Menduda selama 3 tahun lamanya. Membuat sang pria akhirnya memutuskan untuk menikah lagi. Pernikahan telah terjadi, namun saat setelah menikah dan mengajak sang istri bulan madu, di perjalanan pria itu berhenti mencari makanan.
Alangkah terkejutnya saat ia melihat sang istri yang meninggal 3 tahun lamanya masih hidup dan berjualan makanan tersebut.
Wanita itu tidak mengingat sang pria.
Apa sebenarnya yang terjadi?
Apa yang akan pria itu lakukan?
Akankah ia kembali pada istri pertamanya atau meninggalkan istrinya itu?
Simak ceritanya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman - 28
Setelah berpikir panjang Bella ingin menemui keluarganya saja. Meminta bantuan untuk meminjamkan senilai uang yang Bella sendiri masih bingung akankah keluarganya berikan. Di depan pagar yang menjulang itu sekilas saja air mata Bella menetes.
Kedatangannya yang secara tiba-tiba ini tidak mungkin bisa di terima oleh keluarganya. Apalagi ia telah di nyatakan meninggal dunia. Pasti saat ini keluarganya juga telah berubah.
Bella kembali membalikkan tubuhnya sesaat ia mengingat kematian ibu kandungnya yang di akibatkan olehnya sendiri. Seribu kali daddy-nya menjelaskan bahwa mommy-nya mati oleh sebuah penyakit bukan karena dirinya. Bella masih belum bisa menerima itu semua.
'Aku terlanjur pergi. Maka aku harus meninggalkan semuanya.' Bella melangkah menjauhi rumah orangtuanya yang tidak sengaja mobil mahal melintasinya. Mobil itu masuk ke kediaman rumah megah yang telah Bella jauhi.
Andrian sepertinya tidak sengaja melihat adik kandungnya itu. Ia pun keluar dari dalam mobil dan berlarian keluar pagar mencari Bella yang tidak terlihat lagi. 'Apa aku hanya berhalusinasi saja.' Andrian masih melihat lingkungan sekitar yang ternyata tidak sama sekali menemukan adiknya itu. 'Sepertinya aku terlalu merindukan Emillia.'
"Ada apa tuan?" security mengejar Andrian.
"Tidak! Tidak apa-apa. Aku hanya mencari seseorang saja tadi. Ternyata bukan." Andrian kembali berjalan masuk ke rumahnya.
.
.
Bella telah berada di dalam taksi. Ponselnya begitu saja berdering dengan ia membuka benda canggih miliknya.
"Halo..." Bella tidak mengenal nomor tersebut. Akan tetapi ia yakini pasti dari salah satu pelanggan setianya yang sering memesan kue.
"Apa benar ini nona Bella?" tanya seorang perempuan di seberang telepon.
"Iya benar itu nama ku. Apa ada sesuatu yang bisa saya bantu nona?" Bella mendengar suara perempuan yang sepertinya ia kenal.
"Apa kau bisa menemui ku di sebuah kafe dekat taman kota? Aku ada sesuatu yang harus di bicarakan dengan mu." pintanya.
"O-oh tentu nona. Kirim saja lewat pesan alamatnya. Kebetulan aku dalam perjalanan dan akan langsung menemui mu."
"Baiklah kalau begitu aku tunggu." wanita itu langsung mematikan panggilannya.
Bella melihat layar ponselnya yang ternyata ia tidak pernah melihat nomor itu. 'Kenapa wanita itu meminta ku untuk menemuinya? Apa mungkin dia mau belajar membuat kue juga?' Bella tersenyum. Sepertinya Tuhannya memberikan jalan yang saat ini tengah ia pikirkan. Ia harus mencari klien lagi untuk menambah pemasukannya saat ini.
"Tolong antarkan aku ke alamat ini ya tuan." Bella menunjukkan layar ponselnya ke sang Sopir.
"Iya nona." jawab sang sopir dengan kembali memutarkan mobilnya untuk berbalik arah.
Sekejap saja mereka sampai dengan Bella langsung turun untuk masuk ke dalam kafe yang tidak jauh dari alun-alun kota. Langkah kaki Bella berhenti sesaat ia harus bertemu dengan Rose yang saat ini tersenyum melihat kearahnya.
Rose melambaikan tangannya untuk meminta Bella menghampirinya. Bella enggan bertemu dengan istri kedua suaminya itu. Entah apa yang membuat istri kedua suaminya itu meminta untuk bertemu. Bella secara paksa menemui Rose.
"Silahkan duduk nona." perintah Rose menunjuk kursi di hadapannya dengan Bella langsung duduk secara perlahan. Rose kembali mengangkat tangannya memanggil pelayan di sana dengan salah satu pria di dekatnya itu mendekati.
Rose memesan sebuah minuman tanpa bertanya lagi pada Bella.
"Baik nyonya. Tunggu sebentar." pelayan itu langsung saja pergi dari mereka berdua.
Rose kembali tersenyum melihat Bella yang sedang menatapinya. "Aku tidak tau kau sebenarnya mengenal ku atau tidak nona. Tapi yang mau saya sampaikan tidak banyak bertele-tele." Rose membuka tasnya dan mengambil selembar kertas bergambar wajah Henry dan dirinya di saat mereka menikah.
Bella hanya bisa meratapi gambar yang terlihat bahagia itu. Ternyata benar suaminya ternyata telah berubah. Hati Bella semakin sakit melihat itu semua.
"Apa maksud mu nona?" Bella berusaha untuk tidak ikut campur lagi dengan hubungan suaminya itu.
"Kau jangan berpura-pura tidak mengenal suami nona Bella."
Deg!
Bella tidak menyangka Rose yang ia kenali terlihat berbeda. Apakah ini pertahanan sebuah istri yang tidak mau rumah tangganya di ganggu?
"Jauhi suami saya nona." ucap kembali Rose dengan penekanan.
Bella tersenyum secara paksa. Ia begitu berat untuk melakukan itu semua. Ternyata Rose telah menyadari bahwa pertemuan Bella dengan Henry beberapa hari yang lalu membuat Rose mengetahui semuanya. "Aku tidak begitu mengenal suami mu nona. Dia memang sempat membeli kue di tokoh ku. Tapi setelah itu kami tidak bertemu lagi."
"Kau rupanya semakin pandai berbohong Bel."
Bella mendelik mendengar perkataan Rose yang mungkin sudah mengetahui semuanya. 'Apa nyonya Dona memberitahunya? Tapi aku saja belum bercerita tentang Henry.'
"Aku tidak tau apa niat yang kau lakukan. Kau sedang butuh uang bukan. Apa gara-gara itu kau berusaha mendekati suami ku?"
Bella bernafas lega ternyata Rose tidak mengetahui semuanya. "Tidak nona."
"Sudahlah kau jangan berbohong pada ku lagi. Banyak wanita di luar sana yang seperti mu. Menggoda suami ku untuk mendapatkan uangnya saja. Sekarang katakan saja berapa nilai uang yang kau butuhkan?"
Bella memang membutuhkan uang saat ini. Tapi ia tidak bisa mengambil uang dengan cara transaksi seperti ini. "Aku tidak butuh uang mu nona."
"Sok jual mahal padahal sangat membutuhkannya." gumam Rose. "Atau begini saja. Aku menawarkan sesuatu yang berbeda." Rose mengeluarkan selembar cek uang yang cukup fantastis. "Aku beri ini untuk mu." ia meletakkan di dekat Bella. "Ambilah. Tapi jauhi suami ku."
Hati Bella begitu panas akan tingkah Rose yang ternyata sangat mengerikan. Bella begitu saja mengembalikan lembaran kertas itu ke Rose. "Silahkan anda ambil lagi nona." Bella langsung berdiri. "Saya baru ingat kalau ada pekerjaan. Saya permisi dulu."
"Ingat ya Bel!" ucap Rose sesaat Bella ingin menjauhinya dengan Bella berhenti melangkah. "Jika aku melihat mu dengan suami ku lagi. Aku tidak segan-segan mempercepat hukuman mati pada salah satu keluarga angkat mu itu." ancam Rose dengan langsung berdiri juga. Ia tersenyum licik sesaat melihat Bella terdiam mendengar ancamannya itu.
Rose begitu saja mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Bella duluan.
Bella barulah meneteskan air matanya.
"Permisi nona. Ini pesanannya." pelayan datang menghampiri Bella yang masih berdiri.
Bella menghapus kasar wajahnya. "Maaf tuan kau minum saja sendiri. Aku bayar berapa pesanan kami."
"Oh tidak perlu di bayar nona. Nyonya tadi telah membayarnya lewat via online."
Bella terdiam begitu saja. Apa yang ia lakukan dahulu ternyata berbanding terbalik. Semua yang ia miliki ternyata sudah di miliki Rose.
'Aku begitu rendahan ternyata.' Bella meratapi takdirnya yang terus saja menjatuhkannya.