He'S Obsessed

...

... happy Reading......

Di rumah besar nenek buyut, semua keluarga menginap. Rumah itu besar, ada banyak kamar untuk sepasang tidur. Sengaja di desain seperti itu, untuk memudahkan anak cucunya menginap.

Malam ini terasa berbeda, bulan sangat cerah menerangi kota. Arsen belum merasakan mengantuk, dan memilih merokok di balkon. Sambil menikmati malam yang indah ini, dia sertai dengan kepulan asap dari mulutnya.

Hatinya terasa kosong saat ini, tidak ada yang menarik dalam hidupnya. Kehidupan nya terlalu monoton, tenang dan membosankan. Masalah pekerjaan, masalah pribadi, masalah keluarga semuanya terasa biasa saja. Tak ada yang special, hampa dan membosankan.

Trak!

Arsen melirik dengan ujung matanya, suara pintu balkon di buka. Dia tahu seseorang menghampirinya dengan perlahan.

"Apa yang kau lakukan disini?" arsen bertanya dengan datar. Mendongakkan kepalanya menatap langit malam.

Ailen sedikit tertegun mendengar pertanyaan pria di depannya. Sangat jarang bisa sedekat ini, dia tak terbiasa dengan suara berat yang bertanya padanya.

"Um, aku kesulitan tidur, jadi aku memutuskan kesini. Ternyata ada orang". Jawab nya sembari mendekat.

"Hm. Duduk lah" titah pria itu, melihat gadis di sampingnya yang hanya berdiri.

Ailen mengangguk, menelan ludahnya kasar. Dengan memberi jarak duduk di samping pria itu. Dadanya berdebar, bersebelahan dengan orang yang di sukai.

Arsen menoleh, merasa tersinggung oleh gadis labil di sampingnya. Berdecak pelan, arsen menarik tubuh kecil itu hingga menempel padanya. Tentu saja ailen terkejut bukan main.

"Mendekatlah. Aku tidak akan menggigit mu". Ucap pria itu.

"Eh!"

Ailen terdiam kaku, benar benar seperti patung secara mendadak. Dirinya bersebelahan dengan pria itu, tubuh  mereka bahkan ber tempelan. Tidak, jantungnya tidak aman.

Matanya memelotot, menatap pria yang sialnya juga menatap dirinya. "Apa yang paman lakukan?" tanya nya pelan.

"Aku tidak terbiasa duduk berjarak. Kau bilang kesulitan tidur, apa ada masalah?"

"Tidak!" jawab ailen.

"Jangan bohong. Jika tidak kenapa bisa kesulitan tidur hm? Biasanya orang yang sulit tidur adalah orang yang memiliki masalah. Apa yang sedang kau pikirkan?" arsen menyesap rokoknya, kemudian mengepul asap keluar dari mulutnya.

"Tentu saja aku memikirkanmu!" jawaban spontan yang ailen ucapkan dalam hati. Tidak mungkin dia Mengatakan nya secara langsung.

"Aku cuma belum ngantuk. Oh ya, paman kenapa belum tidur? Ini sudah malam lho". Ailen bertanya, melirik jam di lengannya yang menunjukkan pukul sepuluh lebih.

"Malam ini indah bukan?" arsen balik bertanya. Mengalihkan arah pembicaraan.

Spontan ailen mengangguk. Tentu malam ini sangat indah, terlebih di temani orang yang di sukainya.

"Bulannya terang banget. Anginnya juga gak kenceng, enak untuk menyendiri". Jawab ailen ikut mendongak.

Menatap bulan yang begitu sempurna bersinar. Tak banyak bintang, sedikit berkurang dari malam biasa. Di tambah angin malam yang tak begitu kuat, sangat nyaman untuk menyendiri.

"Paman?!"

"Hm?"

Ailen menggigit bibirnya, menatap pria di sampingnya. Wajah tampan nya begitu nyata, pun mata tajamnya yang sering membuatnya merinding.

Ragu ailen untuk berbicara, tapi dia sungguh ingin bertanya. "Paman, apa paman pernah jatuh cinta?"

Ailen segera menutup mulutnya, wajahnya yang polos memerah karena malu. Gadis itu merutuki dirinya sendiri.

Arsen terkekeh dengan reaksi nya. Pria itu kemudian berdehem pelan. "Hm, jatuh cinta ya? Dua puluh delapan tahun berada di dunia ini rasanya tak mungkin tak merasakan cinta".

" benarkah? Tapi aku bingung, seperti apa jatuh cinta itu?" ailen menoleh kembali.

"Saat kau jatuh cinta dengan seseorang, kau akan bahagia meski hanya melihat nya. Hatimu berdebar saat berada di samping nya, dan kau akan terus memikirkan nya tanpa henti". Ucap sang Casanova.

Ailen terdiam, dadanya semakin berdebar kala mata mereka bertabrakan. Dia segera menoleh menghindari mata tajam pria itu.

"Apa kau sedang jatuh cinta?" tanya arsen.  Ailen meneguk ludahnya, sebelum akhirnya mengangguk.

"Benarkah? Coba kau cerita kan padaku seperti apa dia di matamu". Tutur pria itu. Tangannya sengaja merangkul bahu gadis itu dari belakang.

Ailen terkejut, jantungnya semakin di buat tak aman. Dia melirik sekilas pada tangan besar yang berada pada bahunya.

"Dia, um dia pria yang baik." jawab ailen.

Arsen mengangguk. Alisnya terangkat sebelah, "hanya itu?"

Ailen menggeleng. Tentu saja tidak, terlalu banyak kata untuk menggambarkan seberapa indah dia di matanya.

"Dia tampan, berpendidikan dan sangat disiplin. Dia rajin bekerja sampai kadang telat ke pertemuan keluarga". Lanjutnya. Mengusap pelan tangannya yang tertimpa udara malam.

Arsen tersenyum mendengarnya, menyeringai sembari memadamkan rokok di tangannya. Gadisnya sungguh polos!

"Kau sudah lama menyukainya? Kenapa tidak memberitahu nya?"

Entahlah, ailen merasa pertanyaan pria itu sungguh mendebarkan. Dia merasa gugup berada di samping nya.

"Yah aku sudah lama mencintai nya. Dia juga first love dalam hidupku. Tapi aku tak berani memberitahunya, aku takut dia tak menyukaiku. Aku juga tak tahu, mungkin  dia sudah punya pasangan. Aku tak ingin  menghancurkan kebahagiaan nya. Apalagi dunia kami berbeda, aku cuma anak sekolah dan dia sudah bekerja. Mungkin sebentar lagi akan  segera menikah". Ucap ailen.

Arsen mengangguk, melepas rangkulan bahunya dan meraih ponselnya yang berdering. Pria itu berdiri, sedikit menjauh dari sang gadis. Membelakangi nya dan mengangkat panggilan.

Ailen meremas ujung baju yang di kenakan nya. Menunduk pelan l,alu menghembuskan  napas beratnya. Dia menoleh, merasa pamannya akan lama dia memutuskan untuk pergi.

"Ailen!"

Berhenti, ailen menoleh pada arsen yang memanggilnya. Pria itu menutup ponselnya sebentar sembari menoleh padanya.

"Tunggu". Ucap pria itu.

Dan ailen menurut. Berdiri di sana sembari tertunduk, menunggu pria itu datang menghampiri nya. Setelah mematikan ponselnya arsen mendekat, berdiri dua langkah di depan gadis itu. Yang tertunduk malu sembari memainkan jari jemarinya.

" apa itu aku?" arsen bertanya. Dengan teduh menatap gadis di bawahnya.

Ailen mendongak seketika, matanya melebar sebentar. Tatapan mereka bertemu, membuat perasaan nya semakin tak terkendali.

"A-apa?" tanya gadis itu tak mengerti.

Arsen Memperjelas pertanyaan nya. "Kau mencintaiku?"

Deg!

"Bagaimana paman bisa tahu?"

...... Q.....