NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya

Lestari pun mulai menceritakan apa yang telah terjadi pada Raline. "Setelah dia pulang, dia hanya diam saja. Bunda tanya tapi dia tidak menjawab. Bunda takut terjadi apa-apa pada Raline."

"Biar Devan lihat keadaan Raline dulu Bun, mungkin dia masih shock." Ujar Devan kemudian dia menuju kamarnya.

Dilihatnya Raline tengah duduk bersandar pada kepala ranjang ditemani Bik Ima. Melihat Devan datang, Bik Ima pun pamit untuk keluar.

Devan kemudian berjalan mendekati Raline. Air mata Devan meluncur dengan bebas tanpa bisa dia cegah saat melihat kondisi Raline. "Sayang~ Aku pulang membawa rujak pesanan kamu loh~ Kayanya lapar. Ayo kita makan bersama." Ucap Devan dengan suara yang bergetar karena menahan rasa sesak di dada.

Raline hanya diam menatap lurus ke depan. Pandangannya kosong. Devan menghapus air matanya yang semakin deras mengalir.

"Ayo kita makan Sayang. Ingat, anak kita juga butuh asupan nutrisi dari Bundanya. Bukankah kita sudah lama menanti kehadirannya." Devan terus mengajak Raline bicara, meski dia tahu itu akan sia-sia. Karena Raline terus saja diam.

Devan segera berpaling karena tidak tahan melihat kondisi Raline. Bahunya bergetar hebat. 'Apa yang terjadi padamu Sayang? Kenapa bisa begini? Siapa yang telah melakukan ini padamu?' Devan hanya bisa berkata dalam hati. Hatinya perih melihat Raline yang diam tidak merespon ucapannya sedikit pun.

Karena tidak tahan, Devan pun memilih untuk keluar kamar menemui mertuanya.

"Bagaimana kondisi Raline Dev?" Tanya Pramudya.

"Ayah lihat sendiri saja. Devan tidak sanggup lama-lama di dalam." Jawab Devan dengan wajah yang sendu.

Pramudya paham dengan ucapan Devan. Dia langsung menuju kamar Raline untuk melihat kondisi putrinya itu.

Hatinya langsung sakit saat melihat kondisi Raline yang hanya diam seperti patung hidup itu. Dadanya sakit seperti ada sebuah batu besar yang menghimpit dadanya. Sesak, itu yang Pramudya rasakan. "Maafkan Ayah, Nak atas kelalaian Ayah dalam menjagamu." Pramudya hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan putrinya. Bahu seorang Ayah haruslah sekuat baja. Karena Ayah adalah cinta pertama untuk anak perempuannya. Tempat bersandar dan berkeluh kesah.

Pramudya mengusap air matanya kasar. Tangannya terkepal menahan emosi. 'Aku harus segera mencari tahu siapa yang telah berani melakukan ini pada raline. Akan ku pastikan dia membayar mahal harga atas apa yang telah dia lakukan terhadap anakku.' Ucapnya dalam hati penuh dendam.

Pramudya pun memutuskan untuk keluar dari kamar Raline. Dia pun juga tidak tega melihat keadaan Raline saat ini.

"Kamu temani Raline saja Dev. Biar Ayah yang berjaga di luar." Perintah Pramudya yang dijawab anggukan kepala oleh Devan. "Oiya, tolong secepatnya suruh orangmu untuk berjaga. Kalau bisa besok lebih bagus." Ucap Pramudya sambil menepuk pundak Devan.

"Iya Yah." Devan berjalan ke arah kamarnya. Dia harus menguatkan hatinya untuk menerima kenyataan ini.

"Ini sudah malam, kita tidur ya Sayang. Bagaimana kalau besok kita pergi berlibur?" Ucap Devan kemudian dia membaringkan tubuh Raline.

Raline hanya diam tidak melawan ataupun protes. Dia benar-benar seperti mayat hidup.

Kembali air mata Devan mengalir dengan sendirinya. "Bagaimana caramu menjaga istrimu Dev? Dasar suami tidak berguna kau." Racau Devan pada dirinya sendiri.

Tanpa Devan sadari, air mata mengalir dari kedua kelopak mata Raline.

****

Pagi ini keluarga Pramudya terasa lebih sunyi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Padahal di ruang makan ada Lestari dan Pramudya. Keduanya duduk tanpa ada niatan untuk menyentuh makanannya.

"Apa yang harus kita lakukan Yah?" Tanya Lestari. "Apakah Raline perlu kita bawa ke psikiater?" Usul Lestari yang langsung membuat Pramudya menoleh ke arahnya.

"Apa Devan akan setuju Bun?" Pramudya balik bertanya.

"Bunda yakin dia pasti akan setuju." Jawab Lestari pasti.

Di dalam kamar, Devan tidak melakukan apapun. Dia hanya diam duduk di samping Raline. "Bicaralah Sayang. Hukum aku jika ini semua memang salahku. Apapun hukuman mu akan ku terima asal jangan mendiamkan ku seperti ini Al. Sungguh...!!! Aku tidak sanggup Sayang huhuhu..." Runtuh sudah pertahanan Devan. "Aku bisa gila Al. Tolong bicaralah apapun itu meski hanya memanggil namaku saja, aku sudah sangat senang." Devan menangis tergugu di depan Raline. Dia tampak rapuh dan lemah, seperti kehilangan separuh nyawanya. Belahan jiwanya hilang entah kemana.

Air mata Raline menetes mendengar tangis Devan yang teramat pilu. Dia ingin bersuara tapi tidak bisa, seperti ada sesuatu yang membuat pita suaranya tidak mau keluar. Tetapi apa itu dia sendiri tidak tahu.

Tangan Raline terulur menyentuh telapak tangan Devan. Membuat Devan kaget karena Raline bisa merespon dirinya. Dengan segera Devan menghapus air matanya. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Raline. 'Aku harus kuat demi Raline, demi calon buah hati kita.'

"Iya Sayang, apa yang ingin kamu katakan. Jangan takut. Sekarang kamu sudah aman." Ucap Devan berusaha membuat Raline nyaman.

Raline belum bisa mengatakan apa yang terjadi padanya. Dia hanya bisa menangis untuk menyalurkan perasaannya.

Devan membawa Raline ke dalam pelukannya. Dia ingin Raline merasakan bahwa dirinya aman bersama dengannya.

"Sstt~ Sekarang sudah aman Sayang. Percayalah padaku." Ucap Devan sambil mengusap-usap pelan punggung Raline.

Bukannya tenang, Raline malah menangis semakin menjadi. Batinnya semakin merasa tertekan dengan perlakuan Devan.

Devan mengurai pelukannya dan menatap Raline lembut. "Sstt~ Apa aku telah menyakitimu eum? Katakan kalau aku menyakitimu ya. Tapi ku mohon jangan menangis Sayang. Kalau kamu menangis, aku akan semakin bersedih." Ucap Devan dengan lembut mencoba memberi kekuatan kepada Raline. "Dengarkan aku Sayang.! Apapun yang terjadi aku sudah pernah berjanji untuk tidak akan meninggalkanmu. Jika aku menyakitimu, katakan padaku secara terus terang karena aku bukan orang yang peka." Janji Devan pada Raline.

Mendengar itu, Raline pun mulai sedikit lebih tenang. "Bagus Sayang. Ini baru istri dari seorang Devan Samudra." Puji Devan tulus dengan perubahan Raline. "Jika kamu sudah siap untuk cerita, aku juga lebih siap untuk mendengarkannya. Jangan pernah lagi merasa takut. Kamu tidak sendiri Sayang. Ada suamimu yang bisa kamu andalkan. Mengerti." Devan terus berbicara hal-hal yang bisa merangsang perasaan Raline.

"Baiklah, sekarang kita mandi ya. Setelah itu kita sarapan. Dari kemarin kamu belum makan loh. Kasihan anak kita nanti kelaparan dong." Ucap Devan sambil menoel hidung Raline. Hal itu membuat Raline tersenyum tipis. Dalam hati Devan merasa bersyukur karena Raline sudah mau merespon ucapannya. Setidaknya sudah ada sedikit perubahan dalam diri Raline.

Devan pun menuntun Raline menuju kamar mandi. Dengan telaten Devan memandikan Raline tanpa rasa malu ataupun nafsu. Dia ikhlas melakukan itu sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap istrinya.

Devan juga mengenakan pakaian untuk Raline dan mendandani Raline dengan sabar. "Sekarang istriku sudah cantik lagi. Lebih cantik lagi kalau kamu tersenyum seperti biasanya Sayang." Pujinya tulus. "Ayo kita keluar dan sarapan." Ajak Devan dengan menuntun Raline menuju meja makan.

Melihat Devan datang bersama Raline, membuat Lestari dan Pramudya tersenyum senang. Devan memang laki-laki yang bisa diandalkan. Begitu pikir Lestari.

Devan mendudukkan Raline di kursinya. "Kamu mau makan apa Sayang, biar Bunda ambilkan ya." Ucap Lestari dengan senang. Raline hanya diam tidak merespon Ibunya membuat Lestari sedikit kecewa.

"Biar Devan saja Bun." Ucap Devan.

Pramudya menggenggam tangan Lestari. Lestari menoleh ke arah suaminya. Pramudya menganggukkan kepalanya memberi isyarat pada Lestari untuk membiarkan Devan melakukan tugasnya.

"Makan yang banyak ya Sayang. Aku suapi." Devan mulai menyuapi Raline dengan sabar dan telaten. Hal ini tak luput dari perhatian Pramudya dan Lestari. Dalam hati mereka merasa bangga terhadap menantunya itu yang dengan sabar menghadapi putrinya.

Next...

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!