Li Yuan merupakan seorang pemuda keturunan Klan Li, ia berasal dari Klan Cabang Desa Bambu Kuning di Gunung Guntur.
Bakatnya terpendam, tak ada yang menyadarinya hingga ia berkenalan dengan salah seorang Tetua Sekte beladiri.
Perseteruan Klan Li dan Klan Liu menyeret dirinya sebagai target pembunuhan. Pada peristiwa percobaan pembunuhan atas dirinya ia berhasil selamat dari kematian. Bahkan dalam peristiwa tersebut ia berhasil membangkitkan kemampuan mentalnya saat ia berada di ambang kematian.
Li Yuan mendapatkan warisan tidak ternilai berupa Kitab rahasia Kaisar Kematian, kemampuan mentalis yang ia miliki mengubahnya menjadi pemuda yang multi talenta.
Dengan bakat yang gigih Li Yuan berhasil menapaki jalan bela diri secara bertahap sampai dengan ia menjadi Penguasa Alam Langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pusat Energi Yang Aneh
Keesokan pagi
"Tok! Tok! Tok!
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Ibunya Li Yuan melangkah masuk sambil tersenyum, ada rasa bahagia yang ia rasakan melihat putranya tengah beristirahat dengan nyaman.
Di Desa Bambu Kuning, mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari fasilitas kemewahan hidup perkotaan.
Melihat wajah Li Yuan, ia mengelusnya dengan penuh kasih sayang, "Anak ibu sudah tumbuh menjadi remaja yang rupawan, kelak kamu harus bisa seperti ayahmu nak" Ucapnya pelan.
Li Yuan segera tersadar dari tidurnya lalu bangkit dan segera duduk di samping ibunya. "Bu, ada apa sepagi ini sudah rapi?" Tanya Li Yuan sopan. "Aku dan ayahmu akan melihat Toko Herbal yang akan segera dibuka, kami akan mengatur beberapa persiapan. Hari ini kami mungkin pulang akan terlambat, untuk sarapan sudah ibu siapkan untuk kamu dan adikmu. Untuk makan siang nanti akan disiapkan oleh seorang pelayan" Ungkap ibunya penuh kasih. "Baik bu, aku dan adik akan di rumah. Ibu dan ayah agar berhati-hati ya" Kata Li Yuan sambil berdiri dan berjalan keluar menemani ibunya.
Di halaman depan, ayahnya sudah bersiap dengan barang-barang yang akan dibawa. Li Yuan melihat kesibukan baru kedua orang tuanya, "Ayah, apa ada yang bisa kubantu?" Tanya Li Yuan sebelum ayahnya berangkat, "Nanti siang kamu ajak adikmu untuk melihat-lihat" Jawab Li Dan sambil bergegas beranjak pergi.
Li Yuan hanya merapatkan bibir, melihat kedua orang tuanya pergi. Dalam hatinya ia ingin menjadi anak berbakti untuk meringankan beban kedua orang tuanya. Li Yuan kembali masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Hari masih pagi, sinar mentari belum merata menyinari tempat tinggalnya.
Li Yuan berjalan menuju sebuah gazebo di halaman belakang, pandangannya jatuh pada pemandangan Gunung Guntur yang tengah berdiri perkasa menantang langit. Sejenak ia terlarut dalam ingatannya di masa lalu. Ketika masih tinggal di Desa Bambu Kuning, tanpa banyak orang yang tahu, Li Yuan dan Li Tong sering kali keluar masuk Gunung Guntur dan menjadikannya sebagai tempat mengasah keterampilan.
Mereka berdua bergantian saling menjaga, saat-saat tertentu mereka melakukan kultivasi menyerap energi alam Gunung Guntur. Basis kultivasi Li Tong sudah berada pada ranah Pemurnian Qi Tingkat Lima, bakatnya sangat luar biasa. Tanpa bantuan Pil dan ramuan herbal Li Tong mampu berkultivasi dengan baik.
Sementara Li Yuan, bukannya tidak berbakat, setiap ia melakukan kultivasi menyerap energi spiritual, ia hanya merasakan bahwa dalam tubuhnya terdapat lubang yang sangat dalam, menyerap energi alam tidak pernah cukup.
Baru ketika ia memasuki usia ke 15 tahun ia mulai berhasil memasuki tahap Pemurnian Qi Tingkat pertama. Sejak umur 6 tahun, ia mulai dikenalkan ayahnya untuk berburu hewan buruan, ia mulai terbiasa keluar masuk Gunung Guntur bersama ayahnya serta beberapa anggota Klan Li lainnya.
Dalam kurun waktu 10 tahun kecakapannya dalam berburu hewan buas cukup bisa diandalkan di keluarga Li. Bersama Li Tong sahabat kecilnya, Li Yuan kerap mendapatkan julukan sebagai dua serangkai. Hal ini dikarenakan kerjasama mereka dalam berburu sangat baik, kombinasi keduanya selalu berhasil menjebak hewan-hewan buruan.
Li Yuan teringat saat ia dan Li Tong mendapatkan hasil buruan berupa hewan buruan tingkat satu, yaitu kambing bertanduk perak yang memiliki inti beast. Dari hasil berburu tersebut Li Yuan sedikit tertegun melihat hasil buruannya, dalam kepalanya ia berpikir keras, "Selama bertahun-tahun baru kali ini ada hewan beast yang mendekati pemukiman penduduk. Apakah telah terjadi sesuatu di puncak Gunung Guntur" Gumamnya pada saat itu, selain sebagai pemburu yang handal Li Yuan juga mewarisi kecerdasan intelektual dari ibunya, sejak kecil ketika malam hari ibunya dengan telaten mengajarkan cara menulis dan membaca.
Ibunya sangat ketat dalam mendidik Li Yuan, tidak heran jika saat istirahat atau sedang menunggu mangsa, Li Yuan kerap menghafal beberapa bab tentang sejarah maupun pengetahuan umum lainnya. Mulanya ia takut dihukum oleh ibunya, tetapi seiring berjalannya waktu Li Yuan merasakan candu terhadap belajar.
"Kakak!"
Teriak Li Peiyu dari dalam rumah membuat Li Yuan tersentak dari lamunannya. Ia bergegas masuk ke dalam, melihat adiknya yang sudah rapi. "Ada apa?" Tanya Li Yuan. "Aku kira kakak ikut pergi juga bersama ayah dan ibu, aku khawatir jika sendiri" Jawab Li Peiyu yang usianya terpaut 3 tahun lebih muda dari Li Yuan.
"Ah, kukira ada apa?" Ucap Li Yuan tenang setelah melihat adiknya yang manja itu baik-baik saja. "Kak, di tempat baru ini apakah kita akan memiliki teman? Sangat membosankan jika di rumah terus" Perkataan Li Peiyu membuat Li Yuan sedikit tertegun, mengingat adiknya adalah seorang yang mudah bergaul.
"Hmm.. Kurasa di Kota akan lebih banyak teman, ditambah beberapa kerabat Klan Li juga berada tidak jauh dari tempat tinggal kita" Ucap Li Yuan santai. Li Yuan sendiri tidak terlalu memikirkan hal itu, sifatnya agak tertutup untuk bergaul bertolak belakang dengan sifat adiknya.
Semenjak Li Yuan kecil hingga dia tumbuh remaja, ia hanya memiliki Li Tong sebagai sahabat karibnya. Dengan yang lainnya ia hanya berteman sekedar menyapa, sesekali bertemu pada saat acara keluarga atau ketika latihan bersama. Di Desa Bambu Kuning ayahnya memiliki peran yang penting, meskipun ia bukan kepala keluarga namun banyak orang yang menghormati pemikiran serta sikapnya yang bijaksana.
Sementara itu, di sebuah Toko yang baru saja dibuka, tampak sepasang suami-istri tengah sibuk merapikan rak penyimpanan sambil menata barang-barang. Diantara mereka terdapat seorang pelayan yang ikut membantunya, "Tuan, untuk ketersediaan bahan baku apakah kita akan menghubungi pihak penyedia yang lama atau kita akan membuka kerjasama dengan orang lain?" Tanya pelayan itu sambil meletakkan sebuah kotak penyimpanan herbal.
"Untuk menekan biaya, menurutku sebaiknya kita mencari penyedia baru. Sebelum aku ke sini, aku telah membicarakan tentang kesepakatan penyediaan bahan baku herbal dari Li Ching yang tinggal di Desa Bambu Kuning. Kebetulan anak laki-lakinya juga teman bermain Li Yuan, jadi mereka sesekali bisa bertemu saat pengiriman barang" Ucap Li Dan dengan tenang.
Memang sebelum menuju Kota Huanxie ia sudah menjalin komunikasi dengan Li Ching, ayah Li Tong. Mereka berdua juga bisa dikatakan cukup dekat, mengingat hampir 17 tahun tinggal di Desa Bambu Kuning keduanya sudah sering membantu.
Waktu sudah menunjukkan tengah hari, Li Yuan dan Li Peiyu tiba di bangunan Toko dimana ayah dan ibunya akan membuka usaha.
Setelah makan siang, keduanya ditemani oleh pelayan keluarga yang bernama bibi Xia. Xia Rou merupakan wanita paruh baya yang biasa membantu urusan rumah tangga keluarga Li. Sama dengan Li Hang, bibi Xia merupakan pelayan setia yang pernah tinggal di keluarga Li dan mengurus keperluan rumah tangga.