Jika Ada typo atau bahasa yang tidak bisa di mengerti bisa kalian kasih tau di kolom komen^^
Karya pertama Saya di NovelToon.
**
Bella, dia terpaksa menikah dengan Seorang Barra Allister karena sebuah insiden yang membuat Kekasih dari pria itu mengalami Koma.
Tidak ada kisah romantis di dalam pernikahan mereka. Hanya ada penyiksaan dan juga tangisan. Barra menyiksa Bella untuk pembalasan karena telah membuat Kekasihnya Koma.
Tak kuat menghadapi itu semua, akhirnya ada orang baik misterius yang mau membantunya lepas dari Jeratan penyiksaan Barra dan memulai kehidupan Baru.
Namun siapa sangka, ternyata ada satu rahasia besar yang selama ini Bella sembunyikan. Akankah Barra mengetahui Rahasia tersebut? Dan apa yang akan terjadi jika dia tau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ntann_0, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Rasa Bersalah
Bagaikan di sambar petir, Barra benar - benar terkejut dengan jawaban yang Jovita katakan. Pria itu melonggarkan cengkraman tangannya di Dagu Jovita.
"Kau bilang.. Bella? " Ucapnya dengan tak percaya.
Jovita mengangguk perlahan.
Hal itu membuat Barra melepaskan cengkeramannya. Pria itu bangkit dan mengusap rambutnya dengan kasar.
Tidak mungkin! Bella?! Wanita 2 tahun lalu itu adalah Bella?! "
Masih tak percaya. Barra mulai mengingat semua hal yang sudah dia lakukan dahulu pada Bella karena tersulut api Dendam dan amarah. Yang ternyata, dia adalah wanita yang seharusnya dia cintai?!
"ARGH! SIALAN!! "
Dia bahkan tega menyiksa Bella hingga membabi Buta karena wanita itu telah membuat Jovita Koma. Namun nyatanya? Sialan! Setelah ini apa yang harus dia lakukan?! Dia bahkan tak tau dimana Bella berada!
"Kenapa kau melakukan itu? "
Jovita tak menjawab. Wanita itu hanya terus menangis membuat Barra semakin merasa pusing.
"Jawab aku! Kenapa kau melakukan semua itu?! "
"Wa-waktu itu, aku melihat mu di rumah sakit di saat Bella dan juga Ibunya ada di sana. Aku menyuruh mereka pergi dan membiarkan aku yang mengurus mu saat itu. Aku mengatakan semua itu, karena aku menginginkan mu. "
"Namun setelah bersama denganmu cukup lama, aku sudah benar - benar mencintai mu Barra. Aku bersumpah! Aku tak pernah berhubungan lagi dengan mereka, aku mohon percaya padaku! "
Penjelasan itu membuat seluruh tubuh Barra menegang. Hal pertama yang membuat Barra percaya begitu saja dengan ucapannya adalah karena kedua bola mata Jovita yang sama dengan wanita yang sudah menolong nya.
Dan wanita itu.. Adalah Bella?! Apa yang di ucapkan Liam memang benar. Bella memang lah wanita yang sudah menyelamatkannya.
Tanpa mengatakan apapun, Barra keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju keluar.
Kata - kata Jovita masih terngiang - ngiang di kepala Pria itu.
Bagaimana ini.. Wanita itu adalah Bella? Dia benar - benar Bella?! "
Kepala pria itu terasa ingin meledak. Dia tak mampu menerima kebenaran yang sangat tak terpikirkan olehnya.
"Sialan.. Sial.. ARGHH!! "
Pria itu berteriak begitu keras dan membanting stir Mobil dengan kuat. Untung saja dia sudah berhenti dan tak membuat kecelakaan.
Bayangan di saat dirinya menyiksa Bella berputar di dalam kepalanya bagaikan sebuah film. Rasa bersalah telah menyeruak masuk begitu dalam ke dalam hatinya hingga dia merasakan rasa sakit yang amat luar biasa.
"Sial.. Bella.. "
Membayangkan wajah Bella yang terlihat begitu tersiksa karena perbuatannya dulu membuat rasa bersalahnya semakin menjadi - jadi. Dadanya terasa begitu sakit sekarang.
Tiba - tiba saja Barra mengingat semua ucapan yang pria sialan itu selalu katakan padanya dulu. Ternyata memang benar, semua yang dia katakan adalah sebuah petunjuk untuk memperlihatkan sebuah kebenaran.
Dan setelah tau apa yang sebenarnya terjadi, dia benar - benar ingin bersujud di bawah kaki Bella dan meminta maaf kepada wanita itu. Walaupun dia tau jika Bella tak akan begitu dengan mudahnya memaafkannya. Apalagi Mama Rea, Wanita paruh baya itu sudah pasti sangat membencinya sekarang.
"Bella.. Maafkan aku.. "
***
"Bagaimana? " Liam yang melihat Barra kembali ke perusahaan bertanya pada pria itu.
Namun Barra tak menghiraukan nya dan terus berjalan hingga duduk di atas sofa. Wajah pria itu terlihat berantakan dan juga frustasi.
"Dia mengakuinya. "
"Wah! Benar - benar di luar dugaan! Lalu? Apa dia mengatakan siapa wanita yang sebenarnya? "
Barra terdiam sesaat. Hingga akhirnya pria itu menghela nafas dan menjawab. "Bella. "
"Apa? " Untuk menguatkan acting nya, Liam pura - pura terkejut mendengar ucapan Barra.
"Kau bilang siapa? " Tanyanya kembali.
"Bella, wanita itu adalah Bella. "
Brak!
Liam menggebrak Meja lalu berdiri dari duduknya.
"Sialan! Apa ku bilang dulu?! Benar - benar di luar dugaan! Wanita itu benar - benar Bella?! Cih! Sekarang Bagaimana? Kau bahkan tidak tau Bella dimana, kan? "
Barra tak menjawab. Pria itu hanya diam saja dengan tatapan yang kosong.
"Aku yakin Bella tak akan pernah mau menerima mu lagi. "
"Aku juga berpikir begitu. Sudah pasti tidak, Apalagi dengan ibunya. "
Suasana di ruangan itu kembali hening. "Aku benar - benar tak menyangka jika dia akan membohongiku. " Lirih pria itu secara tiba - tiba.
Liam menatap wajah Barra dengan datar. "Kau bodoh. Kau terlalu mudah dikendalikan hanya karena kau mencintai nya. "
Ucapan Liam membuat Barra langsung menatapnya dengan tajam.
"Coba saja, jika sejak awal kau tidak menyiksa Bella dan termakan dengan Emosi dan luapan dendam, kau tidak perlu menanggung terlalu berat kesalahan mu. "
"Lagi pula, Bella juga akan menjadi salah satu korban. Dia tidak tau jika mobil yang dia kendarai mengalami rem blong, dan karena saat itu Mobil yang kau kendarai mengarah pada Mobil yang Bella kendarai, maka kecelakaan pun tak bisa di hindari. "
"Bella menjadi sasaran pembunuhan berencana seseorang. "
Penjelasan Liam membuat Barra dengan cepat menatap ke arahnya dengan terkejut. "Kau..?! "
"Aku menyelidiki lagi semua yang terjadi waktu itu. Walaupun kau menyuruh ku untuk tidak melakukannya. Tapi aku yakin ada sebuah kejanggalan dengan apa yang terjadi. Jadi itu sebabnya. "
"Lihat? Jika saja kau tidak langsung tersulut amarah waktu itu, mungkin semua ini tak akan terjadi terlalu jauh. "
Perkataan Liam membuat kepala pria itu seakan ingin meledak sekarang juga.
Barra menjambak Rambutnya kuat - kuat lalu membanting meja yang ada di hadapannya hingga terbelah menjadi dua.
"AARGHH!! SIALAN!! "
Liam diam di tempat. Namun salah satu sudut bibir pria itu terangkat.
A, Kita berhasil. Misi kita sukses! "
***
Asekk!!!
Gimana Barra??
Skakmat yehh🤪
Kaget gak tuhh
Ayo Rujak Barra breng - breng guyss🤣🔥
maaf yehhh barra kaya nya Bella trauma sama kamu dah .. trauma nya itu membekas ga bisa hilang barra... untuk kembali kaya nya Bella ga bisa ya barra 😌😌
barra ya ga boleh ketemu dulu sama Bella .. urus aja dulu masalah barra biar beres baru nyesel2 bingit tuh siksa aja si barra tuhhh gara2 mulut lemes nya 😡🤬
mending Bella sama bang caspar aja 😁
sampe tamat cerita nya jgn ga tamat2 kaya novel lain nya tapi ga ada ending nya mirizzz😓😓
nyesel kan barra 😂😂😂
sayang nya Bella ga mau balik ke kamu lagi Krn Bella trauma banget.
jangan balik ke barra lha
gw ogah kl Bella balik ke barra ga ikhlas gw mah .. team caspar