Cerita Di Balik SERAGAM SMA

Keesokan paginya

Elvin terlihat lesu, seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.

"Di tekuk aja itu muka. Kenapa? gak suka sama permintaan mommy?" celutuk mommy melihat putranya tidak bersemangat saat sarapan.

"Nggak mom"

"Baguslah. Pulang sekolah nanti jangan ke mana-mana! langsung pulang, soalnya grandma mau datang. Kasian kan kalau cucunya gak ada saat di datang. Jangan kelayapan, awas kamu!!"

"Iya mom, iya" Elvin pasrah saja. Ia sudah tidak bisa membantah.

Sedangkan daddy hanya diam tanpa menolong putranya. Ia bahkan sangat ingin tertawa melihat El yang tertekan.

Setelah selesai sarapan, Elvin pamit. Begitupun dengan daddy yang akan berangkat kerja. El membawa motornya dengan sangat kencang sehingga ia lebih cepat sampai di sekolah.

Baru saja ia membuka helmnya setelah memarkirkan motornya, sudah ada Rosa yang menyambutnya.

"Oh astaga El, Lo udah masuk sekolah? Lo udah sembuh? Lo sakit apa sih sebenarnya" Rosa menampilkan wajah khawatir seraya memegang lengan Elvin. Apalagi melihat wajah lesunya.

Elvin berdecak kesal. Ia tidak memperdulikan Rosa yang memegang tangannya. Terlalu malas meladeni wanita centil itu.

"Ckkk..."

Elvin tidak menyingkirkan tangan Rosa dan membiarkannya saja. Entah apa yang terjadi dengan pikirannya saat ini. Ia berjalan ke kelasnya dengan Rosa yang tersenyum bahagia karena El tidak marah.

Ani dan Rani bertepuk tangan karena sahabat mereka berhasil menaklukan hati Elvin. Mereka mengangkat jempolnya ke arah Rosa.

Sesampainya di dalam kelas, teman sekelas Elvin terdiam melihatnya yang datang dengan Rosa. Apalagi Rosa yang memegang tangannya. Bahkan Felix sampai menganga melihatnya karena saking tidak percaya.

"Ngapain kalian liat kita kayak gitu? kayak liat hantu aja" Rosa tidak suka melihat raut wajah teman-temannya.

Mendengar itu, mereka kembali melakukan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Berbeda dengan Felix yang masih menatap kedua-nya.

"Lo sadar siapa yang nempel di lengan Lo, El?" tanya Felix.

Elvin tidak menjawab. Ia melirik Rosa yang tersenyum kearahnya, lalu melepaskan tangannya dari pegangan Rosa seraya menatapnya tajam.

Rosa jadi ciut di tatap seperti itu. Dengan berat hati ia melepasnya. Walaupun begitu ia tetap senang karena bisa memegang Elvin. Mencium tangannya yang meninggalkan jejak parfum Elvin. Sungguh kebahagiaan tiada tara.

Gue yakin El bakal kepincut sama gue. Sebentar lagi____ Rosa masih senyum-senyum sendiri seraya berjalan ke tempat duduknya.

"Lo sakit?" tanya Felix saat Elvin sudah duduk di sebelahnya.

"Nggak" Elvin menelungkup wajahnya di atas meja.

"Terus kenapa lo lesu gitu?"

"Tidak apa-apa. Gua hanya tidak bersemangat"

"Oh ya, malam ini ada balapan. Lo mau ikut?"

Elvin langsung menegakkan badannya. "Ada bayarannya?"

"Pastilah"

"Kalau gue mau ikut balapan, bisa?" rasanya ia jadi rindu balapan motor semenjak berada di sini. Padahal di negara K itu adalah hoby nya.

"Ntar deh gue tanya anak-anak, apa lo bisa ikut. Soalnya Lo gak termasuk dalam tim kami jadi gue harus tanya mereka dulu"

"Oke, gue tunggu kabar dari lo"

"Oke. Nanti Queen bakal ikut balapan gak ya? soalnya dia kan habis kena tembak" Felix mengingat Queen saat berada di Inggris.

"Gue rasa enggak. Jahitannya aja belum kering"

"Tapi bisa aja, siapa tahu dia bandel"

"Terserah dia sih itu"

"Kalau Queen gak pergi, gue punya kesempatan buat menang nih. Apabila Hayden juga udah gak ada"

Felix merasa memiliki kesempatan untuk menang, sebab ratu balapan tidak akan datang begitupun dengan lawan seimbang Queen yaitu Hayden yang pastinya tidak akan hadir sebab berada di Inggris.

"Hmm" Elvin sudah malas untuk berbicara lagi, sedangkan Felix berdecak kesal karena respon Elvin.

Tak berselang lama guru pun masuk dan memulai proses pembelajaran.

**

Waktu istirahat tiba. Semua murid pergi ke kantin. Elvin dan Felix duduk di salah satu meja dan ternyata bersebelahan dengan Fara dan Clara yang terlihat asik bercerita, tapi hanya Fara yang terlihat excited sedangkan Clara terlihat tidak bersemangat.

"Lo kenapa sih murung gitu dari tadi? ada masalah?" tanya Fara

"Ahh... tidak ada. Gue hanya capek aja"

"Oh iya, Lo kemana beberapa hari ini? kata ayah Lo pergi ke Inggris, ngapain? gak ngajak-ngajak gue lagi. Kompak banget berempat" Fara ngedumel karena tidak ikut.

"Ada urusan. Kalau LO ikut yang ada bikin repot. Kita kesana gak jalan-jalan"

"Terus ngapain?"

"Kepo!!" skatmat, seketika Fara diam, kemudian memukul lengan Clara.

"Lo ma gitu. Gue kan penasaran" Fara cemberut. Bersamaan dengan itu pesanan mereka datang. Clara mulai menyendok makanannya.

"Jadi orang gak boleh terlalu kepo"

"Haiss....Lo nyebelin"

"Emang" timpal Clara.

Mereka memakan makanannya dengan nikmat. Di meja sebelah, Felix dan Elvin juga tengah makan, lalu tiba-tiba Rosa dan kedua temannya datang ingin bergabung.

"Boleh gue duduk di sini?" tanya Rosa padahal ia sudah duduk.

"Heee...rusa centil, ngapain lo nanya kalau udah duduk? bego banget" Felix jadi sewot.

"Pedes banget mulut Lo cukimang. Enteng banget ganti-ganti nama orang, nama hewan pula" Rosa tidak terima.

"Itukan nama Lo....rusa"

"Rosa goblok, plakk...." Rosa langsung memukul lengan Felix dengan keras.

" Auutsss....keras banget lo mukul, kayak tongkat baseball"

"Sembarangan banget lo ngomong. Tangan lembut gini di samain tongkat baseball"

"Yeee...emang___

"Kalian berdua bisa diam gak?" Elvin yang sejak tadi hanya diam membiarkan kedua-nya adu mulut, angkat bicara dengan menatap kedua-nya tajam.

"Kalau mau ribut pindah dari sini!"

Felix dan Rosa jadi ciut, mereka tidak berani lagi untuk berbicara. Apalagi melihat tatapan El yang menakutkan seakan ingin menelannya hidup-hidup.

Elvin sampai memijit pelipisnya karena pusing. Sudah pusing memikirkan pernikahannya besok di tambah pertengkaran kedua-nya. Ia hanya ingin tenang saat makan.

Rani dan Ani hanya diam sebagai penonton. Mereka tidak ikut menimpali sebab bingung.

Pulang sekolah

Elvin mengendarai motornya dengan santai menikmati angin sore. Pikirannya benar-benar penuh mengenai pernikahannya besok. Sungguh hal yang belum ia pikirkan sama sekali.

Sesampainya di rumah ia melihat mobil lain terparkir di halaman rumah. Ia yakin itu mobil grandma. Elvin berlari masuk dan benar saja ada sang grandma yang tengah duduk di sofa depan TV.

"Grandma kapan datang?" tanya Elvin seraya mencium tangan grandma.

"30 menit yang lalu"

"Sendiri?" Elvin duduk di sebelah grandma.

"Nggak, grandma sama Sarah"

"Hmm... yaudah, El ke kamar dulu. Mau bersih-bersih"

"Ya pergilah"

.

.

NEXT