NovelToon NovelToon
Cewek Galak Itu Milikku

Cewek Galak Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: nlras

playboy x cewek bar bar x musuh jadi cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nlras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 | Kesalahan Naura

Naura bingung harus bagaimana saat ini,karena dia takut kalau ada masalah nantinya dengan Arga.

"Gak usah deh, Dan. Sumpah,gue bisa pulang sendiri kok.Gue juga males banget berantem sama Arga nanti." Akhirnya Naura mengungkapkan alasan kenapa dia ragu dengan penawaran yang Zaidan berikan. Bukannya dia tidak mau di antar Zaidan, tetapi lebih baik menghindari masalah daripada terjebak dalam masalah yang tak berkesudahan.

Zaidan menghelakan nafas berat, kecewa dengan keputusan Naura. "Gue tau kok lo itu terikat perjanjian sama dia, tapi kenapa lo harus takut Nau?"

" Semua itu gak segampang yang lo pikirin, Zaida

Zaidan mengambil helm, kemudian memberikannya kepada Naura. " Nih pakai! Gue gak menerima penolakan dari lo Nau."

"Ck, kenapa sih cowok suka maksa?" Naura mendengus kesal. Mulutnya tidak berhenti bicara tetapi dia tetap menggunakan helm yang diberi Zaidan. Selain bisa dekat dengan Zaidan, dia juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk naik transportasi umum. Hitung-hitung dia hemat.Namun, akan sangat beresiko nanti.

"Gue bukannya maksa, tapi lo terlalu takut sama Arga. Apa perlu gue yang turun tangan?" tanya Zaidan.

Naura mengernyit. "Hah?Turun tangan buat apa?"

"Ya ngelepasin lo jadi asistennya Arga," jawab Zaidan.

Naura menatap sinis manik mata Zaidan, bingung kenapa Zaidan bisa mengetahui semuanya. Apa jangan-jangan satu kota sudah tahu kalau dia itu asisten Arga. Apalagi Arga dikenal dengan banyak orang, dan mempunyai geng yang cukup berpengaruh di daerah mereka.

Naura tersenyum tipis. "Gak perlu! Yang ada lo sama dia berantem nanti."

"Padahal ini itu tawaran yang bagus lho, jarang-jarang seorang Zaidan mau bantuin cewek. Padahal sebelumnya anak sekolah lo itu biasa jadi tawanan anak sekolah gue," ucap Zaidan.

"Hah maksud lo apa? Oh, jangan-jangan lo ini nawarin gue pulang,terus nanti lo buat gue ditawan gitu? Sorry, gue nggak minat." Naura melepaskan helmnya kembali,dan memberikannya kepada Zaidan. Feni sebelumnya sudah mewanti-wanti dirinya untuk tidak membuat masalah lagi.

"Enggak bukan gitu maksud gue, Naura! Kalau gue punya niat jahat sama lo mungkin dari awal gue udah manfaatin lo. Tapi nyatanya gue gak manfaatin lo kan dari awal. Di sini gue udah anggep lo itu temen gue, sesama pencinta cilok Mang Dadang." Zaidan masih berusaha untuk membujuk Naura.

Naura mendengus, melipat kedua tangannya di dada. Memutar malas manik matanya. Dia teringat perbincangannya bersama Arga saat di rooftop kalau Zaidan tidak sebaik yang dia kira. Namun, wajah Zaidan terlihat kalau cowok itu seperti cowok pada umumnya. Tidak berandalan apalagi nakal.

"Apa gue salah ya? Padahal Niat gue cuman ngebantu teman baru gue. Ayolah Nau jangan gini,mau ya bareng sama gue."

Tampaknya Zaidan mulai mempelajari karakter dan sifat Naura. Gadis di hadapannya itu sangat keras,dan tidak bisa dilawan dengan keras juga.Jika ingin membuat dia melunak harus dengan cara bersikap lebih lembut. Naura menghelakan nafas berat. "Lo punya jaminan apa biar gue percaya sama lo, kalau lo itu memang mau anterin gue aja dan gak ngapa-ngapain geu?"

Zaidan mencoba untuk sabar menghadapi Naura. Dalam masalah ini Naura yang diuntungkan, dia tidak perlu repot-repot untuk menunggu bus dan bersempit - sempitan di sana. Namun, kenapa malah Zaidan yang harus mencari jaminan. Akhirnya dia mengeluarkan Handphone dari saku celananya,dan memberikannya kepada Naura.

"Ha? Handphone lo?"

"Ya, itu jaminannya. Gue jamin lo pulang dengan selamat tanpa ada drama apa pun. Niat gue baik kok, gue gak mau kalau lo kenapa-kenapa di jalan nanti. Mana udah sore juga," kata Zaidan. Matanya memancarkan ketulusan.

Naura mengambil Handphone Zaidan, memasukkannya ke dalam saku seragam. Kalau Zaidan macam-macam, maka Handphone itu akan di lemparnya ke jalan.

"Yaudah ini helmnya, pakai lagi." Ucap Zaidan memberikan helmnya kembali.

"Tapi kalau lo berani macam-macam sama gue,gue bakal buang Handphone lo ini." Saut Naura sebelum memakai helmnya lagi.

"iyaa deh,ayo buruan naik."

"iya"

Zaidan menghelakan nafas berat, ternyata untuk mengajak Naurq pulang bareng itu tidak semudah yang dia bayangkan. Untung saja dia punya otak yang cerdas, mempunya cara lain untuk membujuk Naura pulang. Naura berpegangan ke pundak Zaidan, cukup kesusahan menaiki motor sport milik Zaidan.

"Pegangan ya Nau, takutnya lo jatuh nanti"

Naura mengangguk, dia hanya memegang jaket yang Zaidan pakai. Motor yang Zaidan kendarai melaju dengan kecepatan sedang. Diam-diam Zaidan memperhatikan Naura dari kaca spionnya. Meskipun terlihat sedikit galak, tapi Naura punya daya tariknya tersendiri. Kini dia harus putar otak untuk menarik perhatian Naura.

"Emm Nau, lo kan anak pindahan. Apa alasan lo pindah ke Jakarta?" tanya Zaidan.

"Ngikutin bokap gue kerja, dia pindah dinas."

"Owh gitu ya. Kalau lo butuh bantuan ngomong aja ya sama gue. Pasti bakalan gue bantu," kata Zaidan.

"Gimana cara ngomongnya? Apa gue harus ke sekolah lo dulu buat ngasih tahu lo?" tanya Naura kebingungan.

"Ya enggak gitu juga sih, Nau. Nanti deh kita tukeran nomor telfon kalau udah sampai rumah lo," kata Zaidan.

Naura terdiam sejenak. Seorang Zaidan memintanya untuk tukeran nomor telepon? Semua serasa mimpi bagi Naura, tidak bisa Naura pungkiri kalau dia mulai tertarik dengan Zaidan. Cara Zaidan yang memperlakukannya lebih baik daripada Arga.

"Nau?Kenapa diam aja? Lo gak mau ya kita tukeran nomor telepon?" tanya Zaidan. Meskipun Naura tidak bisa melihat ekspresi Zaidan saat ini, tetapi dari nada bicaranya terdengar kalau cowok itu sedih.

"Eh, mau kok," kata Naura.

Rumah Naura tidak begitu jauh dari sekolah, hanya saja kemacetan yang menjadi penghambat mereka untuk sampai lebih cepat. Mereka sempat dilanda keheningan beberapa menit. Tidak ada yang memulai untuk bicara. Naura juga bingung harus membahas tentang apa, tidak mau Zaidan tahu kalau dia sudah mulai tertarik.

Tidak lama kemudian Zaidan berhasil mengantarkan Naura pulang dengan selamat. Naura segera turun dari motor, mengembalikan helm Zaidan yang dia pinjam. Sempat beberapa detik Naura terpana saat melihat Zaidan melepas helm dan menata rambutnya. Merasa Zaidan makin keren bergaya seperti itu.

"Lo selamat kan?" Zaidan bangga dengan dirinya, dia bisa mengantarkan Naura pulang tanpa ada hambatan. Yang terpenting dia tidak menjadikan Naura sebagai tawanan.

"I-iya, thanks ya, Dan. Dan ini Handphone lo," kata Naura sambil mengeluarkan Handphone Zaidan dari sakunya.

" Katanya kita mau tukaran nomor. Lo ketik aja nomor lo di handphone gue," kata Zaidan

"oh iya"

Naura mengetikan dua belas nomor miliknya di Handphone Zaidan, kemudian mengembalikan Handphone tersebut kepada pemiliknya. Zaidan langsung menelpon Naura agar nomornya juga dimiliki oleh gadis itu. Sekarang mereka sudah memiliki nomor satu sama lain.

"Itu nomor gue.Kalau lo butuh bantuan atau apalah itu, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi gue. Kalau gitu gue pamit pulang dulu ya. Assalamualaikum," katanya Zaidan.

"Iya, Dan. Waalaikumsalam," jawab Naura.

Naura baru beranjak dari tempat dia berdiri saat motor Zaidan sudah hilang dari pandangannya. Dia tersenyum tipis, hari ini Naura terasa sangat bahagia. Tanpa ada gangguan dari Arga.

"Oh iya, mereka berempat kemana ya kok gak ada kabar?" Naura jadi penasaran kemana Arga dan teman-temannya itu pergi.

"Ah udahlah, ngapain juga gue peduli. Mending masuk rumah terus mandi." Naura bermonolog sendiri, berbalik badan untuk masuk ke dalam rumah.

"Duh, beda lagi nih Non. Kayaknya di sekolah barunya Non Naura,Non jadi primadona ya.Mana cowok yang nganterin Non ganteng lagi," ledek Jaka. Satpam di rumah Naura. Dia mengenal dan sangat memahami karakter Naura. Baru di Jakarta ini Naura sudah diantar dan dijemput sama cowok ganteng. Dalam satu bulan sudah dua cowok yang Naura gandeng.

Naura memutar malas manik matanya. "Apaan sih Mas, awas aja ya kalau Mas Jaka bilang sama Mama, Papa,Kak Satya atau Kak Bara."

"Iy-iya, Non. Tenang aja. Mas ini orangnya bisa dipercaya kok," kata Jaka.

"Kalau aja Mas berani bilang, aku bakalan potong gaji Mas!" Naura sangat handal mengancam orang lain. Sejak beberapa tahun yang lalu gaji pekerja di rumahnya dipegang oleh Naura. Papa Naura sangat percaya dengan anak bungsunya itu karena Naura sangat perhitungan.

"Eh, jangan dong Non.Mas gak bilang siapa-siapa kok."

Naura mengangguk, kemudian pergi meninggalkan pos satpam. Waktunya terbuang beberapa menit karena meladeni Jaka mengobrol. Dilihatnya motor Satya dan Bara sudah terparkir di rumah. Kini Naura hanya bisa berharap kedua Kakaknya itu tidak tahu kejadian beberapa menit yang lalu, kalau Naura telah diantar sama cowok.

"Kak kayaknya Adek lo udah gede nih," kata Satya menyambut kedatangan Naura.

"Udah dong,buktinya udah berani dianterin cowok." Bara melayangkan tatapan sinis, paling tidak suka kalau adiknya dekat dengan cowok. Dia tidak tahu saja hidup Naura dikelilingi oleh cowok-cowok yang tampan dan semuanya anak geng.

Naura mendengus, tebakannya benar kalau mereka tahu dirinya diantar oleh Zaidan. Untung saja kedua Kakaknya tidak tahu saat Arga menjemputnya,kalau mereka tahu mungkin akan terjadi perkelahian antara mereka.

"Dia itu teman gue, gak usah lebay deh."

"Eeetss, mau kemana Naura? Kita belum selesai bicara," kata Satya menahan Naura agar tidak pergi dari ruang tamu.

Naura ditarik untuk duduk di sofa, dia akan disidang oleh kedua Kakaknya itu. Mereka tidak suka kalau Naura dekat dengan cowok sembarangan, apalagi dari kejauhan mereka yakin cowok yang mengantarkan Naura tadi merupakan anak geng, terlihat dari jaket yang dikenakan. Naura hanya diam, tidak berniat mendengar atau menanggapi.

***

Arga menghisap rokok yang terselip diantara bibirnya, kemudian menghembuskan asap ke udara. Dia meringis pelan saat rokoknya menyentuh luka di sudut bibir. Baru beberapa menit yang lalu dia dan anak-anak Valkyrie baru sampai di basecamp. Mereka semua beristirahat dan mengobati luka-luka mereka. Mereka berhasil memenangkan tawuran, tradisi paling merusak. Mengangkat nama SMA Nusa Bangsa menjadi sekolah paling ditakuti di kota.

"Lo nginap di sini kan, Ga?" tanya Rafi.

Arga mengangguk. "Bisa mati gue pukulin sama abang gue kalau tahu tawuran lagi."

"Kalau tadi kita ikutan ketangkap, gue yakin lo pasti babak belur." Andre menimpali. Untung dia punya keluarga seperti tim sar, telah berpencar. Sekarang dia hanya tinggal bersama sang papa dan beliau sangat sibuk.

Arga menyunggingkan senyumannya, abangnya seorang tantara berkelakuan sangat baik. Tidak jarang Arga dipukul sampai babak belur kalau ketahuan tawuran atau melakukan kenakalan lainnnya. Namun,semua itu tidak membuat Arga jera.

"Gila, bngst!" Aldo berteriak, mengejutkan ketiga sahabatnya.

"Lo ngapain, Do?" tanya Arga. 

"Gue yakin sih ini bakalan perang," kata Aldo.

"Perang? Ada yang cari masalah lagi sama kita? Dia gak tahu apa anak Valkyrie ?" Arga berdecak.

Aldo berdiri dari tempat duduknya, berjalan menghampiri Arga.

"Nih lo lihat sendiri. Musuh lo sudah bergerak," ucap Aldo sambil menunjukan layar Handphonenya. Foto Zaidan yang berusaha untuk mendekati Naura di halte dan Zaidan mengantarkan Naura pulang.

Arga membuka lebar kedua matanya,menatap tajam foto itu, dia menggertakan giginya. "Sialan!"

1
rfah
semangat thorrrr nulisnyaa
azalea
jangan lupa di like yaa man temann :)
azalea
jangan lupa like gaisss:)
rfah
semangat thorrrr
Marry Pang
bagus
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
baguss
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
bagusss
Jannah Sakinah
semangat Thor nulisnya. rajin update ya🌺
ist_goliteratur
AAAAA jadi keinget teman aku, yang punya sifat yang hampir sama kayak Nau.
rfah
lanjuttt
azalea
bantu support yaa gaiss heheheh
rfah
lanjuttt
rfah
bagusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!