Wanita Tangguh-Ku

Weni langsung masuk ke kamar nya setelah beres semua nya. Bahkan ruang tersebut sudah sangat bersih seperti semula.

"Apakah aku akan kuat? Meski aku terlihat baik-baik saja, tetapi aku sangat rapuh dan sakit sekali rasa nya" gumam Weni dengan merebahkan diri atas kasur.

"Ayah, Bunda, aku merindukan kalian. Merindukan pelukan hangat kalian, qku rapuh, aku sakit Bunda" gumam nya lirih.

Lalu Weni mencoba memejamkan mata nya, tetapi tetap saja tidak mau terpejam. Bahkan Weni mengingat bagaimana Aldi menampar nya dengan tanpa perasaan.

"Mungkin ini memang salahku yang datang di kehidupan kalian" gumam Weni kembali.

Lalu dia terus saja mencoba memejamkan mata nya, hingga akhir nya ia terlelap juga.

***

Sedangkan di Desa yang terletak di pinggiran Kota B, Orangtua Weni masih terjaga.

"Yah, kenapa aku merasa sangat rindu pada Putri kita ya" ucap Bunda Mala

"Ayah juga sama, Bun. Entah kenapa perasaan Ayah mengatakan bahwa Weni tidak baik-baik saja" balas Ayah Toni dengan lirih.

"Ayah takut dia akan selalu berpura-pura kuat dan ceria padahal kenyataannya dia itu rapuh dan tersakiti" lanjut nya lagi dengan berkaca-kaca.

"Setelah selesai dengan pekerjaan ini, kita langsung saja kesana ya, Yah" ucap Bu Mala

"Iyaa Bun" balas Suami nya

Lalu mereka kemudian terlelap dengan terus saja memikirkan Weni. Mereka sangat tahu bahwa Putri nya tersebut kerap sekali berpura-pura ceria padahal dia sedang sakit.

Setelah memastikan sang Istri terlelap, Ayah bangun kembali dan keluar kamar. Dia akan menelpon seseorang.

"Cari tahu semua nya, aku merasa meraka tidak baik-baik saja" ucap Ayah dengan tegas.

Lalu ia matikan kembali setelah mendengar jawaban dari sana. Ayah kembali lagi ke kamar dan ikut terlelap bersama dengan Istri nya.

***

1 Minggu berlalu, Restoran sudah ramai dan Weni merekrut kembali pekerja yang lama dan koki juga sudah mahir dalam memasak setiap masakan.

Hari ini weekend, hampir dari jam 10 pengunjung Resto sudah berdatangan, ada yang Keluarga, bersama sahabat atau pasangannya.

Weni tersenyum puas dengan pencapaiannya, hingga senyum nya luruh saat melihat Suami nya datang bersama Lauren.

"Bahkan kalian sudah berani terang-terangan seperti ini" gumam Weni dengan sendu.

Weni langsung saja masuk ke dalam dapur kembali, ia memilih menghindari mereka daripada harus berdebat.

Hana langsung turun saat ia melihat Suami dari Bos nya masuk. Ia tidak tahu bahwa Aldi bersama Lauren karena dia tidak ada disana.

"Selamat siang, Tuan. Anda mau pesan apa?" tanya Hana sopan.

"Sayang" panggil Lauren dengan manja.

"Sayang" cicit Hana dengan kaget.

"Ahh iya Mbak dia ini calon Suami saya" ucap Lauren dengan bangga.

Hana hanya menganggukan kepala dan langsung mengambil pesanan mereka.

Lalu ia langsung saja menuju ke arah dapur.

"Aku akan tanyakan nanti" batin Hana

Hana melihat Weni yang menyeka air mata nya, ia tahu Weni pasti melihat kedatangan Suami dan Wanita lain.

Dise mengantarkan makanan tersebut dan ia juga kaget melihat siapa tamu nya. Dise hanya bersikap biasa saja karena ia tidak mau ikut campur.

"Apakah ini alasan kenapa Mbak Weni selalu saja datang dengan wajah bengkak dan bekas tamparan" gumam Dise miris.

Karyawan tahu bahwa Aldi suami dari Weni dari Hana dan Hana tahu dari poto yang di pajang oleh Bu Mia di ruang kerja nya.

"Kenapq Mbak Weni pura-pura kuat" gumam Hana saat melihat Weni kembali menyeka air mata nya dan beralasan perih karena memotong bawang.

Hana kemudian mengambil Vidio dan poto Aldi yang sedang bermesraan dengan Lauren.

Hari itu jam bergerak terasa lama, Hana bahkan sudah sangat ingin mengintrogasi Mbak Weni. Tetapi pengunjung semakin banyak dan ia tidak mungkin membawa Weni.

Setelah kepergian Aldi, Weni menghela nafas dan fokus kembali ke pekerjaannya.

"Apa kalian tidak takut ketahuan, atau memang kalian sengaja menunjukannya di hadapan umum" batin Weni meringis.

Hingga jam kerja habis pun Weni tidak beranjak dari ruang kerja nya. Ia ingin lebih lama lagi disana untuk menenangkan pikiran dan hati nya.

Ceklek.

"Boleh aku masuk?" tanya Hana menyembulkan kepala nya di pintu.

"Masuklah" jawab Weni tersenyum.

"Ada apa, Han?" tanya Weni bingung.

Lalu Hana memberikan vidio dimana Aldi dan Lauren datang kesana.

"Kenapa dengqn dua orang ini?" tanya Weni pura-pura bingung.

Hana mengambil ponsel nya dan menunjukan poto pernikahan Weni dan Aldi.

"Tidak usah berbohong atau berlaga kuat, kami disini semua nya tahu bahwa Tuan Aldi itu suami kamu" ucap Hana dengan kesal.

Weni menunduk dan tersenyum getir. Dia lalu melangkah ke arah jendela yang menampilkan keadaan di luar sana.

"Ya kau benar, dia itu suami ku dan wanita itu adalah kekasih nya. Aku di jodohkan dengan nya karena Orangtua kami sangat dekat bahkan saat pertama kali aku melihat nya aku sudah sangat jatuh cinta nya padanya" ucap Weni dengan helaan nafas kasar.

"Tetapi semua nya salah, aku salah telah menyetujui perjodohan ini dan aku salah telah mencintai nya. Hingga hari dimana kita menikah dan baru 1 hari pernikahan kita, Aldi telah membuat nya hancur" lanjut Weni dengan air mata yang sudah menetes.

Weni menceritakan semua nya tanpa ada yang di tutupi sama sekali, ia menceritakan bagaimana perlakuan Aldi dan Lauren pada nya, dan bagaimana licik nya seorang Lauren.

Hana ikut meneteskan air mata nya mendengar semua ceeita Weni, bahkan ia tidak akan sanggup jika harus bertahan dengan lelaki seperti itu.

"Bahkan dengan entengnya mereka menyebut pekerjaan ku menjadi p*m*as na*su pria lain" ucap Weni dengan tercekat

"Aku akan mencoba bertahan dan bersabar, aku tidak ingin membuat Ayah dan Bunda ku bersedih ataupun khawatir. A aku Hiks" ucap Weni menangis dengan sangat pilu.

Hanq yang memang sudah ada di belakang nya pun langsung saja memeluk nya dengan erat.

Hana ikut menangis melihat keadaan Weni yang sangat jauh di kata baik.

"Mungkin memang ini salah ku karena berada di antara mereka" ucap Weni dengan tersendat karena menangis

"Bukan salah-mu, tetapi salah Aldi karena dia yang sudah membuat nya rumit" balas Hana dengan terisak.

Weni menangis, menumpahkan semua nya di pelukan Hana. Ia sudah tidak sanggup lagi menanggung sendiri, ia butuh teman berbagi keluh kesah nya.

Hana diam dan terus saja memeluk tubuh Weni yang masih bergetar karena menangis, hati nya ikut merasa sakit saat mendengar cerita Weni.

Ingin rasanya dia menghajar atau melaporkannya pada Bu Mia, tetapi dia sadar dia tidak punya hak untuk itu.

.

.

.