NovelToon NovelToon
Sebatas Penghangat Ranjang

Sebatas Penghangat Ranjang

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:17.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!

Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.

Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.

Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.

Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seperti nenek-nenek

Pagi harinya, Elena merasakan pinggangnya di belit begitu posesif dari belakang. Mata Elena yang masih terpejam saja sudah tau siapa pelakunya. Dengkuran halus masih terdengar jelas dari telinga Elena. Menandakan pemilik tangan itu masih terlelap di saat ini.

Elena mengucek matanya, sembari mengingat bagaimana ia bisa tertidur tadi malam. Sekelebat bayangan yang mengingatkannya bagaimana Adrian tersenyum bahagia kala mendapatkan pengakuan cinta dari Kamila menyambut paginya kali ini.

Elena tak memungkiri jika dirinya teramat senang saat pertama kali membuka mata yang ia lihat adalah Adrian, pria yang dicintainya. Tapi jika mengingat mesranya Adria dan Kamila tadi malam, berlahan kebahagiaan itu menyusut dengan sendirinya.

Elena ingat dia yang lebih dulu masuk ke dalam kamar untuk mencoba menghindari Adrian. Tapi semua itu percuma saja, sampai Elena merasakan kantuk dan matanya berlahan tertutup nyatanya Adrian tak kunjung masuk ke dalam kamar.

"Apa mereka berdua berbicara sampai pagi??"

"Kau sungguh aneh Adrian. Bibirmu mengatakan cinta kepada wanita lain tapi tangan mu memeluk ku saat tertidur seperti ini. Sebenarnya perasaanmu padaku itu seperti apa??" Elena masih bertanya-tanya di dalam hati.

Tak mau terus terpaku dengan wajah yang tenang seperti bayi saat tertidur itu, Elena menyingkirkan tangan Adrian dari pinggangnya dengan pelan.

Menyegarkan dirinya dengan air hangat sepertinya mampu mengurangi kegundahan hatinya saat ini. Elena membasahi seluruh tubuhnya dengan air yang begitu deras mengalir dari ujung kepalanya.

Andai saja air itu mampu meluruhkan semua perasaannya pada Adrian pasti dia amat sangat bahagia kali ini. Dia.merasa mencintai Adrian memang sangat berat, tapi dia sendiri tidak bisa melepaskan beban yang sangat berat itu. Elena kesusahan bahkan tidak mampu.

Jika ada seseorang yang berdiri di hadapan Elena saat ini, tentunya tak akan ada yang tau jika Elena sedang menangis saat ini. Dia terlalu pintar menggunakan tetesan air itu untuk menyamarkan air matanya. Sekian tak mau siapapun melihatnya lemah hanya karena cinta yang ia miliki.

Elena yang tangguh dan sebatang kara, Elena yang hidup tanpa kedua orang tuanya saat masih belia, Elena yang mampu melakukan apa saja demi masa depannya tentu saja tidak mau di remehkan karena telah menjadi bodoh demi cintanya.

Puas dengan perasaanya yang tumpah di kamar mandi, Elena keluar hanya dengan membalut tubuhnya menggunakan bathrobe. Menggulung rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil berwarna putih.

Cklek...

Keluarnya Elena dari kamar mandi langsung di sambut tatapan yang paling ia benci dari Andrian. Tatapan lembut yang jarang sekali Adrian berikan namun bisa membuat Elena bergetar seluruh tubuh. Rasa tak mampu membalas tatapan itu membuat Elena berpaling menuju meja rias di kamar itu.

"Kau tidak membangunkan ku??" Elena sedikit terperanjat karena tidak memperhatikan Adrian yang ternyata sudah berada di belakangnya.

"A-aku melihat mu tidur begitu lelap. Aku tak tega membangunkan mu. Mungkin karena kau begadang sampai pagi makanya tidak terbangun saat aku menyingkirkan tangan mu dari pinggangku" Ada sedikit sindiran yang Elena selipkan di kalimatnya itu.

"Benar, mungkin aku terlalu lelah karena tadi malam ak..."

"Adrian, sebaiknya kau mandi dulu. Bukankah pagi ini kita akan menemui Nicolas. Kita harus cepat supaya masalah ini lekas selesai" Potong Elena karena tidak mau mendengar penjelasan Adrian yang pasti akan menyakiti hatinya.

Bukannya menurut, tapi Adrian justru menatap Elena penuh selidik.

"Ada apa dengan mu Elena?? Kau marah pada ku?? Kau terkesan ingin menghindari ku"

"Bicara apa kau Adrian. Untuk apa aku marah??" Elena menahan kegugupannya karena dirinya gak bisa mengontrol emosinya saat Adrian mengungkit masalah tadi malam.

"Lalu kenapa kau memotong ucapan ku padahal aku hanya ingin berbicara tentang Nicolas. Dan juga tadi malam kenapa kau meninggalkan ku tidur lebih dulu padahal aku masih mengerjakan pekerjaan ku sampai jam 1 dini hari"

Lidah Elena terasa kelu, dia bingung harus menjawab apa. Alasan apa yang masuk akal untuk diberikan kepada Adrian.

"Kenapa??" Tanya Adrian.

"Adrian, untuk tadi malam aku hanya merasa lelah, seluruh tubuhku rasanya remuk. Jadi aku hanya berbaring karena munggu mu berbicara dengan tunangan mu. Tapi aku malah ketiduran karena kau tak kunjung masuk ke dalam. Dan untuk lembur, aku tidak tau sama sekali jika masih ada yang harus kau kerjakan. Maafkan aku" Jelas Elena akhirnya memilih jujur meski terdapat sedikit kebohongan.

"Benarkah seperti itu??" Adrian mencondongkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Elena yang telah duduk di depan meja rias. Adrian menatap Elena melalui pantulan cermin di depan mereka.

"Emm" Elena hanya mampu menganggukkan kepalanya saja.

"Aku kira kau cemburu" Bisik Adrian.

Blusshh...

Pipi polos yang belum tersapu make up milik Elena itu memanas dan langsung berubah memerah karena ucapan tak terduga dari Adrian.

"Si-siapa yang cemburu. Jangan asal bicara!!" Gugup Elena.

"Hahahahaha...." Adrian justru tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya.

"Tapi kenapa wajah mu jadi memerah seperti ini?" Adrian mencubit kedua pipi Elena dari belakang.

"Awww!! Adrian lepaskan b****sek!!" Gelak tawa Adrian memenuhi apartemen mereka di pagi ini. Keisengan Adrian menggoda Elena membuat moodnya turun lagi.

Elena beralih ke sofa dengan wajahnya yang masih di tekuk. Dia kesal karena Adrian telah mempermainkannya. Mungkin Adrian hanya menganggap candaannya biasa saja. Namun bagi Elena itu sudah sampai ke ulu hatinya.

"Jangan tekuk wajahmu seperti itu, kau jadi seperti nenek-nenek yang sudah tidak mempunyai gigi lagi" Goda Adrian justru semakin membuat Elena marah. Dia mengikuti Elena duduk di sofa.

"Kau!!"

Adrian menahan tangan Elena yang sudah siap mencubit pinggang berototnya.

"Iya maaf" Ujar Adrian sambil menunjukkan dua jarinya.

Elena tak peduli, dia tetap memalingkan wajahnya tak ingin berhadapan dengan Adrian.

"Aku hanya ingin mengatakan kalau tadi malam orang suruhan ku sudah melihat Nicolas mengambil semua uangnya. Mungkin hari ini dia akan menyerahkannya kepadaku" Adrian melanjutkan ucapannya yang tadi sempat di potong Elena.

"Hah benarkah??" Mata bening Elena tampak berbinar.

"Hemm" Angguk Adrian.

"Tapi bagaimana kalau ternyata dia kabur membawa semua uangnya itu??" Wajah berbinar Elena kembali meredup.

"Tenang saja, aku telah mengutus orang untuk mengawasinya"

Elena bernafas lega karena Adrian ternyata tak langsung percaya begitu saja pada Nicolas.

"Syukurlah kalau begitu. Meski tak bisa kembali seluruhnya tapi setidaknya sebagian uang mu yang di rampas Nicolas bisa kembali"

"Itulah mengapa aku lebih memilih memberi pilihan kepada Nicolas dulu sebelum gegabah memenjarakannya. Itu juga bisa berdampak buruk pada perusahaan ku. Biarkan aku memberi pelajaran sendiri untuk orang seperti dirinya. Aku tidak akan membiarkan dia hidup tenang di luar sana setelah bermain-main dengan ku"

Elena hanya mengangguk menyetujui keputusan Adrian itu. Asalkan keputusannya itu tidak merugikan dan membahayakan Adrian, maka Elena akan menjadi orang nomor satu yang mendukungnya.

"Tapi El, ada satu hal lagi yang akan aku katakan padamu" Adrian tampak ragu-ragu mengatakannya kepada Elena.

"Apa itu??" Elena mengerutkan keningnya.

"Minggu depan Kamila akan pulang ke sini" Adrian berhenti sejenak sambil terus menatap Elena.

"I-iya lalu??" Elena sudah mencium sesuatu yang tidak enak dari perkataan Adrian itu.

"Bisakah kau kembali ke apartemen mu dulu selama Kamila berada di sini?"

JEDERRRR .....

1
Desy Kristina Situmorang
Luar biasa
Juan Sastra
apa haimu tak sakit saat mengingat perhina an,, dan tadi pun kau menghinanya menyuruhnya menjual tubuhnya
Juan Sastra
apa iya separah itu,, hei itu anak kecil pakai sepeda pula, bukan orang dewasa dan pake motor atau bajaj..aneh
santi.santi: mbak, kalau mobilnya mahal.. mau lecet dikit aja ttp mahal mba 🤣🤣🤣
total 1 replies
Juan Sastra
kalau jadi elena pergi lagi yg jauh,, karena wanita patut di perjuangkan bukan memperjuangkan, cukuplah selama bertahan dengan segala kesakitan dan kebodohan hingga membesarkan 2 kurcaci sampai usia sekarang,,, dan asal tau saja thorr menjadi singel mom tidak muda apa drngan segala keterbatasan ekonomi.,, 😂😂🙏🙏🙏 curhat dikit
Juan Sastra
coba di rekam untuk di serahkan sama mama papamu biar tau betapa baiknya kamila
Juan Sastra
benar kan koment ku saat adrian merayakan ulta kamila. fintrr memang tuh uler keket
Juan Sastra
mampus,, hancurlah ikrar suci itu,, lanang bego ya begitu ggak curiga semua terburu buru
Juan Sastra
oh ternyata,, bisakah ku tarik komentku di belakang untuk aura.. 😂😂
Juan Sastra
semoga kau pun merasakan lebih dari yg di rasakan elena !! ini kutukan authorr aura. ingat itu. 😁
al rizal
😁😁😁
Juan Sastra
katanya pemain handal,, masa tak bisa membamdingkan mana wanita pemain dan dan wanita benar benar suci,, meski seahli apa elena berusaha seolah mahir namun tetap kentara kakunya.. memang laki bego yah gitu yg ada di otaknya hanya wik wik aja,,
Juan Sastra
aku pernah baca kisah yg hampir sama hanya saja perbedaannya orang tua ceo nya tak tahu jika anaknya meperbudak sekretarisnya sendiri,, setelah kabur baru tahu dan plak bugh buagh habis dah tuh ceo nya di hajar oleh ayahnya,, karwna berani mempermainkan seorang wanita
Juan Sastra
setidaknya hargai elena sebagai perempuan yg menjagamu selama ini walau tak menapik jika elena memang goblok mau jadi jalangmu,,
Magda lena
Luar biasa
Juan Sastra
makanya elena jgn terlalu murah, dan bodoh, segitunya mencintai rela hancur demi kenikmatan sesaat dan kebahagiaan yg semu
Juan Sastra
cinta boleh elena bodoh jangan.
Renjun' wif'e
Luar biasa
Jumria Jumi
ceritanya Bagus
Savitri Eka Qodri
Luar biasa
Bunga
jangan Kamila simpanannya papanya andrian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!