NovelToon NovelToon
KEISHAKA : You'Re My Melody

KEISHAKA : You'Re My Melody

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ziadaffi Ulhaq

Dia, lelaki dengan prestasi gemilang itu tidak sesempurna kelihatannya. Sayang sekali kenapa harus Nara yang menyaksikan rumitnya. Namanya Yesha, menyebalkan tapi tampan. Eh? Bukan begitu maksud Nara.

Dia, gadis ceroboh yang sulit diajak bicara itu sebenarnya agak lain. Tapi Yesha tidak tahu bahwa dia punya sisi kosong yang justru membuat Yesha penasaran tentang sosoknya. Namanya Nara, tapi menurut Yesha dia lebih cocok dipanggil Kei. Tidak, itu bukan panggilan sayang.

Jatuh cinta itu bukan salah siapa. Pada akhirnya semesta berkata bahwa rumitnya bisa dipeluk dengan hangat. Dan kosongnya bisa dipenuhi dengan rasa.

Oh, tenang saja. Ini hanya masalah waktu untuk kembali bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziadaffi Ulhaq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIDAK LAGI

BUKAN sebuah pesta besar yang akhirnya digelar di paviliun rumah Yesha malam setelah hari terakhir ulangan kenaikan kelas. Tapi meja besar yang ada disana terisi penuh oleh berbagai jenis makanan dan minuman. Semerbak berbagai aroma makanan memenuhi langit langit paviliun, musik indie yang disetel dengan volume sedang—asal terdengar—menambah suasana tenang malam ini.

Diatas meja bundar yang dikelilingi tujuh orang, tepatnya ditengah mereka dan diantara makanan yang ada, tumpukan kartu berisi topik obrolan yang akan mereka bicarakan terlihat mulai pendek. Sudah banyak yang mereka obrolkan sejak dua jam lalu. Seharusnya ada delapan orang, tapi Tasya menolak hadir. Katanya sedang tidak enak badan. Entah betulan atau tidak.

Laudy mengambil kartu yang ditumpuk terbalik, membaca isinya. “Sebutin satu mantan terindah kamu, dan apa alasannya.” Ia lalu menaruh kartu tersebut di tumpukan yang sudah dibacakan.

“Mulai dari lo.” Rania menunjuk Ryan.

Ryan menegak jus jeruknya sekali, menunjuk dirinya sendiri. “Gue nih?”

“Iya buruan.”

Semua orang menaruh atensi pada Ryan seraya sibuk menikmati makanan ditangan masing masing.

Hening sepuluh detik penuh.

“Ah lama lo.” Gerutu Jean, ia bahkan sudah selesai menghabiskan pasta yang baru diambil lima menit yang lalu.

“Ya gue mikir dulu anjir.”  Sahut Ryan.

“Kalau nggak ada bilang aja, nyet! Emang lo punya mantan?” Tanya Hananta. Sebab setahunya, seumur ia berteman dengan Ryan lelaki itu tidak pernah pacaran.

Ryan melotot, protes keras. “Punya anjir gue! Mantan SD!”

“Indah emang?”

“Nggak sih.”

“Goblok lo.”

Mereka tertawa kecil, sekaligus kesal karena sepuluh detik mereka terbuang sia sia untuk jawaban Ryan yang tidak ada gunanya. Lelaki itu hanya nyengir bodoh, tidak merasa bersalah.

Yesha yang duduk disamping Ryan sudah membenahi posisi, ia tahu setelah tawa semua orang reda maka gilirannya bicara. Matanya sudah menatap awas pada Nara, berjaga jaga takut gadis itu merasa tidak enak dengan apa yang akan Yesha bicarakan tentang topik ini.

“Lo, Sha? Mantan terindah lo?”

Benar bukan? Yesha menoleh pada Rania, menanggapi pertanyaannya dengan lirikan mata menunjuk kekasihnya yang duduk disisi kanan Yesha.

Rania yang mengerti arti lirikan mata itu lantas beralih pada Nara. “Nggak apa apa, kan, Ra? Cuma game.”

Nara mengangguk, bahunya mengedik santai. “It’s okay.”

“Lo siap siap, Ra.” Hananta memperingatkan.

“Gue, sih, udah bisa nebak siapa.” Jean tersenyum miring, seolah bisa membaca pikiran Yesha.

Nara menatap mereka bergantian. Memangnya kenapa?

“Jadi siapa, Sha?” Laudy jadi ikut penasaran.

“Giselle.” Jawab Yesha sedikit ragu. “Giselleya Ghayla.”

“Kan. Kata gue juga apa?” Jean menyikut Hananta, bangga tebakannya benar.

“Gini ya gue jelasin,” Yesha membenahi posisi duduknya, melirik Nara takut gadis itu berpikir yang tidak tidak. “Sebenernya gue nggak mau nyeritain ini lagi, tapi ini adalah level tertinggi gue ketemu dan langsung klop sama satu orang, cewek yang dewasa, dan mendewasakan gue, dia yang selalu berhasil bikin kita nggak pernah berantem. Sama sekali. Pokoknya, dulu, enam bulan sama Giselle tuh singkat, tapi indah.”

“Terus kenapa putus?” Nara menatap Yesha, ekspresi wajahnya berubah ‘tidak santai’.

Yesha menghela napas, meraih jemari Nara dan menggenggamnya erat. “Kalau nggak putus gak bisa ketemu kamu dong.”

“Waduuhh…bau bau perang, nih.” Jean cengar cengir tidak jelas, ia memilih mengambil pizza yang tersaji ditengah meja.

“Ngeri cuy, ngeri.” Hananta tertawa.

Rania memegang bahu Nara, menyabarinya. “Santai, Ra, calm down.”

“Udahlah gak mau gue lanjutin.” Yesha menyerah, daripada ia bertengkar dengan Nara setelah ini.

“Tapi Nara bener, kenapa putus?” Tanya Laudy tanpa bermaksud mengompori suasana.

“Ya nggak takdir aja. Dia-nya juga udah kemana kali. Udah, masa lalu nggak usah dibahas terus.” Yesha menatap Nara melas, takut Nara betulan marah padanya. “Sekarang udah dapet yang lebih baik masa di sia siain?”

“Bohong, Ra, takut dia!” Ryan mengompori.

Yesha melotot padanya, menyuruh Ryan diam.

Hampir dari mereka semua tertawa melihat ekspresi Yesha yang kontras dengan Nara. Gadis itu seolah bisa menelan Yesha detik ini juga.

“Heh, Ra! Tuhan menciptakan amarah masa lo sabar? Ngamuk dong!” Jean ikut ikutan, disusul gelak tawa semua orang.

“Diem lo kampret!” Umpat Yesha, nyaris melempar Jean dengan piring kaca.

“Gue juga punya mantan terindah anjir, tapi please, ini ceritanya plot twist yang gak akan kalian duga duga.” Rania memotong, loncat pada cerita dirinya sendiri.

“Mantan lo yang…” Laudy menatap Rania memastikan.

“Iya anjir!” Seolah bisa membaca pikiran satu sama lain, Laudy dan Rania tertawa duluan, wajah mereka semangat bercerita.

“Tahu gue tahu cerita ini! Asli seru banget!” Dengan antusias Laudy secara tidak langsung menyuruh mereka semua mendengarkan.

Drrtt…drrtt…drrtt…

Ponsel Yesha berdering. Sejenak lelaki itu merogoh kedalam saku, melihat siapa yang meneleponnya. Layar berkedip itu menunjukkan nama seseorang yang membuat Yesha segera berdiri dari kursi. Semua orang menatapnya.

“Heh, mau kemana lo?”

“Padahal gue baru mau cerita anjir.” Rania mendengus pura pura kecewa.

Yesha merapatkan ponsel pada telinga. “Lanjutin aja, gue kebelakang dulu.” Pamitnya, sejenak mengacak puncak kepala Nara. “Bentar, sayang.”

Nara yang masih cemberut hanya mengangguk malas malasan. Ekor matanya mengikuti pergerakan Yesha yang berjalan keluar dari paviliun. Siapa sih memangnya? Sampai Yesha harus menjauh seperti itu.

Sepuluh menit.

Meja semakin dipenuhi tawa.

“Eh, seumur umur gue nggak pernah ketemu sama cowok sebaik itu, kan, jadi pas ada otomatis gue bego lah!” Rania masih semangat menceritakan kisahnya.

“Terus plot twist-nya nih cowok gay? Homo? Bener bener sial nasib lo!” Jean tertawa, ekspresinya masih terkejut, hampir tidak percaya.

“Nggak kebayang, sih, kalau jadi lo.” Hananta geleng geleng, memegangi perutnya yang kram karena terlalu banyak tertawa.

“Gue seneng dong pas dia bilang dia yang gak pernah punya temen akhirnya punya! Tapi lama lama kok makin awkward ya gue pikir pikir? Emang cowok cowok nongkrong sesering itu? Kirain temennya cowok bakal aman hubungan gue, ternyata tetep ditikung. Anjrit sialan emang!” Rania yang bisa membawa asyik ceritanya membuat suasana dipenuhi gelak tawa.

Nara hanya tersenyum lebar, itu lucu, tapi ia sedang enggan larut dalam tawa teman temannya. “Bentar ya, gue samperin dulu Yesha.” Ia berdiri, tanpa menunggu reaksi siapapun Nara bergegas menghampiri tempat Yesha berdiri. Melangkah pelan.

Samar Nara mendengar Yesha bicara pada seseorang diseberang telepon, terdengar sedikit kesal.

“Terus kenapa harus marah? Kita bisa omongin lagi baik baik, lagian kenapa selalu gak boleh sih dimata kamu? Hei, dengan kamu ngomong kayak gitu gak akan ngubah apapun…you feel better with it? Stop being childish, kita sama sama udah tahu mana kebahagiaan masing masing—”

Sepertinya telepon ditutup. Yesha menjauhkan ponsel, melihat pada layar yang sudah diputus panggilannya. Lelaki itu berdecak kesal.

“Yesha?” Panggil Nara, berdiri disampingnya dengan hati hati. “What’s wrong?”

Yesha menghela napas, menggeleng seraya menenggelamkan ponselnya pada saku. “Nothing’s wrong.”

Nara menatap Yesha tepat dimatanya. Ini kali kedua lelaki itu menerima telepon dan terlihat kesal setelahnya. Pertama saat di sekolah setelah selesainya ulangan matematika, lalu baru saja. Nara tidak tahu apa yang salah, Yesha tidak menceritakan apapun. Dan mata lelaki itu tidak memancarkan kalau dia baik baik saja.

“Belum mau bilang sama aku ya?” Tanya Nara tidak berniat mendesak.

Yesha bergumam pendek. “Besok aku mulai latihan buat acara pensi minggu depan, panitianya nelpon buat ngasih tahu biar aku datang tepat waktu.”

Bohong. Nara tahu Yesha berbohong. Secuil kalimat Yesha tadi tidak terdengar seperti seseorang yang bicara dengan panitia pentas seni. Nara menatap Yesha sedih, teringat dengan ucapan Yesha tadi saat menjawab pertanyaan dalam permainan.

“Kalau sama Giselle mungkin kamu bakal lebih jujur ya?”

Yesha tentu terkejut mendengar itu. Segera ia meraih jemari Nara, menggenggamnya erat. “Hei, nggak gitu…”

“Dia masih jadi yang terbaik sejauh ini, Yesha? Masih jadi tempat pulang ternyaman kamu?” Tanya Nara sedih.

“Ngomong apa, sih, sayang? Kenapa jadi bahas Giselle? Aku nggak suka ya kamu ngomong kayak gitu.” Yesha menggeleng, seharusnya masa lalu Yesha tidak perlu lagi dibahas sekarang.

Hening.

Nara menunduk sendu.

“Aku lagi berantem sama Zara.”

“Kenapa berantem?”

“Lagi beda pendapat aja.”

“Terus kenapa harus bohong?”

Yesha menghela napas. Belum saatnya Nara tahu lebih banyak tentang Zara. Tidak perlu juga gadis itu tahu. Biar saja Zara tetap menjadi urusan Yesha. “Iya maaf. Aku salah. Cuma urusan ini emang gak terlalu penting buat aku ceritain ke kamu. Cuma bakal nambahin beban, buat apa? Gak penting penting banget juga.”

“Kalau ke Giselle kamu pernah bohong?”

“Keinarra.” Tegur Yesha tidak suka. “Stop bahas Giselle. Dia cuma masa lalu aku. Lagi pula sebaik apapun dia waktu itu, akhirnya tetep dia ninggalin aku, akhirnya aku tetep dibuat kecewa sama dia. Nggak perlu dibahas lagi. Kamu sama dia itu beda. Dia bakal jadi versi terbaik di lembaran dia sendiri, di buku cerita dia sendiri. Dan kamu adalah lembaran baru aku, Kei, cerita baru aku, yang bakal jadi versi terbaik juga di lembaran kamu sendiri. Buku tentang Giselle udah aku tutup rapat rapat, dan gak akan aku buka lagi. Sekarang adanya kita, aku dan kamu. Aku sekarang mencintai kamu Keinarra, dan akan selalu begitu. Ya?”

Nara tahu Yesha sungguh sungguh mengatakan itu. Ia bisa merasakan ketulusannya. Seharusnya Nara tidak perlu juga membandingkan diri dengan Giselle. Lagipula sekarang Giselle tidak ada disini, didekat Yesha bahkan disekitar mereka. Entah kemana dia Nara tidak ingin tahu.

Nara mengangguk. “Iya Yesha, maaf.” Katanya merasa bersalah.

Yesha menangkup kedua pipi Nara, memaksanya mendongak menatap Yesha. “Aku sayang sama kamu. Dan aku janji akan berusaha buat bikin kamu merasa cukup sama satu laki laki. Kayak kamu yang selalu bikin aku ngerasa cukup sama satu perempuan, sama satu Keinarra untuk semua kebahagiaan aku.”

Nara tersenyum tulus. Yesha selalu berhasil membuat hatinya tersentuh. Entah dengan ucapan atau perlakuan lelaki itu.

“Kedalam lagi yuk, kayaknya Ryan udah mulai nembak Laudy. Menurut kamu bakal diterima nggak?”

Mata Nara melebar. Ia tidak tahu tentang itu. “Ryan nembak Laudy? Kamu nggak ngasih tahu aku.”

Yesha nyengir. “Aku lupa.”

“Ish dasar! Ayo kedalam!” Nara menarik tangan Yesha untuk masuk.

Tiba disana, seperti dugaan Yesha, yang terjadi memang sesuai perkiraan. Sayang sekali Nara tidak bisa melihat awal kejadian karena sibuk membahas Giselle. Tapi untungnya ia dan Yesha disana saat Laudy mengatakan ‘iya’. Secara resmi menerima Ryan sebagai kekasihnya tanpa syarat apapun.

...***...

1
NurAzizah504
Hai, ceritanya keren
Beatrix
Serius thor, kamu mesti lebih cepat update. Agar aku nggak kehabisan tisu ☹️
Ludmila Zonis
Mengharukan
Devan Wijaya
Hahahaha aku baca dari tadi sampe malam, mana next chapter nya thor?!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!