Amecca Saraswati seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi sedang melakukan kemah bersama teman-teman anggota mapala di kampusnya.
Ia bertemu dengan pria yang sangat tampan di tepi sungai ketika sedang mandi di sungai. karena pada pria tampan itu akhirnya mereka berkenalan. Mulanya Mecca tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang merupakan pangeran dari Siluman harimau yang sedang bertugas menjaga gunung Arjuno bernama Lakeswara Pandita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Pandita berpamitan pada Rengganis dan Pramudya untuk mengunjungi istana peri karena ingin menemui anak istrinya.
Pramudya meminta Sansik untuk mengawal kepergian Pandita menuju istana peri. Karena dirinya sedang sangat sibuk untuk membangun kembali castil kristal yang sudah di buat hancur oleh para siluman monyet.
Telaga kristal yang ia buat dengan penuh perjuangan juga tidak luput dari amukan siluman monyet, keadaan telaga itu menjadi porak poranda, untung sumber air masih tetap mengalir sehingga Pramudya hanya perlu memperbaiki pinggiran batu cadas dan membersihkannya saja. Semuanya Pramudya meminta budak manusia untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi di castil kristal.
.
Sesampainya di istana peri, Pandita langsung di persilahkan masuk oleh para prajurit peri. Pandita terlebih dahulu menemui ratu peri Teresa.
"Apa kabarmu nak, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Teresa saat melihat Pandita mendatanginya di singgasana.
Pandita tersenyum dan memberi hormat terlebih dahulu pada Teresa.
"Aku sudah baik-baik saja bibi, aku kemari untuk menemui anak dan istriku. Aku sangat merindukan mereka, dimana mereka saat ini?" tanya Pandita dengan wajah sumringah.
Teresa berdiri dari singgasana nya dan mendekati Pandita.
"Bibi tau kau pasti ingin menemui mereka, mari bibi antar ke kamar Mecca."
Mereka berjalan menuju kamar Mecca berada, sesampainya di depan kamar, Mecca ternyata sedang menimang Harjun.
Mecca mengalihkan atensinya pada mereka yang mendekat kearahnya dan langsung membelalakkan matanya ketika melihat Pandita bersama dengan Teresa.
Ia terpaku menatap Pandita yang mendekat kearahnya dengan senyum mengembang.
Sesampainya di hadapan Mecca, Pandita langsung memeluk tubuh Mecca yang sedang Menggendong Harjun. Ia menciumi pucuk kepala Mecca.
"Pandita!"
"Iya sayang, aku kembali. Kenapa dengan wajahmu?" ujar Pandita, karena melihat wajah Mecca yang seperti tak percaya.
Mereka kembali berpelukan, karena merasa terusik akhirnya Harjun menangis.
Pandita langsung meraih Harjun dari gendongan Mecca.
"Hei anak tampan, ayah sudah kembali." Pandita menciumi Harjun dengan gemas, ia juga beberapa kali mendekap erat putranya karena rindu.
Setelah puas menggendong Harjun, Pandita mendekati Teresa yang sejak tadi memperhatikan mereka.
"Bibi, bisa tolong jaga Harjun untukku. Aku ingin berbicara berdua dengan Mecca!" kata Pandita.
Teresa tersenyum penuh arti dan mengangguk paham. "Tentu, bibi akan menjaganya. Kemari sayang!" Teresa mengambil Harjun dan menggendongnya. Ia mengerti jika saat ini Pandita ingin melepaskan rindunya bersama Mecca. Ia memahaminya karena ia juga pernah muda. Teresa membawa Harjun ke taman Peri. Biasanya Harjun akan senang melihat para peri beterbangan diatas kelopak bunga.
Sepeninggal Teresa, Pandita meraih tangan Mecca dan membawanya masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
"Sayang, aku sangat merindukanmu!" ujar Pandita dengan menangkup wajah Mecca.
Mecca tersenyum lalu menyambar bibir Pandita karena ia juga sangat merindukan Pandita. Mereka berciuman panas sambil berjalan menuju ranjang. Tangan mereka juga tidak berhenti melepaskan satu-persatu pakaian yang melekat pada tubuh pasangan mereka.
Hingga tubuh mereka polos tanpa sehelai benang, Pandita mendorong tubuh Mecca keatas ranjang.
Brukk.
"Aaaw! Pelan Pandita!" protes Mecca dengan tertawa.
"Aku sudah tidak sabar sayang, maaf mungkin kali ini aku akan bermain sedikit kasar karena aku sudah sangat lama menahannya!" jawab Pandita dan kembali menyambar bibir Mecca. Ia hisap dengan kuat hingga Mecca merintih.
Tangannya tidak berhenti meraba dan meremas semua inci tubuh mecca.
Mecca hanya pasrah berada di bawah Kungkungan tubuh siluman harimau itu yang besar dan gagah, ia terus merintih dan mengerang karena sentuhan Pandita yang kasar dan sesekali menyakiti tubuh nya. Tapi anehnya Mecca malah menikmatinya.
Pandita menghisap semua bagian tubuh Mecca yang ia sukai dengan bringas hingga meninggalkan bekas kemerahan, terutama pada bagian leher dan dada nya.
Saat Pandita bermain-main di bagian selangka nya. Mecca tak henti-hentinya mengerang, Sentuhan Pandita kali ini benar-benar sangat berbeda dengan biasanya.
Mecca menatap Pandita yang berada di bawahnya dengan tatapan sayu karena gairah. "Pandita, apa ini benar kau, aaakkhh!" Mecca meremas kuat rambut tembaga milik Pandita dan mengangkat pinggangnya karena mendapatkan pelepasan.
Mecca sedikit khawatir. Ia khawatir jika ada siluman lain yang menyamar sebagai Pandita.
Setelah membuat Mecca klimaks, Pandita mendongakkan kepalanya dan tersenyum mendengar pertanyaan Mecca. "Ini aku sayang, suamimu! Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Aku merasa kamu berubah dalam menyentuhku, biasanya kamu tidak sebringas ini, kamu bukan siluman lain yang menyamar menjadi Pandita kan?" Ujar Mecca yang lemas diatas ranjang karena baru mendapatkan pelepasan dari permainan lidah Pandita.
"Ha ha ha! Aku kan tadi sudah mengatakannya. Jika aku akan bermain sedikit kasar, sudah lama aku Manahan hasratku pada istriku. Aku ingin membuatmu berteriak karena permainanku. Aku juga ingin setelah ini kamu memuaskanku!" ujar Pandita lalu beringsut naik keatas tubuh Mecca, ia kembali mengungkung tubuh Mecca dan mencium kedua kelopak mata istrinya.
Ia ingin mengingatkan Mecca jika yang menyetubuhinya saat ini adalah benar Pandita suaminya. Karena setiap kali akan melakukan penyatuan Pandita akan menciumi mata Mecca.
"Aku benar suamimu Pandita sayang, bukan yang lainnya. Jangan khawatir, aku hanya sedang sangat berhasrat ingin menyentuhmu!" bisik Pandita tepat di telinga Mecca kemudian menggigit sensual daun telinga istrinya.
Kali ini Mecca yakin jika yang berada diatas tubuhnya adalah Pandita.
"Aku percaya sekarang Pandita!" ucap Mecca dengan senyum manis, Pandita lalu kembali melihat bibir Mecca dan melakukan penyatuan.
Suara erangan Pandita dan rintihan Mecca bersahut-sahutan di dalam kamar itu. Meskipun kamar itu memiliki jendela besar yang terbuka dan angin sejuk yang silih berganti masuk ke dalam kamar tidak membuat keringat mereka berdua surut, justru semakin lama, tubuh mereka semakin bermandi keringat.
Pandita menghisap air sumber kehidupan putranya dari pay*dara Mecca, ia tidak perduli bagaimana nanti jika putranya menangis ingin menyusu, yang ia inginkan adalah saat ini hasratnya yang telah lama terpendam tersalurkan.
Mecca pun tidak menahan Pandita yang menghisap sumber kehidupan putranya itu, ia terlalu terbuai dengan sentuhan Pandita yang memabukkan dan membuatnya melayang. Berkali-kali Pandita membuat Mecca melenguh panjang karena pelepasan, tapi Pandita sama sekali belum ada tanda-tanda ingin mengakhiri permainannya. Ia benar-benar menggila diatas tubuh Mecca.
"Pandita aku lelah!" rengek Mecca yang sudah mulai kelelahan melayani Pandita.
"Aku tidak mendengarnya sayang aaah, aaah!" jawab Pandita dengan mata terpejam. Jemari tangannya yang besar mengubah posisi Mecca menjadi tengkurap.
"Tidurlah jika kamu lelah sayang!" ucap Pandita masih dengan mata terpejam. Karena efek ramuan yang tabib berikan, membuat stamina Pandita menjadi besar, ia bahkan tidak kelelahan karena sudah lama menggarap tubuh Mecca.
Mecca memejamkan matanya karena lelah, namun ia masih menikmati Hujaman yang di lakukan Pandita.
Baginya selama Pandita tidak menduakannya ia akan melayani suaminya dengan baik, tidak ada alasan bagi Mecca untuk menolak Pandita selama dirinya dalam keadaan sehat dan tidak sedang datang bulan.
Para siluman yang berjenis kelamin wanita tidak ada yang mengalami menstruasi seperti Mecca, awalnya Pandita merasa heran, tapi Mecca memberikan pengertian pada Pandita. Agar jangan meminta untuk bersenggama saat dirinya sedang menstruasi. Untungnya Pandita mengerti dan tidak memaksa. Namun Mecca akan memuaskan Pandita dengan cara lain jika memang Pandita sedang sangat berhasrat.
Menurut Pandita, hal itu sama sekali bukan masalah besar, karena ia menikah dengan manusia bukan sesama siluman sepertinya. Justru itu adalah keistimewaan wanita dari bangsa manusia yang menjadi pembeda dengan bangsa siluman.
aq kira lupa unk di lanjutkan hehehe
Bunga mawar 🌹 deh
please double update dunk Thor
aq ngasih mawar 🌹