NovelToon NovelToon
The Wicery Town Story

The Wicery Town Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Si Bogeng

Sebuah cerita yang berfokus kepada seorang remaja bernama Celvin Lloyd Relgi. Dia berangan-angan untuk menjadi seorang pahlawan kelas-S terkuat yang pernah ia dambakan. Bersama teman-temannya mereka pergi berpetualang dengan keseruan, candaan, suka dan duka akan mereka alami pada perjalanan mereka. Musuh-musuh yang menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu membuat Celvin ingin menjadi semakin kuat demi melindungi orang-orang yang ia pedulikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si Bogeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15: Kota yang Terkubur di Bawah Tanah

“Aduh kamu ini, ceroboh banget deh.”

“Apa…apa maksudmu?”

Aku berada di dalam alam bawah sadarku lagi, dan terlihat hanya ada Aqua yang berdiri di hadapanku. Aku hanya bisa memandangnya dengan ekspresi yang kebingungan.

“Tidakkah kamu lupa? Kamu dan Finn, baru saja jatuh ke dalam lubang kan.”

Jawab Aqua, sambil menaruh kedua tangannya di pinggang.

“Ah benar juga. Yah… ini semua memang salahku. Tapi ada perihal apa kau mendatangiku?”

Dengan menaikkan kepala dan tersenyum ringan, Aqua menatapku dan berkata.

“Dengar, setelah ini kamu pasti akan terjebak di dalam sebuah gua. Dan hal yang pertama kamu harus lakukan adalah berkeliling sekitar, cobalah untuk mencari sebuah jalan. Nantinya jalan itu akan menuntunmu ke sebuah tempat yang akan membantumu”

“Kenapa gak pakai saja ponsel dan telepon nomor darurat?”

“Ah sudahlah, ikuti saja…”

Aqua, tampak memudar dan… aku kemudian terbangun dengan ngos-ngosan. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih aku melihat kebawah dan ternyata yang kududuki adalah setumpuk hamparan bunga yang cukup tebal.

Beruntung karena tebalnya hamparan bunga itu, jatuhku dapat dihentikan. Aku melihat sekitar, dan tampaknya aku berada di semacam gua yang cukup luas dengan beberapa tanaman seperti teratai, bunga, dan jamur raksasa. Aku kemudian melihat Finn, yang juga sedang pingsan tak sadarkan diri diatas jamur raksasa.

Aku kemudian mencoba berdiri dan menghampiri Finn.

“Hey! hey Finn! Bangunlah”

Ucapku yang sedang memanggil Finn. Tak lama kemudian, Finn yang akhirnya siuman berdiri dan menghadap ke arahku dan…

Plak!!

Finn menamparku dengan keras, dan kemudian menggenggam kerah bajuku. Dengan wajah yang marah dia berkata.

“Lihatlah apa yang sudah kau lakukan!! Kita sekarang terjebak disini! Apa yang harus kita lakukan sekarang hah?!!”

Aku yang merasa bersalah hanya bisa meminta maaf dengan nada yang putus asa.

“Maaf…maafkan aku, ini semua memang salahku. Aku harusnya tidak mengikuti rusa tadi.”

Finn, lalu melepaskanku dan terlihat dia sudah sedikit tenang, lalu dia kemudian berkata.

“Huft… ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Tak ada gunanya juga kita bertengkar dan saling menyalahkan.”

“Lebih baik kita cari jalan keluar dari sini.”

Aku jujur merasa bersalah, karena tindakan naifku—kami sampai begini.

Finn, melihat ke atas dan berkata sambil menyilangkan tangannya.

“Tempat kita jatuh cukuplah tinggi, aku nggak tahu apa kita bisa memanjat sampai setinggi itu…”

Yah. Kalau dilihat lagi, jalan lubangnya cukup tinggi. Nggak mungkin kita bisa memanjat sejauh itu.

“Celvin! Kamu seorang Wielder kan? Coba pakai kekuatan tanahmu dan bawa kita keluar dari sini”

“A-apa? Itu jelas mustahil, lubangnya cukup tinggi. Walau jika aku menggunakan kekuatan pilar tanah, kita hanya akan sampai setengah jalan dan EC ku akan habis terkuras”

Jawabku pada Finn, Finn kemudian melihat kebawah sambil berfikir.

“Ah begitu ya. Ada benarnya juga, bagaimana dengan kekuatan angin atau es?”

“Percuma, aku hanya bisa menggunakan tingkat dasar dari element-element itu. Meskipun aku bisa membuat dinding es, hasilnya sama aja kayak pilar tanah tadi”

Finn, kembali menundukkan kepalanya dan kemudian berkata.

“Begitu ya, bagaimana kalau kita telpon Amanda atau siapa?”

Ah benar juga!

Aku kemudian mencoba menelpon Amanda, tetapi…

“Uhhh, Finn”

Sambil menunjukkan ponselku pada Finn, terlihat tidak ada sinyal masuk.

“Oh yang benar saja! Beneran gak ada sinyal di bawah sini?!”

Jawab Finn, dengan frustasi. Aku kemudian teringat perkataan Aqua, dan sontak aku berkata pada Finn.

“Oh iya, aku baru saja ingat—Aqua memberiku sebuah petunjuk”

“Hah?! Apa petunjuk yang diberikannya?!”

Jawab Finn, dengan wajah yang serius.

“Katanya, kita harus cari semacam jalan atau lubang yang menuju ke suatu tempat yang bisa saja menuntun kita keluar dari sini.”

“Oh ya? Baiklah kalau begitu mari kita cari”

Kami berdua, kemudian berpencar untuk mencari dan berkeliling di sekitar. Setelah beberapa lama, Finn memanggilku.

“Hei, Celvin!! Kemarilah—aku menemukan sesuatu…”

Aku yang mendengar Finn, kemudian berlari ke arahnya dan bertanya.

“Ada apa? Apa yang kau temukan?”

“Lihat ini”

Jawab Finn, sambil menunjuk ke arah dinding gua. Aku yang kebingungan kembali bertanya pada Finn.

“Hah? Ada apa memangnya dengan dinding gua ini?”

“Coba kau ketuk dindingnya”

Aku mendekatkan kepalaku ke dinding itu dan mengetuknya.

Tung! Tung! Tung!

“Eh?! Suaranya…”

“Ya. Seperti yang kau dengar, ada ruangan di balik dinding itu. Maka dari itu aku ingin kau menghancurkan dinding itu”

“Baiklah kalau begitu! Finn, mundurlah—akan kuhancurkan dinding ini sampai menjadi debu”

Finn, kemudian mundur dan aku mengarahkan kedua tanganku ke dinding itu. Dan dengan kekuatan tanah, aku melancarkan seranganku.

“EARTH CANNON!!”

Aku meluncurkan bola besar yang terbuat dari batu yang kemudian menghancurkan dinding yang ada di hadapanku.

BOOM!!

Suara ledakan dari Earth Cannon. Debu kemudian menyelimuti daerah sekitar dari gua. Tak disangka, setelah beberapa saat—debunya hilang dan terlihat sebuah terowongan yang mengarah ke suatu tempat.

*Cough

*Cough

*Cough

Ternyata memang benar, ada jalan lagi. Temuan yang bagus, Finn”

Ucapku sambil batuk. Kami kemudian masuk melewati terowongan itu dan semakin jauh kami masuk, kondisi terowongan mulai semakin gelap. Sampai pada suatu titik kami tidak bisa melihat apa-apa lagi.

“Ah sial, aku tidak bisa melihat apa-apa lagi”

Kataku yang tak bisa melihat apapun dan mencoba untuk meraba sesuatu. Finn kemudian berkata.

“Coba pakai kekuatan apimu untuk membuat pencahayaan”

“Ah. Benar juga”

Snap!

Snap!

Snap!

Tss!

Dengan menjentikkan jariku, aku menggunakan kekuatan api untuk membuat sebuah api kecil di telapak tanganku.

“Ahhh akhirnya, aku bisa melihat lagi.”

Ucapku dengan nada yang lega.

“Ayo kita terus jalan lagi”

Jawab Finn, padaku. Kami akhirnya melanjutkan perjalanan, dan sejauh kami berjalan semakin besar pula ketakutan kami menjadi.

Terdengar suara tetesan air dari beberapa stalaktit yang menempel di langit-langit gua, dan banyak juga suara serangga-serangga yang menggema.

“Finn… aku punya firasat yang nggak enak”

Kataku dengan gemetar ketakutan.

“Ayolah. Kita ini juga pahlawan kan?”

Jawab Finn, padaku.

Tak lama setelah itu terdengar suara memekik. Aku yang kaget sontak langsung menoleh ke belakang, dan tidak terlihat apa-apa dari jarak pandanganku.

“SCREEE!!”

Suara pekikan itu semakin menjadi, aku melihat ke arah Finn, dan bertanya padanya.

“Finn, kau dengar itu?”

“Ya. Aku mendengarnya”

Setelah itu kami menoleh ke arah dari pekikan itu dan terlihat sebuah laba-laba dengan ukuran yang cukup besar di hadapanku.

“Huh?! Laba-laba jenis arachnid doang toh?”

Fact 012: Laba-laba jenis Arachnid adalah jenis laba-laba dengan ukuran yang abnormal, mereka biasanya puluhan kali lebih besar dari laba-laba normal. Mereka biasanya ditemukan di daerah sekitar goa, dan berukuran hampir sama dengan kucing dewasa.

Kataku sambil menurunkan kewaspadaanku. Namun secara tiba-tiba, laba-laba itu melompat ke wajahku dan menempel dengan kuat. Aku mencoba melepaskannya dengan cara menariknya untuk lepas dengan sangat keras.

“ARGHHH!! FINN, CEPAT LEPASKAN HEWAN INI DARI WAJAHKU!!”

Finn mencoba membantu dengan menarik dengan kuat. Seperti tak akan lepas, laba-laba itu tetap menempel dengan kuat di wajahku.

“FINN!! PAKAI KEKUATAN PETIRMU”

“A-ah iya!”

Sambil mengarahkan ke laba-laba itu, Finn melepaskan jurusnya.

“Thunderbolt!!”

Zzzt zzzt zzzt

Suara sengatan dari serangan Finn. Tapi bukan hanya laba-labanya yang kena, tapi aku juga—beruntung, Finn mengatur kekuatan serangannya dan hanya menyetrumku sedikit, tapi juga membuat laba-laba itu lepas dari wajahku.

Setelah lepas, aku langsung menginjak laba-laba itu dan menyemburkannya api—yang membuat laba-laba itu mati seketika. Finn yang penasaran, melihat lebih dekat ke laba-laba itu dan menganalisanya.

“Hmmmm? Kalau tidak salah, ini jenis ‘Brown Back Arachnid’ kan? Tumben banget, biasanya mereka berburu secara bergerombol”

Fact 013: “Brown Back Arachnid” adalah jenis Arachnid yang sangat agresif dan memiliki cengkraman yang sangat kuat. Mereka biasa berburu dengan bergerombol dan melumpuhkan mangsanya dengan menempel dan menyedot darah di sekitar bagian kepala.

Finn, lanjut menjelaskan tentang jenis “Brown Back Arachnid” tapi ketika Finn, sedang menjelaskan sambil mengelus dagunya, setetes air jatuh di bagian pergelangan tanganku. Dan ketika aku melihat ke atas, aku terkejut dengan apa yang kulihat.

Kupikir itu adalah air yang menetes dari stalaktit, namun dengan wajah yang ketakutan setengah mati—aku kemudian menepuk pundak Finn, sambil memanggilnya.

“F-F-Finn!! L-L-Lihat keatas”

Finn, dengan kebingungan kemudian melihat ke atas. Dan sama terkejutnya dia denganku, dia juga terdiam tak bisa berkata-kata.

Hal yang kami temukan ternyata adalah ratusan gerombol dari Brown Back Arachnid. Kami kemudian saling menatap satu sama lain, dan Finn kemudian berkata.

“S-sepertinya ini waktu yang tepat untuk lari”

“Y-ya kau benar!”

“Akhhhhh!!!”

“Akhhhhh!!!”

Kami berdua kemudian lari dan berteriak dengan kencang untuk menjauh dari gerombolan Brown Back Arachnid yang mengejar kami dengan cepat.

Di lain sisi, waktu sudah menunjukkan pada sore menjelang malam hari. Ibuku yang sedang menunggu sambil mondar-mandir di depan pintu, mulai cemas dan sambil menggigiti kukunya—kemudian berkata.

“Haduh!! Kemana sih anak itu?!! Udah jam segini, bukannya pulang malah keluyuran”

Lalu ibu, mengambil ponselnya dan mencoba menelponku.

Tak lama kemudian, “panggilan tidak diterima” yang menandakan ponselku tidak aktif.

“Loh?! Kok nggak aktif? Jangan-jangan… nggak—nggak mungkin, Celvin gak mungkin ngelakuin hal yang aneh-aneh. Anak itu!! Selalu saja bikin khawatir”

“Awas saja kamu, Nak!”

Ibu, akhirnya pergi lagi untuk mencariku.

Sementara itu, aku dan Finn—masih berusaha keras untuk berlari dengan kencang. Meskipun dia sudah menggunakan kekuatan petirnya, dan aku menggunakan pemberkatan keluarga (Relgi)ku untuk berlari secepat mungkin. Tapi mereka masih bisa mengimbangi kami.

Terlihat juga dari kerumunan laba-laba itu, seekor lagi yang sangat besar dan masif. Tak lama dari kejar-kejaran yang sangat lama itu, aku melihat setitik cahaya dari kejauhan.

“Finn!! Aku melihat cahaya dari kejauhan!”

Teriakku pada Finn.

“THUNDER DASH!!”

“ACCELERATE!!”

Kami meluncur dengan cepat dan keluar dari tempat yang gelap itu. Sontak aku berbalik dan menggunakan kekuatan tanahku.

“EARTH BARRIER!”

Seketika, dinding batu muncul dari bawah dan menutup dengan rapat jalan masuk itu. Dengan terengah-engah, Finn berkata padaku.

“Akhirnya… kita selamat.”

“Y-ya… sepertinya begitu”

Jawabku dengan ngos-ngosan, aku yang berdiri pun tak mampu menahan lelah—dan membuatku jatuh tak sadarkan diri. Namun sebelum aku menutup mataku, aku mendengar suara orang yang mendekat dan berbicara tidak jelas—kemudian aku menutup mataku, pingsan tak sadarkan diri.

1
Raptor gamer
Ngakak banget!
Lourdes zabala
Aku merasa seperti ikut hidup dalam cerita ini, dari setiap aksi hingga percintaannya 💕
izzky.
Tema ceritanya sangat menarik, semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!