NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Menunggu balasan teleponmu

“Tidak diangkat.” Mika menghela napas, menjauhkan ponsel dari telinganya dan menyimpannya kembali ke dalam saku jaketnya. Berulang kali menghubungi nomor bos Cayden, tapi tetap tidak ada jawaban.

Mereka bertahan di tempat itu, duduk sila di pondok peristirahatan setelah berkeliling melihat-lihat lokasi hampir satu jam lamanya. Dan selama itu pula Mika tak berhenti terus menghubungi nomor bos Cayden. Rei, rekannya yang menemani perjalanan meninjau lokasi acara terlihat mulai tak sabar. Cuaca panas yang menyengat membuat lelaki itu terus-terusan meneguk air dingin dalam kemasan yang dibawanya.

“Kita hanya punya waktu lima hari. Kalau belum dapat ijin dari pemilik lahan, besok kita harus segera cari tempat lain.” Kata Rei dengan tatapan lurus ke depan. Tugas dadakan ini membuat mereka nyaris kehilangan waktu istirahat.

“Mau cari ke mana lagi, Rei.” Mika menolehkan wajahnya, menatap dengan kening berkerut pada rekannya yang duduk di dekatnya itu. “Waktunya mepet. Aku rasa tempat ini sudah yang paling cocok untuk acara sekolah kita, nyaman dan ramah lingkungan. Anak-anak bisa bermain bebas sambil belajar cara mengenal lingkungan sekitar, tidak melulu hanya di dalam kelas. Tinggal sekarang bagaimana caranya agar Aku bisa mengantongi ijin dari pemiliknya.”

“Mencoba alternatif lain, jika usaha kita mengalami kegagalan, Mik.”

Mika mengalihkan pandangannya ke arah kumpulan burung yang beterbangan di atas mereka, berputar-putar seolah sedang menari. Suara riuhnya membuat suasana hati terasa berbeda. Senyum terbit di sudut bibir Mika, alam sekitar tempat itu menawarkan sesuatu yang ceria. Baru pertama kali berada di sana, ia sudah merasa nyaman dan betah berlama-lama.

Tanah luas dengan pemandangan rumput hijau, tersedia pondok lesehan untuk tempat peristirahatan yang dilengkapi dengan peralatan memasak, juga kolam pemancingan yang di dalamnya tersedia udang dan ikan yang bisa digunakan pengunjung untuk menyalurkan hobi memancing. Hasil tangkapan bisa di masak dan dimakan di tempat.

“Apa tidak sebaiknya kita kembali ke kantor saja? Masih banyak hal lain yang harus dikerjakan.” Rei melirik arloji di tangannya, mengusik lamunan Mika. Cuaca di luar tampak berubah. Awan hitam perlahan bergerak menyelimuti langit. Mereka harus kembali secepatnya sebelum terjebak hujan. “Besok kita bisa kembali ke tempat ini lagi.”

Masih banyak hal yang harus mereka kerjakan di sekolah, tak mungkin terus menunggu di sana sementara si bos pemilik lahan sedang tidak berada di tempat dan sulit dihubungi. Mika menyadari hal itu. Ia pun setuju dan bergegas berdiri, berjalan menuju bangunan baru untuk menemui Gery yang menjadi pemimpin para pekerja di sana.

“Kami pamit pulang, terima kasih sudah mengizinkan kami melihat-lihat tempat ini. Jika Bapak berkenan, mohon kiranya dapat membantu menyampaikan pada pemilik lahan tentang tujuan kedatangan kami kemari. Bantuan Bapak sangat berarti buat kami,” ujar Mika penuh harap, ia memberikan nomornya agar lelaki itu bisa segera menghubunginya setelah mendapat kabar dari atasannya.

“Saya akan hubungi Nona segera jika tuan Cayden menelepon,” sahut Gery, menatap sejenak kartu nama Mika lalu menyimpannya di saku bajunya.

“Terima kasih, Pak.”

Gery mengantar Mika dan Rei sampai di depan pagar bangunan, berdiri lama di sana memperhatikan keduanya pergi berboncengan dan menghilang di balik bukit. Teringat pesan bosnya sebelum keberangkatannya tadi, segera hubungi jika ada hal mendesak yang berhubungan dengan seseorang yang punya arti khusus baginya.

“Apa dia orangnya? Nama mereka berdua sama, dan wajahnya juga mirip sekali dengan foto yang ada di ponsel King.” Gumam Gery sambil menimang kartu nama Mika di tangannya. Suara teriakan anak buahnya yang memanggil namanya, membuat lelaki itu bergegas pergi dan kembali ke tempatnya semula.

“Mik, bagaimana kalau sampai besok pemilik lahan itu belum juga bisa dihubungi. Kita harus bicara dengan ketua segera dan meminta ijin untuk mengganti lokasi acara,” ucap Rei di sela perjalanan pulang kembali ke sekolah.

“Jangan dulu bicara dengan pak ketua. Kasih Aku waktu dua hari ini. Aku yakin sekali, Aku bisa mendapatkan ijin dari pemilik lahan tadi.” Mika tak mau memikirkan tentang kegagalan, karena hanya akan membuat dirinya merasa terganggu. Ia lebih memilih bersikap optimis ketimbang pesimis, toh ia masih punya cukup waktu untuk menyelesaikan tugasnya. Ia hanya perlu berusaha lebih keras.

“Baiklah, kita bagi tugas. Tapi Aku gak bisa anter Kamu ke sana lagi. Aku harus selesaikan tugas di sini sambil coba cari lokasi lain biar kita gak kalang kabut nanti soal tempat kalau usahamu melobi pemilik lahan gagal. Dua hari, Mik. Gak boleh lewat.”

“Oke, Aku setuju. Aku bisa kok pergi sendiri ke sana. Aku beresin soal ijin lokasi, sisanya Kamu yang urus.”

“Deal!”

Mereka kembali ke sekolah dan menyelesaikan pekerjaan yang tersisa lalu pulang ke rumah secepatnya. Beruntung hujan turun saat Mika telah sampai di rumahnya. Mika segera membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan baju santai, lalu pergi ke dapur dan membuat makanan. Ia duduk di depan televisi, menonton acara olah raga kesukaannya sambil menikmati makanannya.

Membayangkan esok harus kembali ke lokasi untuk menemui pemilik lahan, membuatnya kembali bersemangat. Ia harus bisa mendapatkan izin lokasi acara, ia akan berusaha keras. Tiba-tiba saja naf su makannya bertambah, begitu bersemangat hingga ia sampai menghabiskan jatah makan malamnya saat itu juga. Dan malam harinya Mika tidur lebih cepat, ia bahkan bermimpi bertemu sang pemilik lahan yang wajahnya tampak tak asing baginya.

Di tempat berbeda, King sudah kembali ke apartemennya. Mengistirahatkan tubuh setelah hampir seharian menyelesaikan segala urusan. Saat tiba di kotanya kembali, ia langsung menuju kantor tempatnya bekerja dulu dan menyerahkan semua berkas pengunduran dirinya. Sebuah keputusan yang diambil setelah melewati pemikiran yang matang, ia akan memulai kehidupan barunya di kota lain tempat di mana Joe sahabatnya pernah tinggal.

Mengingat nama Joe, tiba-tiba saja pikirannya tertuju pada sosok wanita muda adik sahabatnya itu. Ia tersenyum kecil dan bergegas mengambil ponselnya. Seharian ini ia terlalu sibuk hingga melupakan benda pipih miliknya yang satu itu.

Tangannya bergerak membuka layar ponsel yang terkunci, keningnya langsung berkerut dalam begitu melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari nomor yang sama yang menghubunginya seharian ini.

“Aneh? Aku tidak pernah memberitahu nomorku yang satu ini, lalu bagaimana orang ini bisa tahu dan menghubungiku sampai berulang-ulang seperti ini?”

King memberikan nomornya yang satu itu hanya untuk urusan pekerjaan saja, dan hanya beberapa orang yang tahu. Salah satunya Gery. Tapi lelaki itu seharian ini tidak sekalipun menghubunginya. Lalu siapa yang meneleponnya seharian ini?

“Gery, Aku perlu bicara!” King langsung menghubungi Gery dan menanyakan perihal nomor asing yang menghubungi ponselnya seharian ini.

“King, Aku lupa mengatakannya padamu. Seharian ini Aku juga sibuk, jadi tidak bisa menghubungimu. Lagi pula Kau pun sepertinya juga sangat sibuk jadi tak bisa diganggu, bahkan untuk sekedar menerima telepon.” Ujar Gery beralasan.

“Aku memang sibuk. Tapi untuk hal penting yang berkaitan dengannya, Aku pasti akan segera menerima teleponmu. Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi di sana? Lalu bagaimana bisa ada orang lain yang tahu nomorku selain Kau dan Riko?”

“Seorang wanita bernama Mikaela Arden dan rekannya datang ke lokasi kerja. Mereka mengaku dari playgroup Mayapada yang ingin mengadakan wisata keluarga di lahan pemancingan milikmu. Aku terpaksa memberikan nomor teleponmu karena dia terus bicara dan berusaha ...”

“King!” Gery sampai harus berteriak memanggil atasan sekaligus sahabatnya itu, sayang King menutup telepon secara sepihak.

“Mika?” King bergumam dalam hati, lalu secepatnya menghubungi Mika dengan nomor berbeda. “Mika, ayo angkat!”

Berulang kali King menghubungi Mika, sayang tidak diangkat. Ia melirik jam yang sudah menunjuk angka sepuluh, berharap wanita yang hubunginya itu segera menjawab teleponnya.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!