Lima tahun bukan waktu yang sebentar bagi Naila untuk tinggal satu atap dengan mertua nya. Terlebih mertua nya selalu saja menghina diri nya lantaran tak kunjung hamil.
Hingga ia harus menerima kenyataan bahwa suami nya harus menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan.
Namun, saat ia memilih pergi dan bercerai dengan suami nya ia harus menerima kenyataan bahwa diri nya tengah mengandung benih dari suami nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pusphaa_sariiyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Kini langit telah berubah warna. Siang telah berganti menjadi malam. Pukul 7 malam wanita cantik itu baru bangun. Ia tersentak di kala melihat angka jam di dinding kamar nya.
Bergegas ia bangkit untuk membersihkan tubuh nya itu. Setelah nya ia segera mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajiban nya. Meski pun waktu nya mepet, ia tetap melaksanakan nya. Kemudian di sambung dengan solat isya.
*Ya Allah, berikanlah kesehatan untuk tubuhku ini. Berikanlah kekuatan bahuku ini untuk mengais rezeki-mu di luar sana. Masih ada yang harus aku jaga dan besarkan. Entah apa rencana mu setelah ini Ya Allah. Sesakit ini ujian yang harus aku hadapi. Maaf kan hamba-mu ini ya Robb jika banyak mengeluh nya. Aku hanya tidak ingin suatu hari nanti anak yang kandung ini tumbuh dalam serba kekurangan. Biarlah dia tidak memiliki seorang ayah dalam hidup nya, asal kan semua bisa aku beri untuk anak ku. Ya Allah, perluaskan lagi rasa sabarku ini untuk menghadapi hari-hari ku setelah ini. Aamiin.*
Tanpa di katahui, sepasang mata tengah melihat diri nya di balik pintu. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hati nya.
"Kenapa tidak sejak awal saja aku membawa mu keluar dari rumah itu. Andai dari awal aku tau diri mu tersiksa, mungkin kamu tidak merasakan sakit yang luar biasa ini. Tapi aku berjanji setelah ini tidak ada lagi air mata kesedihan yang keluar. Hanya air mata kebahagiaan saja yang di terima."
Tanpa sengaja mata yang terlihat berkilau karena menampung genangan air tak dapat lagi menahan genangan itu, sehingga lolos begitu saja.
Usai membuka mukena nya, Vian lekas pergi menjauh sebelum Naila melihat nya di balik pintu yang terbuka sedikit.
"Sehat-sehat ya nak. Jangan buat mamah seperti kemarin lagi ya. Mamah harus berjuang sendiri untuk kamu." Di usap dengan lembut perut yang masih datar itu
Kruk kruuukkk
Setelah di usap lembut, perut itu berbunyi. "Apa adek lapar di dalam? Maaf kan bunda ya sayang, sekarang bunda makan biar adek tidak lapar lagi."
Di lantai bawah Naila mengambil nasi yang cukup banyak. Nasi telah habis dua piring beserta lauk nya.
"Alhamdulillah...." sukur nya karena bisa menikmati makanan yang di inginkan.
Setelah nya ia membereskan sisa kotoran bekas makanan nya.
Kembali ke dalam kamar. Rasa kantuk menyerang nya tak dapat lagi di tahan. Ia pun tertidur hingga pagi.
Di pagi hari nya, ia bangun dengan perut yang terasa mual. Sisa makanan semalam habis keluar semua tak bersisa. Hingga hanya cairan kuning yang keluar.
Mbok Atik merasa kasihan dengan Nona nya itu. Dengan telaten ia memijit tengkuk leher nya dan juga membuatkan minuman hangat yang terbuat dari rempah-rempah alami yang masih ada di dapur.
"Di minum dulu jamu nya non. Selagi hangat, bisa cepat meredakan rasa mual nya." Ujar Mbok Atik dengan lembut.
Sejak pulang dari rumah sakit, Vian tak memberikan izin pada adik nya itu untuk tinggal di rumah kontrakan mau pun di apartement nya. Takut jika terjadi sesuatu tak ada yang melihat nya seperti waktu itu.
"Ia mbok. Terimakasih". Jawab Naila.
Habis setengah gelas sudah jamu itu di minum. Dan memang rasa mual itu hilang dengan perlahan.
🌾🌾🌾
Hiks ... Hiks ... Hiks...
Wanita paruh baya itu kini sedang menangis terseduh-seduh. Lantaran ia baru mendapat kabar jika sang suami telah menikah lagi.
Berkali-kali pula ia pingsan tak sadarkan diri. Saat tersadar, ia kembali meraung-raung layak nya anak kecil yang tidak kebagian permen.
Iya,, wanita itu adalah Rossa. Ibunda dari Al Hariz Kusuma.
Dua tahun lalu sang suami meminta izin untuk pulang ke kampung halamanan nya. Dengan alasan ingin turun langsung meninjau proyek yang baru buat di sana. Dengan senang hati Rossa memberi izin. Berharap dengan berjalan nya proyek itu ia bisa mendapat keuntungan 80% nanti nya.
Tetapi selama setahun sang suami di sana, proyek yang di bangun itu mengalami penurunan. Dan enam bulan ini sudah tidak berjalan lagi. Kecurigaan Rossa timbul di saat sang suami tidak ada kabar sama sekali. Ia pun menyelidiki semua tentang proyek pembangunan itu dan juga suami nya.
Seminggu setelah penyelidikan itu, Rossa mendapat kabar sang suami telah menikah dan sudah memiliki dua anak.
Dan parah nya lagi, 75% harta milik Rossa telah berpindah atas nama istri sang suami nya.
"Mah, sadar mah." Ucap Al menyadari mamah nya
Tatapan wanita paruh baya itu kosong. Air mata itu terus mengalir membasahi wajah nya yang mulai terlihat mengerut kecil.
"Mah, ada apa dengan mamah?" Al menepuk-nepuk pelan wajah mamah nya
Di peluk anak lelaki nya, lalu menangis sejadi-jadi nya.
"Reno" hanya nama itu yang mampu di ucapkan dari Rossa.
🌾🌾🌾
Sepasang adik kakak itu tengah menikmati makan malam nya dengan khidmat. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bertautan.
Setelah makan, kedua nya duduk di balkon lantai atas yang memang di khusus kan untuk tempat bersantai keluarga dulu nya. Rumah itu memang sangat di rawat oleh Vian, dan masih sama persis seperti dulu saat masih ada kedua orang tua nya.
"Kapan dedek mau periksa kandungan nya?" tanya Vian seraya menyeruput kopi yang masih terlihat kepulan asap di atas nya.
"Mungkin besok atau lusa bang."
"Apa masih sering mu*tah atau mual parah?" tanya nya lagi.
"Kadang-kadang saja. Sudah dua hari ini ngak ada rasa seperti itu."
Di selah-selah obrolan itu, suara dering ponsel Vian berbunyi. Lantas ia sedikit menjauh dari Naila.
Tak lama ia kembali datang menemani Naila.
"Ada apa bang?" tanya Naila dengan penasaran
Yang di tanya hanya tersenyum simpul, membuat si wanita cantik ini semakin bertambah rasa penasaran nya.
Segini dulu ya kak bacanya nanti di lanjut lagi🥰🙏