dan Alex pun mengangguk.
"Oh ya, ini kenalin namanya Lidya." Ujar Alex mengenalkan Lidya kepada Susan dan Lidya pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Susan.
"Cantik banget kak, siapa nih? Calon kakak iparku ya? hehe..." Tanya Susan.
"Ehm...maunya sih gitu, tapi ya tergantung dia sih, hehe..." Sahut Alex, dan dia mendapatkan lirikan yang tajam dari Lidya.
Setelah beberapa saat berada di rumah sakit, Alex pun mengajak Susan ke rumahnya.
Di perjalanan menuju ke rumahnya, Alex tak henti - hentinya menatap ke arah Lidya.
Mata Lidya sempat bertatapan dengan mata Alex, tapi sesaat kemudian dia pun langsung berpaling.
Setelah 15 menit di perjalanan, sang driver pun memarkirkan mobil Alex di halaman rumahnya.
Untuk yang kedua kalinya, Lidya kembali ke rumah Alex.
Tiba - tiba setelah berada di depan pintu, dia teringat dengan Alex yang memperkosanya setelah pulang dari rumah Alex.
Lidya pun mundur dan berbalik kemudian segera berlari dan ingin keluar dari halaman rumah yang luas itu.
Alex mengejarnya, Alex tak mengerti mengapa Lidya seperti itu. Dia pun meraih dengan cepat lengan Utami dan langsung memeluknya sebelum Lidya benar - benar keluar dari halaman rumahnya.
"Lidya, kamu kenapa?" Tanya Alex sembari mengeratkan pelukannya karena Lidya terus berontak ingin lepas dari pelukan Alex.
"Lepasin saya mas...tolong lepasin saya." Ucap Lidya.
"Nggak mau, aku nggak mau ngelepasin kamu sebelum kamu tenang dan cerita ke aku, ada apa denganmu?" Sahut Alex.