Seorang pendekar hebat mengalami peristiwa tragis, yang membuatnya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang bayi. Dengan ingatan masa lalu yang kuat, pendekar itu memadukan keahlian bela diri yang luar biasa dengan pengetahuan medis dan alkimia yang ia kuasai di kehidupan sebelumnya.
Dengan tekad untuk memanfaatkan kemampuannya demi kemanusiaan, pendekar ini merajut kembali jaringan yang terputus, menciptakan pil-pil tingkat tinggi yang dapat memulihkan bahkan orang-orang yang hampir mati. Dengan pil-pil ajaibnya, jiwa-jiwa yang hampir terlepas dari tubuh mereka diambang kematian, diberi kesempatan kedua untuk hidup. Kekuatan alkimia dan medisnya menjadikan pendekar ini sebagai penyelamat bagi banyak nyawa yang terancam lenyap.
Namun, dengan kekuatan besar dan tanggung jawab yang tak terelakkan, pendekar ini harus menghadapi konsekuensi moral dari tindakan-tindakannya yang mengganggu keseimbangan hidup dan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan Permaisuri Fang Hua Dan Putri Zhao Huan
Permaisuri Fang Hua bergegas meninggalkan paviliun milik Kaisar Zhao Liang dan berniat untuk mengunjungi kediaman Jenderal Wang, dia benar-benar sangat penasaran, setelah mendengar berita yang menghebohkan tentang cucu dari Sang Jenderal itu.
Apalagi saat ini keinginannya telah mendapatkan persetujuan dari Kaisar Zhao Liang untuk mengajukan proposal lamaran terhadap Wang Taoran.
"Panggil putri Zhao Huan kemari! Dan kalian! Segera persiapkan air beserta wewangiannya, aku ingin berendam beberapa saat, sebelum mengunjungi kediaman jenderal Wang." ucap permaisuri Fang Hua.
Para pelayan yang mendengar perintah dari permaisuri pun segera melaksanakannya, dua orang diantara mereka langsung pergi menuju Paviliun mawar, tempat di mana Putri Zhao Huan berada, sedangkan tiga orang lainnya langsung mempersiapkan air dan juga wewangian yang diinginkan oleh sang permaisuri.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya Putri Zhao Huan pun datang diiringi oleh beberapa orang pelayannya. Penampilan gadis kecil itu memang benar-benar tidak mencerminkan seorang putri kekaisaran, dia bahkan lebih sering menggunakan hanfu laki-laki.
"Salam ibunda.." ucap putri Zhao Huan sambil membungkuk di hadapan permaisuri.
"Duduklah, ada hal yang harus ibunda bicarakan denganmu." ucap permaisuri sambil menepuk kursi yang berada di sampingnya.
Putri Zhao Huan pun segera mendekat, kemudian duduk di samping sang permaisuri. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, apa yang saat ini diinginkan oleh ibu kandungnya itu? Karena selama ini permaisuri selalu terkesan acuh terhadapnya, terlebih setelah mengetahui jika dia jauh lebih menyukai beladiri dibandingkan mempelajari tata krama kekaisaran.
"Dengarkan baik-baik, ibunda beserta ayahanda Kaisar telah memutuskan untuk mengirimkan proposal lamaran kepada tuan muda Wang Taoran, dia adalah cucu dari Jenderal besar Wang Qibo." ucap permaisuri Fang Hua menghentikan ucapannya, sambil memperhatikan raut wajah putri kecilnya itu.
Namun sayangnya, Putri Zhao Huan tidak menunjukkan reaksi apapun, wajahnya tetap datar sama seperti saat dia baru saja memasuki paviliun milik permaisuri.
"Bukankah saat ini usiaku baru saja 10 tahun, ibu? Untuk apa perjodohan seperti itu?" tanya Putri Zhao Huan sambil balas menatap permaisuri.
"Tidak akan ada yang berubah, Huan'er. Kau akan tetap menjadi seorang putri kekaisaran, lagi pula perjodohan ini hanya demi kemajuan kekaisaran. Kau akan meninggalkan istana dan tinggal di kediaman keluarga Wang setelah usiamu mencapai 16 tahun. Jadi untuk 6 tahun kedepan, kau harus mulai mempersiapkan diri dengan berlatih berbagai macam hal yang berhubungan dengan perempuan," jawab permaisuri Fang Hua dengan sangat tenang.
Putri Zhao Huan melirik ke arah permaisuri Fang Hua, meskipun saat ini hatinya menolak untuk dijodohkan, namun nyatanya dia juga tidak bisa membantah hal itu. Karena apapun yang diputuskan oleh seorang permaisuri ataupun Kaisar adalah sesuatu hal yang mutlak, tidak ada satu orang pun yang memiliki keberanian untuk melanggarnya.
"Baiklah ibunda," ucap putri Zhao Huan, wajahnya terlihat lesu sejak permaisuri mengemukakan keinginannya. Bahkan saat ini dirinya masih belum cukup puas menikmati masa kecilnya, namun tiba-tiba saja Kaisar dan permaisuri memutuskan untuk mengirimkan proposal lamaran kepada Jenderal Wang dan seluruh anggota keluarganya.
Putri Zhao Huan pun segera meninggalkan paviliun milik permaisuri, dia akan bersiap untuk berkunjung di kediaman keluarga Wang, menemani sang ibu, yang saat ini ingin sekali menjalin hubungan baik.
Selang hitungan dua kali pembakaran dupa, akhirnya kedua orang wanita berbeda usia itu pun telah bersiap dengan pakaian kebesaran masing-masing. Permaisuri menggunakan jubah merah bersulamkan burung phoenix, hiasan rambutnya yang menjuntai membuat penampilannya semakin menakjubkan, apalagi dengan mahkota kecil yang berada di kepalanya, membuat sang permaisuri semakin terlihat berwibawa.
Sedangkan Putri Zhao Huan saat ini mempergunakan hanfu berwarna biru muda, rambutnya setengah digulung dengan diberikan hiasan sebuah tusuk rambut yang terbuat dari kayu, sedangkan sisa rambutnya yang lain sengaja di gerai sehingga menambah kecantikannya.
Penampilannya terlihat sangat sederhana, dia bahkan tidak menyukai pakaian berat dan ribet, apalagi dengan hiasan rambut yang terlalu banyak, terkadang membuat kepalanya menjadi sangat pusing.
Permaisuri Fang Hua mengerutkan dahinya, dia terlihat tidak puas menatap penampilan Sang Putri yang menurutnya terlalu biasa. Bahkan pakaian seperti itu banyak dipergunakan oleh putri-putri bangsawan, namun mereka mempergunakan riasan yang tebal dan juga hiasan rambut yang sangat banyak, untuk menarik perhatian.
"Apakah pelayanmu tidak pandai merias, sehingga kau tampil begitu apa adanya? Bahkan saat ini kita akan segera mengunjungi kediaman keluarga Jenderal besar Wang, sudah seharusnya kau membawa serta harga diri dan kehormatan istana kekaisaran, dengan mempergunakan pakaian kebesaran, riasan yang cukup dan juga perhiasan yang banyak." ucap permaisuri.
Namun, Putri Zhao Huan hanya mengangkat kedua bahunya dengan sangat acuh, baginya tidak penting apa yang dia pakai saat ini, yang terpenting dirinya masih mau menuruti apapun yang dikehendaki oleh sang Ibunda.
"Sudahlah, ibunda. Yang terpenting saat ini kita segera berangkat menuju kediaman keluarga Jenderal besar Wang, sebelum hari berganti menjadi malam. Bukankah perjalanan kita cukup jauh?" jawab putri Zhao Huan.
Permaisuri Fang Hua Hanya bisa menarik nafas pasrah, dia tak mungkin merubah pemikiran putrinya, walau bagaimanapun saat ini Putri Zhao Huan telah bersedia mempergunakan pakaian seorang wanita, itu jauh lebih baik dibandingkan penampilannya yang selama ini selalu terbiasa dengan hanfu pria.
"Baiklah," ucap permaisuri, dia pun segera menaiki kereta mewah milik istana kekaisaran dibantu oleh dua orang pelayan setianya. Tak lama disusul dengan Putri Zhao Huan yang mulai mendudukan diri, tepat di samping sang permaisuri.
Kereta pun akhirnya berjalan, dengan dikendarai oleh seorang kusir. Puluhan prajurit berdiri di belakang, mereka mengikuti langkah kereta yang membawa permaisuri Fang Hua dan juga Putri Zhao Huan. Sementara di depan kereta itu ada sekitar 20 orang prajurit, disertai satu orang Jenderal muda yang mengendarai kuda.
Membutuhkan waktu hampir satu kali pembakaran dupa, hingga akhirnya kereta itu pun sampai di sebuah kediaman besar. Mereka segera disambut oleh para prajurit yang berjaga di pintu gerbang, kemudian diarahkan menuju aula keluarga dan bertemu dengan Nyonya Wang.
"Salam yang mulia permaisuri! Salam tuan putri! Selamat datang di gubuk kami, mari silakan masuk," ucap Nyonya Wang menyambut kedatangan dua orang tamu kehormatannya, dengan penuh kesopanan.
Permaisuri Fang Hua dan Putri Zhao Huan pun segera turun dari kereta istana, kemudian melangkahkan kaki mengikuti langkah para pelayan yang saat ini membawa mereka menuju aula keluarga.
Sementara Nyonya Wang langsung membuat pengaturan secepat mungkin, untuk penyambutan tamu yang datang. Dia memerintahkan para pelayannya untuk mempersiapkan teh terbaik, beserta kudapan yang akan dinikmati sambil berbincang-bincang di dalam aula kediaman.
Detelah selesai memberikan perintah kepada para pelayannya, akhirnya Nyonya Wang pun segera memasuki aula, diikuti oleh selir Xin Qian yang saat ini telah mengetahui kunjungan dari permaisuri kekaisaran beserta putrinya di kediaman mereka.
"Salam yang mulia permaisuri! Salam tuan putri!" ucap selir Xin Qian sambil menunduk, tak lama kemudian, dia pun mendudukkan dirinya di samping nyonya besar Wang.
"Dimana jendral Wang beserta tuan muda Wang Taoran?" tanya permaisuri tanpa berbasa-basi.
''Mohon maafkan sebelumnya, karena kami tidak melakukan penyambutan yang layak untuk kedatangan anda, permaisuri. Saat ini suami hamba tengah pergi bersama Taoran'er untuk mencari keberadaan Wang Zeming, beberapa orang mata-mata yang dikirimkan sebelumnya telah mendapatkan kabar tentang lokasi dimana mereka di sekap," jawab nyonya Wang.
"Apaa?"
belah duren