sudah jatuh tertimpa tangga, itulah istilah yang tepat bagi nasib Ridho seorang pemuda miskin.
Baru beberapa hari di tinggal mati ayah nya Intan sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka, dan memilih kawin dengan pemuda kaya dari kota.
Dalam kehancuran hati nya, Ridho pergi ke kota, membawa peruntungan nasib nya.
Di kota, takdir membawa nya harus menikahi Anastasya seorang dara cantik, namun sangat angkuh dan arogan.
Anastasya yang tidak menyukai Ridho, berusaha menyingkirkan pemuda itu dari kehidupan nya.
Disaat hati Ridho mulai putus asa, muncul Rita yang memberi nya semangat hidup dan bangkit kembali.
Namun di saat Ridho dan Rita mulai akrab, justru benih cinta mulai bersemi di hati Anastasya.
Bagai mana Ridho mengatasi kedua nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Doa Malam yang Bikin Resah.
Malam menjelang pukul sepuluh, Ridho belum juga pulang ke rumah kakek Syarkawi.
Anastasya gelisah menanti, bolak balik antara pintu depan dan kamar nya.
"Kurang ajar Kakek Lampir sialan itu, kalau sampai dia berani minggat, ingat saja, akan ku bedah perut nya, ku keluarkan seluruh organ dalam tubuh nya" omel gadis cantik itu sambil memegang tongkat bisbol.
Akhirnya karena terlalu mengantuk, gadis itu tertidur diatas sofa ruang tamu.
Entah sudah berapa lama nya dia tertidur, namun saat terjaga, didapati nya tubuh nya sudah terbaring di atas tempat tidur dengan di tutupi selimut.
Buru buru dia duduk, menghimpun semua ingatan nya yang sudah tercerai berai.
"Tadi aku menunggu Kakek Lampir sialan itu di ruang tamu, sekarang kok sudah di tempat tidur, kakek tidak mungkin mengangkat ku, biasa nya dia membangunkan aku saja dan menyuruh pindah ke kamar, ini pasti kerjaan kakek Lampir sialan itu, jangan jangan!, eh tunggu, jangan jangan dia sudah… " Anastasya bergegas melihat tubuh nya didepan cermin, merasakan anggota badan nya, apa ada yang sakit.
"Seperti nya aku masih utuh, mahkota ku belum dia embat, Kakek Lampir itu kan tidak bisa di percaya, dulu saja dia main sosor aja, kedua pipi ku di sosor, lalu bibir ku di sosor juga, hih sialan tuh kakek Lampir, hilang kesucian ku, kini tinggal keperawanan ku saja, kalau dia berani menyosor nya juga, akan ku sunat habis tuh ekor nya" gumam Anastasya sendirian.
"Eh kok ekor sih, ekor kan di belakang, kalau didepan apaan dong nama nya?… Eh sudah pukul tiga pagi, kemana tuh Kakek Lampir sialan itu tidur?" pikir Anastasya lagi sambil melangkah perlahan keluar dari kamar nya.
Di luar agak remang, karena lampu utama dimatikan, di gantikan dengan lampu kecil yang terdapat di tembok ruangan.
Anastasya celingukan kesana kemari, mencari keberadaan Ridho.
"Ah mungkin dia ke dapur mencari makanan atau minuman, tadi kan dia lupa makan?" pikir nya, lalu dengan berjingkat tingkat, berjalan kearah dapur.
Melewati mushola (ruang sholat), lamat lamat dia mendengar suara lirih seseorang.
"Eh!, ngapain tuh Kakek Lampir malam malam seperti ini, dan bicara dengan siapa dia?" pikiran Anastasya mulai horor.
Perlahan dia mendekati pintu mushola yang hanya tertutup gorden saja.
Dia melihat Ridho sedang khusyuk duduk diatas sajadah nya, mengangkat tangan dan berdoa kepada Allah.
"Apakah ini yang di bilang orang sholat tahajud itu?" pikir Anastasya.
"Ya Allah!, kau tahu bagai mana besar nya rasa cinta ku kepada nya, hanya engkau yang tahu betapa besar rasa sayang ku kepada nya, kini ku kembalikan dia kepada mu, jaga dia ya Allah, jangan sakiti dia ya Allah, berikan dia pendamping yang lebih baik dari pada aku, kuatkan hati nya ya Allah, buatlah dia melupakan aku, karena cuma engkaulah yang maha membolak balikan perasaan hati manusia" bisik lirih Ridho dalam doa malam nya. Suara nya setengah terisak Isak pilu.
"Siapa gadis yang begitu istimewa itu, sehingga didalam doa malam nya pun di panjatkan untuk gadis itu?" pikiran Anastasya mulai kacau. Ada rasa ketidak sukaan nya dengan wanita istimewa itu.
Rasa egois dan ketidakrelaan nya bila ada yang melebihi diri nya pun muncul.
"Secantik apakah dia, sehingga Ridho sampai menangis terisak Isak untuk gadis itu?" pikir Anastasya galau.
Di kamar nya Anastasya duduk termenung diatas tempat tidur nya. Pikiran nya melayang tidak karuan.
"Manusia seperti Kakek Lampir itu kok bisa menangis juga, ku kira dia begitu tegar, ternyata begitu rapuh nya" batin Anastasya merenung.
Gadis ini tidak mengerti, mengapa Disamping rasa benci nya, dia selalu memikirkan anak muda itu. Bahkan ada rasa marah luar biasa setelah mengetahui jika dia memikirkan dan mendoakan kan gadis lain di depan mata nya.
Ternyata benar, kejeniusan seseorang itu tidak ada yang sempurna, meskipun sejenius apapun juga. pasti ada bidang bidang lain yang dia justru bodoh.
Seseorang yang jenius, mampu menciptakan pesawat terbang, disuruh jadi tukang bangunan pasti bodoh, atau seorang milyarder, disuruh bertani juga akan menjadi bodoh.
Begitu pun dengan Anastasya, meskipun dia jenius dalam bidang kesehatan, tetapi bodoh dalam hal cinta asmara.
"Krieeet!" pintu kamar terbuka, Ridho muncul dari balik pintu.
Anastasya menatap tidak suka kearah nya, "kau dari mana dini hari seperti ini?" tanya Anastasya pura pura.
"Aku baru saja bercumbu" jawab Ridho asal.
"Bercumbu dengan siapa?, mbok Jum? Atau Mpok Asih?" tanya Anastasya tak kuasa menahan tawa nya.
"Bukan!" jawab Ridho singkat.
"Lantas? Sama siapa?" ....
"Sama Allah!" ....
"Ih dasar kakek Lampir, ditanya baik baik, malah jawaban nya ketus terus, coba sesekali aku dirayu, siapa tahu hati ku luluh juga" goda Anastasya.
"Ogah!, ogah!, mending aku tidur saja" bantah Ridho.
"Kau tidur di situ aku sebelah sini, dan guling ini batas kita, awas jangan berani nyosor lagi!" ucap Anastasya meletakan guling di tengah tengah antara mereka.
"Tidak usah di batasi, aku juga ogah tidur bersama mu!" sahut Ridho sambil memasang selimut di tubuh nya, lalu merebahkan tubuh nya di lantai berbantalkan tas ranselnya.
"Hm syukurlah, kau pikir aku kegatelan ingin tidur bersama mu, aku cuma ber basa basi saja" ucap Anastasya memutar AC hingga batas maksimum, sementara dia sendiri membungkus tubuh nya dengan selimut.
"Huh! Tahu rasa kau Kakek Lampir tidak tahu diri, besok pagi kau pasti mati beku" batin Anastasya.
Karena dingin, Ridho segera membungkus diri nya juga dengan selimut nya.
Tetapi karena dini hari itu memang dingin, ditambah AC kamar diputar hingga batas maksimum, membuat badan Ridho tidak sanggup juga. Akhirnya dia mulai bersin bersin.
Menjelang pagi, Anastasya terbangun saat matahari sudah mulai memancarkan cahaya panas nya masuk melalui kaca jendela.
Memang setelah nenek nya meninggal Dunia dulu, Anastasya lebih sering tidur di rumah kakek nya, hanya sesekali ke tempat orang tua nya.
Anastasya, semenjak bayi merah baru lahir, sudah di pelihara oleh almarhumah nenek nya, karena mama nya sempat lumpuh selepas melahirkan diri nya. Itulah alasan, mengapa gadis ini menjadi satu satu nya cucu yang paling disayang oleh sang kakek, apalagi menurut kakek nya, wajah Anastasya sangat mirip dengan wajah nenek nya sewaktu muda dulu.
Setelah mandi dan berdandan seadanya nya, Anastasya keluar dari kamar nya, mencari keberadaan Ridho, namun tidak bertemu, yang ada malah kakek nya.
"Dia kemana kek?" tanya Anastasya.
"Dia? Dia siapa yang kau cari? Dia mbok Jum?, atau dia Mpok Asih?" tanya kakek Syarkawi pura pura tidak mengerti.
"Dia, Kakek Lampir" ujar Anastasya.
"Kakek Lampir?, kakek tidak kenal tu, atau jangan jangan sekarang kau memanggil kakek mu dengan kakek Lampir?" tanya kakek Syarkawi pura pura marah.
"Bu, bukan kek!, bukan kakek!" kata Anastasya meralat.
"Lalu siapa?" goda kakek Syarkawi lagi.
"Itu kek!, Ridho!, Ridho!" suara Anastasya nyaring agar kakek nya jelas mendengar.
"Ridho?, Ridho siapa?" tanya kakek Syarkawi pura pura lupa.
Habis sudah akal Anastasya menghadapi kakek nya yang terkadang membuat jengkel itu.
"Itu lo kek, pemuda yang kemarin nikah sama Tasya itu lo" ucap Anastasya kikuk.
"Oh iya!, kakek baru ingat jika sekarang kau sudah menjadi istri orang, kakek lihat tadi dia kedapur, mungkin lapar, dia dari tadi malam belum makan kan?" kata Kakek Syarkawi ketawa terkekeh.
"Ih! Kakek, tua tua masih usil sih!" omel Anastasya berjalan ke dapur.
Ternyata di dapur, Ridho sedang membuat nasi goreng sendirian tanpa di bantu sama mbok Jum.
Wanita tua itu cuma duduk melihat Ridho dengan cekatan nya, membuat nasi goreng.
Setelah nasi goreng nya matang, Ridho segera meletakan di dalam piring nya.
Meskipun nasi goreng itu masih banyak, namun Ridho hanya mengambil untuk diri nya sendiri.
"Hmm sedap sekali mbok, coba deh mbok cicipi, Ridho bikin nya banyak ko, pakai suwiran daging ayam dan telur, juga pakai sosis" ujar Ridho sambil menikmati nasi goreng nya.
Mbok Jum yang sedari awal sudah ngiler, segera menyendok kedalam piring nya, lalu mencicipi nya.
"Hmm Aden Ridho memang jago nya bikin nasi goreng, ini mah kalau di jual, sudah pasti laku den, oh iya non mau juga kah?" tanya mbok Jum yang melihat Anastasya.
"Enggak selera bi, kaga enak pasti!"sahut Anastasya mengangkat bahu nya.
"Ya udah deh, biar mbok Jum habiskan ya?" tanya mbok Jum lagi sambil menggoda majikan nya itu, pasalnya dia melihat beberapa kali Anastasya menelan ludah nya sambil menatap kearah sisa nasi goreng di wajan.
Dia tahu jika nona majikan nya itu penggemar nasi goreng yang fanatik juga.
...****************...
Saya mending berbayar tapi nyaman bacanya, drpd keseringan iklan seperti ini.