Bukan bacaan untuk bocil.
Setiap manusia terlahir sebagai pemeran utama dalam hidupnya.
Namun tidak dengan seorang gadis cantik bernama Vania Sarasvati. Sejak kecil ia selalu hidup dalam bayang-bayang sang kakak.
"Lihat kakakmu, dia bisa kuliah di universitas ternama dan mendapatkan beasiswa. kau harus bisa seperti dia!"
"Contoh kakakmu, dia memiliki suami tampan, kaya dan berasal keluarga ternama. kau tidak boleh kalah darinya!"
Vania terbiasa menirukan apa yang sang kakak lakukan. Hingga dalam urusan asmarapun Vania jatuh cinta pada mantan kekasih kakaknya sendiri.
Akankah Vania menemukan jati diri dalam hidupnya? Atau ia akan menjadi bayangan sang kakak selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Bagus, itu keputusan yang tepat." Ucap Zalina dengan senyumnya yang terlihat sangat dipaksakan.
"Betrand, apa aku boleh memelukmu untuk yang terakhir kali?" Pinta Zalina.
"Tentu saja." Sepasang mantan kekasih itupun saling memeluk dengan begitu erat.
"Maaf aku tak bisa lama-lama di sini, karna aku harus menemani istriku." Ucap Betrand setelah pelukan diantara mereka terlerai.
"Ya, pergilah. Vania pasti sudah menunggumu." Balas Zalina sembari menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis.
***
Betrand keluar dari ruang rawat Zalina dengan perasaan lega, seakan beban berat di pundaknya kini telah terbang entah kemana.
Di sepanjang perjalanannya menuju ruang rawat sang istri, senyuman tak pernah pudar menghiasi wajah tampan pria itu.
Ceklek
"Sayang aku datang."
Betrand membuka pintu bercat putih itu dengan wajah sumringah.
"Istriku? Kau dimana?" Namun senyum di wajah tampan itu menghilang, saat Betrand tak menemukan ada siapapun di ruangan VVIP tempat Vania dirawat.
"Vania?" Betrand mencari sang istri ke setiap sudut ruangan sampai ke kamar mandi. Namun wanita itu tak ada di manapun.
"Vania ini kursi rodanya, kau bisa menemui bayimu sekarang." Roy masuk begitu saja ke ruang rawat Vania, tanpa tahu kalau Betrand ada di dalam sana pula.
"Maaf, maksudku nyonya Vania." Roy membenarkan ucapannya sebelum mendapat amukan dari sang boss.
"Roy, dimana istriku?" Tanya Betrand dengan wajah gusarnya.
"Nyonya Vania tadi ada di sini tuan." Roy menunjuk ranjang pasien tempat Vania terbaring di sana beberapa saat yang lalu.
"Bukan tadi, tapi aku tanya dimana istriku sekarang?" Kesal Betrand dengan rahangnya yang mengeras.
"Mungkin nyonya Vania ada di ruangan bayi tuan. Tadi nyonya Vania bilang ingin melihat bayinya." Ucap Roy.
"Apa aku terlalu lama ya, jadi Vania pergi lebih dulu?" Gumam Roy dalam hati.
"Argh! Kenapa aku tidak bisa menahan diri setiap kali melihat wanita cantik?!" Pria itu merutuki dirinya sendiri karna saat hendak mengambil kursi roda untuk Vania, Roy malah bertemu dengan seorang suster cantik hingga berakhir mengobrol cukup lama dengan suster cantik itu.
"Minggir!" Betrand mendorong Roy yang berdiri tepat di ambang pintu karna menghalangi jalannya.
"Tuan anda mau kemana?" Tanya Roy sembari mengekori langkah tuan Betrand.
"Menemui mantan istrimu!" Umpat Betrand dengan wajah kesalnya.
"Anda itu ada-ada saja tuan, untuk apa anda menemui mantan istriku?" Roy tertawa renyah.
"Maaf tuan." Namun tawa itu terhenti kala Betrand menatapnya dengan tatapan membunuh.
Bergegas Betrand pergi ke ruangan khusus bayi baru lahir, berharap akan menemukan sang istri di ruangan bayi baru lahir. Namun pria itu harus kembali kecewa karna sang istri tidak ada di sana.
"Ada apa tuan Betrand?" Seorang perawat menghampiri ayah satu anak itu.
"Bayi anda masih butuh perawatan intensif, jadi tidak boleh terlalu sering dikunjungi." Perawat yang berjaga di ruangan khusus bayi baru lahir itu menjelaskan.
"Suster, apa istriku ada di sini?" Tanya Betrand sembari mengedarkan pandangannya kesekitar. Mencari sosok sang istri, namun wanita itu tak ada dimanapun.
"Nyonya Vania masih dalam masa perawatan tuan, beliau masih harus bed rest agar segera pulih. Pasti beliau ada di ruangannya sekarang." Ujar perawat itu.
Tanpa menjawab ucapan perawat itu, bergegas Betrand berlari menuju ruang rawat Vania kembali. Namun pria itu harus merasakan kecewa untuk kesekian kalinya, karna Vania lagi-lagi tak ada di sana.
"Roy! Ini semua salahmu! Aku menyuruhmu untuk menjaga Vania bukan? Kenapa kau malah meninggalkannya?" Kesal Betrand sembari menarik kerah kemeja sang asisten.
"Maaf tuan, tadi aku hanya pergi sebentar karna nyonya Vania minta dibawakan kursi roda." Ucap Roy sembari memejamkan matanya karna takut melihat kemarahan tuan Betrand.
"Dimana Ririn?" Tanya Betrand pula.
"Ririn pasti tahu dimana istriku sekarang?" Lanjut Betrand.
***
"Hachi...hachi..." Seorang wanita yang tengah fokus mendorong kursi roda, tiba-tiba terbersin-bersin.
"Kau kenapa? Sakit?" Tanya Seorang wanita yang duduk di atas kursi roda sembari mendongakan kepalanya ke arah sang asisten.
"Tidak nyonya, aku baik-baik saja. Sepertinya ada yang sedang membicarakan aku." Ucap Wanita itu sembari membenarkan masker yang dikenakannya.
Kedua wanita itu menengok ke kiri dan ke kanan. Setelah situasi di rasa aman, barulah mereka meninggalkan area rumah sakit Sejahtera.
Wanita yang membawa kursi roda menyamar sebagai perawat, sedangkan yang duduk di kursi roda adalah pasiennya. Orang awam yang melihat akan mengira perawat itu sedang mengajak pasiennya jalan-jalan di taman rumah sakit.
***
***
"Ririn tidak mungkin tahu tuan." Roy tidak ingin Ririn sampai ikut di salahkan atas hilangnya Vania.
"Ririn sedang menemani ibunya, karna ibunya akan pulang dari rumah sakit hari ini." Ucap Roy asal bicara.
"Argggg!" Betrand mengusap wajahnya dengan kasar.
"Aku tidak mau tahu! Cari istriku sampai ketemu! Kalau tidak---!" Ucapan Betrand terhenti di udara, karan Roy keburu memotong ucapannya.
"Baik tuan, aku akan mencari nyonya Vania. Tapi tolong jangan pecat aku." Roy mengambil langkah seribu untuk menghindari kemarahan tuan Betrand.
Roy berjalan menuju ke ruangan keamanan rumah sakit sejahtera. Hendak mencari tahu keberadaan Vania lewat kamera CCTV yang terpasang di sana.
Namun karna rumah sakit sejahtera adalah rumah sakit kecil, hanya ada dua kamera CCTV saja yang terpasang di sana. Di lobby rumah sakit dan di halaman luar saja. Dan dari kedua CCTV itu, tak ada sedikitpun tanda-tanda dari Vania.
***
***
2 minggu kemudian.
"Maafkan mama nak, karna mama tidak bisa membawamu pergi bersama mama." Lirih Vania sembari memeluk erat sarung tangan bayi milik bayi kecilnya.
Bayi kecil itu masih membutuhkan perawatan intensif dalam inkubator. Vania tak mau egois dengan tetap membawa bayi itu pergi, hingga beresiko dengan keselamatan sang bayi.
"Apa anda yakin dengan keputusan anda nyonya?" Tanya Ririn dengan wajah sendunya.
"Aku yakin Rin, salah satu temanku membuka sebuah beach club di Bali. Aku akan bekerja di sana." Vania sudah yakin dengan keputusannya.
"Lalu bagaimana dengan bayi anda nyonya, dia masih sangat kecil dan membutuhkan kasih sayang ibunya." Peringati Ririn.
"Kak Betrand sangat menyayangi bayi kami Rin, bayi kami pasti akan baik-baik saja bersama ayahnya." Ucap Vania dengan netranya yang berkaca-kaca.
#Flash back on#
Vania begitu bahagia saat mendapat kabar dari suster Intan kalau suaminya sudah tiba di rumah sakit dan langsung menemui bayi mereka. Vania semakin yakin kalau sang suami sangat menyayangi bayi kecil mereka.
Namun Vania merasa semakin tak diinginkan, karna usai menemui bayi mereka, Betrand malah memilih untuk menjenguk mantan kekasihnya yang kebetulan sedang di rawat di rumah sakit itu pula. Dan Betapa hancurnya hati Vania saat melihat Betrand dan Zalina sedang berpelukan dengan begitu erat.
#Flash back off#
***
Kondisi bayi Betrand dan Vania sudah semakin membaik. Bayi kecil itupun sudah keluar dari ruang inkubator, dan sudah diperbolehkan untuk pulang hari ini.
Namun sejak dikeluarkan dari ruang inkubator, bayi kecil yang belum diberi nama itu tak pernah berhenti menangis. Membuat Betrand kewalahan dalam menenangkan bayi kecil itu.
"Roy! Cepat cari baby sitter terbaik di kota ini untuk mengurus putriku!" Titah Betrand sembari menatap sang bayi yang sedang menangis kencang dalam gendongannya.
"Baik tuan!" Patuh Roy.
Kemudian Roy menghubungi yayasan Cahaya, yayasan penyalur ART dan baby sitter terbaik di kotanya untuk mencari baby sitter terbaik untuk keponakan kecilnya.
"Hallo, tolong carikan aku baby sitter yang masih muda, cantik dan sexy." Ucap Roy setelah sambungan telepon dengan yayasan Cahaya terhubung.
"Apa yang kau lakukan Roy! Kau ingin mencari baby sitter untuk merawat bayiku atau merawatmu?!" Hardik Betrand dengan rahangnya yang mengeras. Teriakan Betrand itu membuat tangis bayi dalam gendongannya menjadi semakin kencang.
"Maafkan aku tuan, tentu saja untuk bayi anda." Ucap Roy sembari menundukan wajahnya.
"Berikan ponselmu padaku." Betrand mengambil benda pipih dengan logo apel kegigit keluaran terbaru itu dari tangan sang asisten.
"Berikan aku seorang baby sitter yang sudah tau, jelek dan bisa merawat bayiku dengan baik tentunya. Aku akan menggajinya sangat mahal serta memberikan bonus jika kau bisa memberikan baby sitter yang aku minta hari ini juga!" Betrand langsung menutup sambungan teleponnya usai mengatakan apa yang dia inginkan pada pihak yayasan.
"Apa yang tuan Betrand lakukan? Permintaan anda itu sangat aneh." Gumam Roy dalam hati sembari mengernyitkan dahinya.
Bersambung.
gitu amat sikapnya 😡😡
Gak sabar nunggu moment itu terkuak 👍🤗