Miss Culun Meet Mr Perfect

Aiden yang masih kesal dengan kejadian kemarin siang saat Tuan Dimitri datang ke perusahaannya. Semakin dibuat pusing saat mendengar kabar dari Jack yang mengatakan sebagian para pemegang saham, menarik saham mereka secara bersamaan. Sehingga membuat situasi keuangan di perusahaan menjadi kacau dan dan bisa dikatakan hampir mengalami kolaps.

"Dam ... !" Umpat Aiden membanting semua yang ada di mejanya. "Kenapa bisa terjadi seperti ini!" Bentak Aiden dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Sepertinya, ini karena -- " Jack terdiam tidak berani mengatakannya pada tuannya.

"Karena apa?" Geram Aiden, menatap tajam pada Jack.

"Karena Tuan Dimitri Mateo." Jawab Jack dengan sangat hati-hati.

"Dimitri Mateo? Tapi bagaimana bisa?" Seru Aiden dengan bingung.

"Tuan tidak tahu siapa yang sedang tuan hadapi! Apa tuan lupa? Kalau Tuan Dimitri itu pemilik perusahan terbesar ke dua didunia. Tentu saja sangat mudah baginya untuk membeli saham anda dan menariknya dari perusahaan anda tuan." Jack menerangkan semuanya secara rinci pada tuannya.

"Sial ... si tua itu benar-benar membuat diriku -- " Aiden menggebrak mejanya dengan sangat keras. Lalu terduduk dikursinya sambil memijat keningnya. "Jack, cepat adakan rapat mendadak dengan para pemegang saham yang masih tersisa !" Perintah Aiden.

"Baik tuan." Jack langsung mengundurkan diri dari ruangan tuannya.

Sambil berjalan keluar ruangan, Jack terus memikirkan apa yang sudah terjadi pada tuanya hanya dalam waktu satu hari. "Tuan Dimitri ternyata pembisnis paling kejam yang pernah aku temui." Gumam Jack dalam hati. "Belum menikah dengan putrinya saja, sudah membuat perusahaan Tuan Aiden hampir kolaps. Apalagi jika mereka sudah menikah? Entah apa yang akan dilakukan oleh Tuan Dimitri pada Tuan Aiden."

Dan siang harinya di Perusahan Greenerg, langsung diadakan rapat dadakan dengan para pemegang saham yang masih tersisa. Dan satu minggu setelahnya, Aiden masih disibukkan dengan mengurus perusahaannya yang hampir kolaps.

...........

Mansion Keluarga Mateo.

"Bagaimana?" Dimitri bertanya pada anak buahnya, yang saat ini berada di ruang kerjanya.

"Semua berjalan sesuai dengan rencana tuan, tapi Tuan Aiden Tama Graham bukan orang yang pantang menyerah. Sudah satu minggu ini dia berusaha untuk mengembalikan keadaan perusahaannya. Sampai dirinya harus terbang ke beberapa negara untuk bisa mendapatkan suntikan dana yang dibutuhkan untuk perusahaannya." Anak buahnya menerangkan semua yang terjadi pada Tuan Aiden dan Perusahan Greenerg.

"Ternyata dia cukup tangguh juga." Gumam Dimitri dalam hati. "Tapi setidaknya sudah satu minggu ini Dila tidak berhubungan lagi dengan pria duda itu." Gumam Dimitri tersenyum puas.

"Kau harus bisa membuat Perusahan Greenerg lebih tertekan lagi. Agar pria itu secepatnya datang padaku dan memohon padaku dan mau melepaskan putriku." Perintah Dimitri dengan sangat tegas pada anak buahnya.

"Baik tuan." Anak buah Tuan Dimitri langsung pamit untuk kembali menjalankan misi yang diberikan oleh tuannya.

Namun alangkah terkejutnya Dimitri, saat anak buahnya itu membuka pintu. Dan sudah ada Dila yang berdiri dengan wajah yang terlihat merah dan sorot mata yang tajam padanya.

"Sa-sayang sejak kapan kau berada disana?" Tanya Dimitri. Dengan wajah yang terkejut.

"Dad kau jahat!" Seru Dila, dan langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

Dimitri yang tahu putrinya sudah mendengar semua pembicaraan dirinya dan anak buahnya. Hanya bisa terduduk lemas di kursi kerjanya. Dimitri tidak sanggup jika harus mengejar Dila dan melihat putri kesayangannya menangis karena ulah yang diperbuatnya.

Sementara itu Dila yang sudah berada di kamarnya, merasa sangat kecewa pada apa yang dilakukan Dadnya. Dila pun langsung teringat pada Aiden dan langsung mengambil kunci mobilnya untuk pergi ke Perusahan Greenerg. Dimitri yang melihat kepergian Dila, terdiam menatapnya dan memerintahkan pengawalnya untuk mengikuti kemana putrinya pergi.

Perusahan Greenerg.

Dila yang sudah berada di Perusahan Greenerg, mencoba meminta bertemu dengan Tuan Aiden. Tapi resepsionis kantor mengatakan padanya kalauTuan Aiden tidak ada di dalam ruangannya. Karena saat ini Tuan Aiden sedang berada di Amerika.

Dengan berjalan kearah luar gedung, Dila langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Jack. Dila ingin menanyakan dengan jelas keberadaan Tuan Aiden. Dan ketika telepon itu diangkat Dila pun langsung meminta untuk berbicara langsung dengan Aiden.

"Maaf Nona Dila, Tuan Aiden sedang berada didalam diruang rapat." Ucap Jack yang segera keluar dari ruang rapat. Begitu tahu yang menghubunginya adalah Nona Dila.

"Apa benar kalian sedang berada di Amerika?"

"Benar Nona." Jawab Jack.

"Jack, kenapa Aiden tidak cerita padaku tentang permasalahan perusahaannya yang sedang bermasalah akibat perbuatan Daddyku." Tanya Dila dengan perasaan bersalahnya.

"Tuan Aiden tidak akan mungkin bercerita pada Anda Nona! Karena pantang bagi dirinya untuk mencampuradukkan permasalahan pribadi dengan bisnis. Lagi pula kalau pun Nona tahu semuanya, Tuan Aiden pun tidak akan meminta bantuan pada anda Nona." Jawab Jack.

"Baiklah Jack. Tapi bolehkah aku minta nomer ponsel Aiden? Aku ingin berbicara padanya secara langsung." Pinta Dila.

"Nanti aku kirimkan nomer tuan pada anda nona."

"Oke, terima kasih Jack." Dila menutup ponselnya dengan perasaan bersalah yang sejak tadi menyelimuti hatinya.

Dila tidak pernah menyangka, kalau rencana pernikahan konyolnya dengan Aiden justru membuat perusahaan Aiden hampir bangkrut karena ulah Daddynya. Dila terus berfikir dengan semua yang telah terjadi pada dirinya, Dadnya yang sangat posesif dan sifat Aiden yang tidak menghubunginya sama sekali saat permasalah menimpa perusahannya. Membuat Dila akhirnya memutuskan untuk melanjutakan rencana pernikahannya bersama Aiden. Walaupun tanpa cinta, setidaknya dengan pernikahan ini dirinya akan terbebas dari keposesifan Daddynya.

Amerika.

"Siapa yang tadi menghubungimu?" Tanya Aiden sambil berjalan keluar dari ruangan rapat di perusahaan koleganya.

"Nona Dila tuan!"

"Dila!" Aiden menghentikan langkahnya. "Ada apa dia menghubungimu?"

"Nona menanyakan keberadaan anda tuan, dan Nona Dila juga sudah tahu permasalahan yang disebabkan oleh Tuan Dimitri." Jawab Jack. "Tadi Nona Dila juga meminta nomer ponsel anda tuan."

"Apa kau memberikannya?"

"Iya tuan."

Aiden terdiam sesaat lalu melanjutkan langkahnya lagi tanpa membahas tentang Dila. Baginya saat ini, menyelesaikan permasalahan perusahaannya jauh lebih penting untuk segera ditangani.

..............

Mansion Keluarga Graham.

"Grandma, kapan rencana Grandma akan dilaksanakan?" Tanya Viola.

Viola sudah sangat tidak sabar untuk menyingkirkan wanita berkacamata yang tidak lain adalah mantan adik kelasnya.

"Kau bersabarlah, saat ini perusahaan Aiden sedang mengalami masalah. Jadi aku tidak akan mengganggunya untuk menanyakan rencana yang sudah kita setujui bersama." Grandma Irene menatap pada Viola. "Viola, seandainya cucuku itu tidak memiliki apapun. Apa kau tetap menginginkan dia menjadi suamimu?" Tanya Grandma Irene dengan suara tegasnya.

"Apa maksud Grandma? Memangnya seserius apa permasalahan yang sedang dihadapi Aiden?" Tanya Viola.

"Aiden cucuku, sepertinya sedang sangat kesusahan." Grandma Irene langsung terdiam dengan wajah yang terlihat bersedih.

"Kesusahan? Apa aku perlu meminta Dad untuk membantunya?"

"Tidak perlu Viola! Karena Aiden tidak akan mungkin mau menerima bantuan darimu!" Ujar Grandma Irene menatap pada foto Aiden yang berada di meja tepat disebelah kursi yang didudukinya. "Aku saja sebagai Grandma nya tidak diperbolehkan sama sekali untuk membantunya." Grandma Irene menghela nafasnya dengan berat.

"Grandma, kau tidak boleh bersedih! Aku yakin Aiden pasti akan mampu mengatasi masalah perusahaannya. Dan jika Aiden tidak bisa menanganinya, dan sampai harus kehilangan semuanya. Aku akan tetap setia berada di sampingnya, karena aku sangat mencintainya." Viola memeluk Grandma Irene berusaha untuk terus mengambil hati Grandma Irene dengan tersenyum licik.

"Terima kasih Viola." Jawab Grandma Irene. Grandma Irene merasa sangat bahagia karena Viola mencintai cucunya dengan sangat tulus.