NovelToon NovelToon
CINTA WINARSIH

CINTA WINARSIH

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:16.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: juskelapa

Winarsih, seorang gadis asal Jambi yang memiliki impian untuk bekerja di ibukota agar bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ibunya yang buruh tani dan adiknya yang down syndrome.

Bersama Utomo kekasihnya, Winarsih menginjak Jakarta yang pelik dengan segala kehidupan manusianya.

Kemudian satu peristiwa nahas membuat Winarsih harus mengandung calon bayi Dean, anak majikannya.


Apakah Winarsih menerima tawaran Utomo untuk mengambil tanggungjawab menikahinya?

Akankah Dean, anak majikannya yang narsis itu bertanggung jawab?

***

"Semua ini sudah menjadi jalanmu Win. Jaga Anakmu lebih baik dari Ibu menjaga Kamu. Setelah menjadi istri, ikuti apa kata Suamimu. Percayai Suamimu dengan sepenuh hati agar hatimu tenang. Rawat keluargamu dengan cinta. Karena cintamu itu yang bakal menguatkan keluargamu. Ibu percaya, Cintanya Winarsih akan bisa melelehkan gunung es sekalipun,"

Sepotong nasehat Bu Sumi sesaat sebelum Winarsih menikah.

update SETIAP HARI
IG @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Ukuran

Setelah menurunkan Disty di tepi jalan raya, Dean pergi berangkat ke kantor seperti biasa.

Jam makan siang, Disty beberapa kali menghubunginya dalam bentuk pesan dan telepon. Dean belum berniat berbaikan dengan wanita itu dalam jangka waktu dekat ini.

Dean sedang pusing, usahanya yang meminta seseorang untuk mengorek segala sesuatu tentang Disty belum menampakkan hasil.

Informasi-informasi yang didapatnya hanyalah berupa informasi yang sudah diketahuinya sejak lama.

Jujur saja, sebenarnya Dean tak tega melakukan itu pada wanita yang telah menjalin hubungan setahun terakhir ini dengannya.

Apalagi saat itu Dean yang begitu ngotot mengejar wanita itu siang malam karena rasa penasaran dirinya akan Disty yang terlihat begitu elegan dan jual mahal.

Seiring berjalannya hubungan mereka, Dean semakin menyayangi wanita itu karena tahu bahwa Disty adalah seorang anak yang berbakti pada orangtua dan keluarganya.

Disty adalah sosok pekerja keras. Tuntutan lingkungan pekerjaannya membuat wanita itu terbentuk menjadi sosok pemberani, gigih dan nekad.

Maka tak heran jika sekarang saat wanita itu mendesaknya untuk segera dinikahi, Disty malah mengambil jalan pintas. Tak mengherankan sebenarnya jika mengingat watak dan temperamen wanita itu.

Tapi Dean yang selama ini menganggap bahwa wanita itu mencintai dirinya dengan tulus, kini mulai mengubah pandangannya tentang Disty.

Akhir-akhir ini, Disty dengan mudah mengolok-olok papanya. Wanita itu sering membawa-bawa nama Pak Hartono yang seorang Menteri untuk dijadikannya bahan cemoohan.

Dean tak suka. Bagaimanapun, orangtuanya adalah orang yang paling dihormatinya di dunia ini.

Bagaimana Disty akan menjadi istrinya jika sebelum menikah saja dia sudah menaruh rasa benci kepada calon mertuanya.

Dean mulai hambar. Padahal, kemarin-kemarin tekadnya sudah bulat untuk memperjuangkan Disty di hadapan orangtuanya.

Sekarang Dean hanya memikirkan cara bagaimana dirinya bisa lepas dari wanita itu tanpa ribut-ribut dan tak sampai ke telinga orangtuanya.

Jam menunjukkan belum pukul 5 sore, tapi Dean telah membereskan semua map yang berada di atas meja dan menyerahkannya pada Ryan.

"Yan, gua balik sekarang ya. Kalo Disty dateng, bilang aja gua ketemu klien atau apa kek. Pokoknya jangan bilang gua pulang. Trus, elu jangan lupa minta berita update soal yang kemaren. Kalo perlu korek semua sampai borok yang paling dasar. Seperi biasa cara kita." Dean berbicara sambil mengendurkan dasinya.

"Baik Pak, aman. Meski agak lama, pasti hasilnya memuaskan. Pokoknya Bapak harus mengulur waktu," jawab Ryan seraya bersandar di kursinya.

Dean mengangguk. "Oke, gua cabut!" ujar Dean seraya pergi meninggalkan sekretarisnya.

Pria itu bersiul-siul riang menuju lift. Dia berencana akan pergi ke sebuah outlet di Grand Indonesia Mall untuk membeli sesuatu.

Membayangkan apa yang ingin dibelinya nanti, sudah membuat Dean tersenyum-senyum sendiri.

"Maaf Pak, ada yang bisa dibantu?" seorang pramuniaga wanita mendekatinya dengan senyum ramah.

"Saya ingin dibantu mencari beberapa set pakaian dalam untuk wanita yang berumur 21 tahun dengan tubuh yang lumayan berisi. Saya duduk di sana aja ya, nanti Mbak saja yang bantu pilihkan," ujar Dean menunjuk sebuah sofa tanpa lengan yang terlihat empuk.

"Maaf Pak, sebelumnya Bapak tau ukurannya?" tanya pramuniaga itu pada Dean.

"Ukuran? Ukuran apa Mbak?" tanya Dean yang memang tak mengerti.

"Ukuran cup bra dan pantiesnya Pak," jawab pramuniaga masih dengan senyum ramah.

"Saya nggak tau Mbak," ucap Dean dengan nada lesu.

"Atau saya pilihkan beberapa agar Bapak nanti bisa pilih sendiri ya." Pramuniaga tadi pergi dari hadapannya dan terlihat menyomoti beberapa set pakaian dalam yang dirasanya bagus.

Dean tak tahu apakah rencananya memberikan Winarsih beberapa set pakaian dalam bagus akan diterima oleh wanita itu.

Yang jelas, Dean sudah menebalkan mukanya untuk memasuki salah satu outlet lingerie terkemuka yang keseluruhan tokonya nyaris berwarna pink mencolok itu.

Beberapa wanita yang sedang berada di outlet itu terlihat memandangnya kemudian berbisik-bisik.

Dean yang sudah biasa melihat kaum hawa melakukan itu padanya, hanya memasang wajah dingin dan datar.

Karena dia sudah kapok tersenyum dan bersikap ramah. Kebanyakan wanita-wanita itu akan mendatanginya dengan sebuah ponsel untuk diletakkan sederet nomornya yang bisa dihubungi.

"Bisa dipilih Pak, ini beberapa koleksi terbaru kami," ucap pramuniaga kemudian sembari memegang beberapa set pakaian dalam dengan berbagai motif dan warna.

Saat melihat corak macan tutul, Dean segera menyingkirkan pilihan itu pertama kali. Membayangkan Winarsih memakai itu saja sudah sangat mustahil baginya.

"Yang model begini saja, saya ambil semua warnanya." Dean menunjuk satu set everyday lingerie yang terdiri dari bra dan panties dengan model paling simpel dan elegan.

"Ukurannya segini Pak?" tanya Pramuniaga lagi.

"Segimana ya?" Dean kembali bertanya kepada pramuniaga sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sesuatu atau seseorang yang bisa dijadikannya contoh.

Pramuniaga di depannya juga ikut melihat berkeliling ke mana pandangan customer ajaibnya itu.

"Agak gede pokoknya, lebih dari ukuran yang Mbak bawa ini," ucap Dean pelan setengah tersipu.

"Tinggi badannya mungkin Pak?"

"Sekitar.... 160 Senti lebih sedikit mungkin, dengan tubuh berisi. Tidak gemuk," jelas Dean percaya diri.

"Baik, saya siapkan produknya, sebentar lagi Bapak bisa ke kasir." Pramuniaga tadi kemudian berlalu dari hadapannya.

******

Setibanya di rumah, Dean memarkirkan mobilnya buru-buru. Kakinya melompati dua-dua anak tangga sekaligus agar tiba cepat di kamarnya.

Dia ingin mandi sedikit lebih lama dan turun untuk makan malam dengan keadaan yang segar.

Dia sudah menebak jika Papa dan Mamanya sedang tidak ada di rumah hari itu.

Dan dengan satu panggilan telepon ke dapur, Dean sudah mengabarkan pada Mbah bahwa malam itu dia akan makan di rumah.

Dean menyemprotkan body scent berkali-kali ke tubuhnya untuk memastikan wanginya tercium dari jarak beberapa langkah.

Tadinya Dean memakai sebuah celana pendek bahan chinos warna krem dan sebuah kaos oblong berwarna hitam.

Tapi setelah berkali-kali mematut dirinya di kaca, Dean kembali membuka kaosnya dan menukar dengan kemeja berkerah model piyama dengan motif daun berwarna coklat.

Setelah memastikan dirinya menjadi makhluk paling ganteng di rumah itu, Dean menuju ruang makan dengan bersiul-siul.

Makan malam hari itu sangat lezat. Sayang Dean harus duduk sendirian menikmati tiap masakan yang disuguhkan kepadanya.

Malam itu, Mbah yang menyajikan semuanya sendiri. Hal itu lumrah dan sering terjadi.

Jika Dean makan sendirian, maka Mbah sendiri yang akan melayaninya. Terkadang wanita itu hanya duduk di hadapan Dean seperti seorang nenek yang menunggui cucunya.

Jadi tatkala Dean tak melihat Winarsih pada saat makan malam itu, dia sungkan untuk menanyakannya pada Mbah.

Mbah pasti akan curiga dan bisa mengaitkan dengan hal-hal yang sering dilakukannya akhir-akhir ini.

Selesai makan, Dean berjalan ke tempat mobilnya diparkir untuk mengambil paper bag belanjaannya tadi sekaligus melihat kamar Winarsih.

Kamar pembantunya itu gelap gulita. Dean berjalan pelan ke arah kamar wanita itu demi memastikan penghuni di dalamnya.

Tapi tak ada tanda-tanda bahwa Winarsih berada di dalam. Dean kemudian berjalan-jalan di dekat kolam renang, dan duduk sesaat di kursi teras samping tempat di mana Pak Hartono sering mengobrol dengannya.

Matanya terus mengawasi kamar Winarsih yang masih terlihat gelap dari kejauhan.

Jam sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam. Dan sebenarnya Dean sudah sangat lelah dan mengantuk.

Tapi dia benar-benar ingin memberikan benda yang dibelinya tadi kepada Winarsih malam itu juga.

Sedangkan untuk masuk ke dalam dan beristirahat sebentar, Dean khawatir pembantunya itu akan muncul sewaktu-waktu.

Kakinya mulai pegal berjalan-jalan mengitari kolam renang. Sedangkan untuk duduk di bawah cahaya temaram lampu kolam, dirinya sudah tak tahan karena sedari tadi dia terus dikeroyok nyamuk.

Dean mulai melangkahkan kakinya kembali ke teras depan menuju pos satpam yang malam itu beranggotakan paket komplit Pak Lutfi featuring Rojak yang sedang asik menonton sinetron kekinian dari tv mungil mereka.

"Lagi nunggu siapa Pak?" tanya Rojak kepada Dean yang berjalan dengan kedua tangan ke belakang memegang paper bagnya.

"Nggak ada. Gerah aja di dalem," jawab Dean yang kemudian mengutuki jawabannya yang terdengar absurd.

"Oh, kirain nungguin Mbak cantik yang kemarin itu," tukas Rojak sok tahu mirip ibu-ibu komplek yang sering bergosip di depan gerobak tukang sayur.

"Enggak," jawab Dean celingukan ke luar pagar melihat-lihat siapa tahu Winarsih pergi dan akan segera pulang.

"Oya, siapa pembantu yang izin ke luar malam ini?" tanya Dean tiba-tiba teringat bahwa dia masih bebas bertanya pada Rojak tanpa membuat satpam itu curiga.

"Tina Pak, pergi pacaran. Seperti biasa. Maklum Pak, Tina sekarang kembali single," ujar Rojak nyinyir.

"Terus--terus, siapa lagi?" tanya Dean tak sabar.

"Winarsih Pak, tadi izin ke luar makan bersama pacarnya--nah ini dia baru pulang. Panjang umur baru diomongin." Suara Rojak rasa-rasanya bisa terdengar hingga ke Monas saat mengatakan hal barusan.

Winarsih yang berjalan menuju gerbang memakai satu pasang pakaian yang baru dibelinya didampingi oleh Utomo.

Dean dengan tampilan sangat rapi dan wangi dengan mata lelah berdiri di balik pagar dengan kedua tangannya di belakang memegang paper bag, memandang muram ke arah Winarsih yang berdiri mematung menatapnya dari luar pagar.

Ada sedikit rasa sakit yang tak biasa dirasakan Dean di dadanya.

To Be Continued.....

Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote Senin.

1
Suharnani
Di induksi sakit mulesnya mantap
Suharnani
Dasar si Dean😂
kok malu ya😂😂
Suharnani
Cerita dokter firza ada di lapak ini kah?
apa ada di lapak lain?
adri nurhidayati
Luar biasa
Suharnani
Itu mulut. tapi bener juga sih orangnya Dean😅
Suharnani
Dan masih banyak lelaki tampan di ibu kota win
Suharnani
Andai ibu ku seperti Bu sumi
rinny
Bu Winar pancen top banget. 😄😄😄
Sheva Sheila
oh my god Ada bang Saddam.../Heart//Heart//Heart//Kiss//Kiss//Kiss/
Ada Dr Firza juga /Rose//Wilt//Rose//Wilt//Kiss//Kiss//Kiss/
Dwisur
win enten Jambi sampun dangu namung boso jowonipun Saee sanget
Dwisur
besok hari apa ya ?
Sheva Sheila
wkwkwk/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Pinter bener tuh Pakde klo ngeles..Ampe Bude winar manut aj
Ully Fadhilah
Luar biasa
Dwisur
kadang kita harus ikut hanyut
untuk bisa tau besarnya Arus sungai..
#catat dech
3sna
sekolh gimn ini
Dwisur
jakaa.. nih bidannya di sini
3sna
lah mlh sumbngn
Dwisur
muuawchh
Rukmini
nanti berbalik
Sheva Sheila
Pak Dean.. = Pakde /Rose/cool and keyen../Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!