Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin menyerah
"Kamu mau nulis surat tidak?? " Reihan berhenti di rentetan gembok cinta.
"Untuk apa??? kita tidak punya cinta untuk saling kita ikatkan?? " Intan menjawab sembari tersenyum memandang pasangan lain.
Reihan tersenyum kecut, namun apa yang di rasakan Intan memang betul, dirinya dan Intan tak saling cinta. Kemudian Reihan mengambil handphone nya lalu mengarahkan kamera ke arahnya dan Intan.
"Senyum lah yang manis, seolah kita juga pasangan yang saling cinta... " Kata Reihan merangkul Intan.
"Apa tidak lelah berbohong pada dunia?? " Kata Intan datar.
"Aku sedang berusaha membuat kenangan... Setidaknya kita sudah berusaha, ini akan membahagiakan keluarga kita nanti... ini kelak juga akan menjadi jejak bagi anak kita nanti... " Jawab Reihan lalu masih memotret beberapa kali ke arah dirinya dan Intan.
Reihan menyudahi lalu mengajak Intan berteduh di bawah pohon kemerahan itu, minum air mineral yang di bawanya lalu sisanya di berikan ke Intan, Intan pun meminumnya hingga kandas karena haus, membuat Reihan tersenyum tipis dan mengacak jilbab Intan.
Reihan kemudian asik mengunggah foto kemesraan dirinya di sosial media miliknya. Reihan juga mengambil handphone Intan tanpa ijin lalu mengunggah juga di sosial media Intan.
"Ckkk buat apa sih... " Intan berdecak karena ulah Reihan, jujur Intan tidak suka kehidupan miliknya di konsumsi publik, namun kebalikan dari Reihan justru itu cara dirinya membangun citra di publik.
"Memori... Kita mungkin akan lupa nanti jika tidak membuat jejak... " Reihan menjawab sambil memainkan daun yang jatuh di bajunya.
Saat asik melihat kemesraan banyak pasangan tiba-tiba datang gadis cantik bersama putri kecil yang cantik juga menghampiri mereka berdua.
"Hayyy Reihan.... " Sapa wanita itu begitu antusias dan nampak bahagia.
Reihan terkejut dan menoleh, Syantika teman masa kecilnya dulu yang sempat mengajaknya bertemu rupanya datang bersama anaknya, kebetulan sekali batin Reihan.
"Hayyy... Syan... kamu.... woaaah ini anak kamu??? cantik sekali... " Puji Reihan lalu menggendong gadis kecil itu bahagia, nampak jika Reihan begitu merindukan anak kecil.
"Iya... dia bidadari kecilku... Allea namanya... " Kata Syantika tanpa melihat gadis yang ada di sisi Reihan.
"Hayyy Allea... Ini Om Reihan... " Sapa Reihan yang di jawab celotehan ringan oleh Allea yang baru berusia 4 tahun.
Reihan lupa jika Intan ada di sisinya, mereka pun mengobrol ke sana kemari hingga melupakan Intan yang juga sedang berada di sisi mereka.
Intan pun memilih pergi meninggalkan mereka yang tengah asik, toh mereka juga tidak peduli dengan kehadirannya. Intan pergi berkeliling sendirian meninggalkan Reihan yang tengah bernostalgia dengan temannya.
Reihan menoleh dan dirinya terkejut saat tidak mendapatkan Intan di sisinya. Reihan pun menyapukan pandangan kesemua arah namun Intan tidak terlihat.
"Syan... kamu tadi lihat gadis di sebelahku?? " Tanya Reihan pada Syantika.
"Ah... memang siapa kamu?? " Syantika bertanya seolah tak tau.
"Astagaa aku lupa ya mengenalkanmu... dia istriku... " Kata Reihan menjawab pertanyaan Syantika.
"Oh... jadi kamu kesini bukan liburan atau bisnis ya... aku pikir kamu belum menikah... " Syantika terkejut dengan wajah sedikit sendu.
"Iya kami berbulan madu... " Jawab Reihan jujur apa adanya.
"Ckkk... aku pikir kamu gak akan bisa lupa tentang kenangan kita... " Syantika mengeluh.
"Jangan mulai... kamu yang pergi duluan... " Reihan mulai dingin.
"Tapi sekarang aku sendiri... " Kata Syantika sendu, rupanya dirinya telah sendiri.
"Tapi maaf aku yang sudah tak sendiri... " Reihan mulai kesal karena obrolan mereka sudah tak sehat, Reihan pun akhirnya memilih pergi mencari Intan.
***
Di Hotel.
"Bee???"
"Astagaa... aku nyari kamu kemana-mana... "
"Kamu apa gak punya mulut buat bilang dulu sebelum pergi gitu aja??? "
Reihan kesal menyusuri Namsan Tower sampai lelah hingga putus asa, sementara yang di cari justru asik berbaring di ranjang empuk, bahkan sudah mandi dan segar, sementara dirinya lusuh seperti orang jalanan.
Intan memejamkan mata tak ingin berdebat karena sebenarnya dirinya juga baru pulang dan langsung mandi. Intan juga masih kesal pada Reihan yang mengacuhkan dirinya tadi justru malah asik dengan wanita lain.
"Bee!!! " Reihan membuka selimut Intan kesal.
"Aku tau kamu tidak tidur??? "
"Apa kamu gak bisa bilang dulu sebelum pergi??? "
Reihan berkata dengan nada tinggi karena kesal, lelah sekaligus khawatir. Reihan menarik Intan hingga Intan terduduk dengan terpaksa.
"Apa kamu juga tidak punya mulut untuk mengenalkan aku pada temanmu??? "
"Aku tau... Aku tidak penting jadi tidak perlu di kenalkan... ".
"Apa pula gunanya aku di sisimu... toh aku juga tak terlihat dan tak di anggap... "
"Sudahlah... jangan berlebihan... kemarin juga kamu pergi demi wanita itu tanpa pamit kan... "
Intan berbaring kembali dan menutup tubuhnya dengan selimut, menyembunyikan genangan air mata di matanya yang mulai mengalir.
Reihan membanting tubuhnya di sisi Intan, Rumit sekali memahami seorang wanita. Menikah tanpa cinta saja seperti ini, apa lagi jika menikah karena cinta tentu pasti akan lebih menyulitkan dan menyebalkan hidupnya.
Reihan bangkit lalu mandi dan saat keluar kamar mandi Intan sudah tak ada di dalam kamar hotel. Reihan kembali kesal dan dirinya pun ganti pakaian dan segera mengambil handphone untuk menghubungi Intan, namun handphone Intan ternyata tertinggal di kamar hotel.
"Astagaa dasar gadis es... suka sekali menghilang tanpa pamit... " Reihan segera menggambil jaket dan keluar dari kamar hotel.
Sementara Intan justru asik melihat pemandangan di balkon kamar Hotel, Intan rasanya tak ingin melanjutkan bulan madu ini.
Perasaanya sudah kadung kacau dan tidak bisa menikmati semuanya.
Intan memejamkan mata, saat kemudian sebuah lengan memeluk dirinya dari belakang, Intan terkejut namun aroma wanginya itu membuat Intan tersadar jika itu aroma orang yang seharian membuat dirinya kesal.
"Astagaa, aku mencarimu keluar ternyata kamu di sini... " Kata Reihan.
"Maaf..." Reihan mengambil tangan Intan dan mengecup tangan itu.
Intan menarik tangannya lalu tersenyum kecut, " Bisa kah kamu bersikap seperti dulu saja... aku merasa seperti di permainkan... kadang kamu seperti begitu tulus... kadang aku merasa begitu di hargai...kamu kadang tak melihatku, tak ingat aku... dan ah... sudahlah... sepertinya aku mulai tidak waras... aku mulai larut dalam perasaanku... aku harusnya tidak memakai hati... " Intan mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Rei... " Intan tak bisa menahan bendungan air matanya.
"Rei... Aku menyerah... " Kata Intan lalu menunduk.
"Ini terlalu sulit... aku tak bisa... aku... aku ternyata tidak benar-benar kuat bersandiwara... aku berakting namun hatiku sakit juga saat kamu melihat orang lain... " Kata Intan parau.
"Aku ingin mundur, sebelum terlalu jauh... aku lihat kamu dan dia seperti saling memiliki rasa... jadi sebelum aku jatuh lebih dalam ijinkan aku mundur saja... " Kata Intan membuat dada Reihan terasa sakit dan sesak di tempatnya.
***
aku ikut sesak nulisnya... butuh di hibur... hadiah boleh dong... vote juga mau banget... 🥺