Yang satu punya banyak problematik, yang satunya lagi bocah bebas semaunya. Lalu mereka dipertemukan semesta dengan cara tak terduga.
Untuk tetap bertahan di dunia yang tidak terlalu ramah bagi mereka, Indy dan Rio beriringan melengkapi satu sama lain. Sampai ada hari dimana Rio tidak mau lagi dianggap sebagai adik.
Mampukah mereka menyatukan perasaan yang entah kenapa lebih sulit dilakukan ketimbang menyingkirkan prahara yang ada?
Yuk kita simak selengkapnya kisah Indy si wanita karir yang memiliki ibu tiri sahabatnya sendiri. Serta Rio anak SMA yang harus ditanggung jawabkan oleh Indy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Masa pertarungan semakin banyak.
Anehnya, semakin banyak orang-orang tak dikenal terlibat, Rio merasakan dirinya dibantu suatu pihak. Dia pikir bertambahnya jumlah masa, akan membuat pemuda itu mengalami kekalahan. Namun nyatanya yang baru saja bergabung turut menjatuhkan lawan-lawan Rio. Pemuda itu tidak mengenal mereka.
Tidak lama suara sirine polisi terdengar dari kejauhan. Perkelahian pun berhenti dan orang-orang langsung berlarian kabur termasuk Rio dan Dimas. Dua pejantan tangguh dari SMA Langit tersebut refleks tunggang langsung sebab tidak mau berurusan panjang karena ujian masih berlangsung.
Grung... grung.. grung..
Grong.. grong.. grong..
Motor berlarian meninggalkan lokasi.
Lima belas menit berkendara, Rio menepi di sebuah minimarket. Diikuti Dimas keduanya menghempaskan dahaga dengan menenggak satu botol air mineral hingga tandas. Setelahnya mereka berdiam diri, mengatur nafas agar lebih teratur.
"Lo tau nggak yang tadi ikut berantem tambah banyak tapi malah bantuin lo?"
"Iya, siapa sih mereka?"
"Gue kenal muka dari salah satu mereka. Dia orang suruhan ibu kandung lo. Dia yang suka kepo nanya-nanya, juga yang suka ngintai keadaan lo di rumah kak Indy."
"Maksudnya ibu kandung apa nih? lo emang udah yakin sama asumsi itu?"
"Udah.yakin banget gue. Bukti-bukti udah gue dapetin. Nih kalau lo mau lihat!" Dimas antusias membuka tas, lalu menyurukkan berkas-berkas yang menyertakan kalau Rosmalina adalah ibu kandung Rio. Dimas mulai bercerita perlahan-lahan mengenai alasan Rosmalina meninggalkan Rio sewaktu kecil.
Reaksi Rio hanya diam saja dengan helaan nafas berat.
"Jadi gimana menurut lo Yo? senang kah ternyata lo masih punya keluarga yang bisa jadi tempat pulang?"
"Jujur, gue senang ternyata gue masih punya keluarga. Tapi gue terganggu sama kisah yang tega ninggalin suami serta anaknya cuma demi harta. Dimas, waktu umur tujuh tahun gue hampir mati dikeroyok bocah gede yang sombongnya gak ketulungan. Setelah gue lihat-lihat foto-foto ini, gue baru tahu bocah itu ternyata anak sambung ibu gue."
"Hah? anjirrr gue gak tahu yang bagian itu. Lo baru cerita sekarang Yo. Terus bagaimana tuh kelanjutannya? apa yang nolongin lo waktu mau semaput ternyata ibu lo?"
Rio menggeleng, "Bukan ibu yang nolong gue. Pokoknya gue gak bisa cerita lebih jauh siapa yang nolong, yang pasti orangnya bukan Bu Rosmalina, juga bukan orang suruhannya."
"Lo tahu darimana kalau bukan orang suruhannya?"
"Orang yang nolong gue bukan sembarang orang. Dia masuk kategori pesuruh, bukan disuruh. Dia juga yang udah kasih buku legend ke gue yang sering gue baca."
"Oh gitu Yo," Dimas baru mengerti. Lelaki itu masih mengupas kuaci ketika Rio mengajaknya melanjutkan perjalanan. Dimas langsung gerak cepat membereskan dan kembali membuntuti Rio.
...****...
Di rumah sakit.
Indy dan Vena membawa pak supir ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Di sana, Lukas datang memeriksa keadaan karena dia lah mala bantuan yang sudah dimintai tolong oleh Vena.
Indy belum banyak bicara ketika Lukas banyak bertanya mengenai keadaannya. Pikirannya masih menerawang, terus-terusan mencemaskan Rio.
"Pak Lukas yakin tidak ada Rio disana?"
"Iya Nona Rhin. Saat saya datang bersamaan dengan polisi, mereka berdua tidak ada disana. Beberapa yang kabur sudah tertangkap dan akan dimintai keterangan."
Kemana pemuda ku itu?
Indy sibuk berkutat dengan hpnya.
Rio: aku disini. Coba nengok ke arah kanan.
Benar. Di kanan sana dekat Nurse Station, Rio tersenyum ke arahnya. Lega rasanya ketika melihat orang yang kita sayang baik-baik saja. Indy tergopoh-gopoh menghampiri Rio.
"Bagaimana keadaan kamu?" Rio bertanya sambil menyelipkan anak rambut Indy yang menjuntai ke belakang telinga.
"Aku baik-baik aja Yo. Kamu sendiri bagaimana?"
"Aku gak baik-baik aja kalau belum lihat kamu."
Indy nyengir, memukul sedikit bahu sang pacar. Perempuan itu juga melihat keberadaan Dimas di dekatnya. Dia menyapa sebentar kemudian kembali beralih memandang Rio.
"Pulang yuk. Aku membatalkan semua sisa jadwal pekerjaan ku hari ini. Aku mau menata perasaan yang berantakan karena kejadian penyerangan yang tidak jelas itu."
"Yasudah kalau begitu."
Lukas dan Vena mendekat. Kedua orang tersebut menyapa Rio dan Dimas dengan sangat ramah dan penuh hormat.
"Pak Lukas, Vena, saya pamit balik duluan."
"Iya Nona hati-hati." Jawab Vena.
"Iya Nona Rhin, hati-hati di jalan." Sahut Lukas.
Rio juga turut pamit pada keduanya. Namun setelah acara pamitan sudah selesai, seharunya Rio dan Indy beranjak pergi. Akan tetapi yang terjadi Indy malah kembali ke tempat semula seraya memberikan pertanyaan selidik. Matanya memicing.
"Vena, kenapa pada saat darurat kamu mencari pertolongan nya kepada Pak Lukas?" Lukas yang namanya di bawa-bawa langsung merinding. Dia turut penasaran akan jawaban Vena.
"Sa-ya hanya mengandalkan nomor teratas dari riwayat panggilan. Itu pemikiran cepat saya Nona."
"Hmm riwayat teratas ya. Kalau riwayat teratas adalah kontak Rio, apakah kamu akan menghubunginya?"
Vena panas dingin. Ini pertanyaan jebakan karena Vena paham bahwa Indy sangat cemburu.
"Tidak mungkin Nona. Saya tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Tuan Rio."
Di panggil Tuan oleh Vena, Rio merinding sebadan-badan. Apakah se-pengaruh itu menjadi pasangan orang yang memiliki kuasa?
Indy tersenyum puas. Setelahnya ia malah meledek Vena berpasangan dengan Lukas pakai cie.. cie.. yang membuat Vena bersemu merah. Lukas juga salah tingkah dibuatnya, bisa-bisanya ia dijodohkan oleh Indy kepada Vena.
...***...
Lusa yang sebut-sebut Juni telah tiba.
Di rumah yang sudah pernah Juni singgahi sebagai tempat bahtera rumah tangga bersama Handi, kini sekarang ia datang bagai tamu tak di harapkan kehadirannya. Mereka memang dalam proses perceraian, namun sebelum ketuk palu dilayangkan, Juni masih berstatus istri Handi Bhrasmana.
Juni datang dengan tampang cantik rupawan. Handi tidak lagi tertarik dengan itu, ia justru memikirkan kenapa Indy belum kunjung tiba di rumahnya. Laki-laki itu butuh support sistem untuk menyempurnakan serangan part tiga yang ditugaskan padanya berupa revisi wasiat serta menceraikan Junifer.
Selangkah lagi, dia pasti bisa.
"Apa kabar Mas Han?"
.
.
.
Bersambung.
Heh, jd keinget gaya helikopter nya Gea sm Babang Satria🤣