Dialah Azzura. Wanita yang gagal dalam pernikahannya. Dia ditalak setelah kata sah yang diucapkan oleh para saksi. Wanita yang menyandang status istri belum genap satu menit saja. Bahkan, harus kehilangan nyawa sang ayah karena tuduhan kejam yang suaminya lontarkan.
Namun, dia tidak pernah bersedia untuk menyerah. Kegagalan itu ia jadikan sebagai senjata terbesar untuk bangkit agar bisa membalaskan rasa sakit hatinya pada orang-orang yang sudah menyakiti dia.
Bagaimana kisah Azzura selanjutnya? Akankah mantan suami akan menyesali kata talak yang telah ia ucap? Mungkinkah Azzura mampu membalas rasa sakitnya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Bab 19
"Apa-apaan ini?" Reno berucap dengan nada sangat tinggi karena terlalu kesal.
"Sabar, Ren. Sekarang, coba lihat USB nya pula."
"Tidak. Aku sudah tidak sanggup lagi sekarang. Sudah cukup mainan ini merusak mataku. Aku tidak ingin melihat yang berikutnya lagi. Aku yakin, yang berikutnya pasti akan lebih mengerikan."
"Ren, tenanglah. Jangan marah-marah sekarang. Harusnya kamu bersyukur, bukan? Tuhan telah membantu kamu mengetahui wajah asli dari orang yang akan kamu nikahi. Ini adalah berkah yang paling baik, Reno."
Reno terdiam. Hatinya ingin menyangkal apa yang sebelumnya matanya lihat. Tapi sayang, kenyataan adalah kenyataan. Dan, foto itu benar-benar seperti asli. Bukan editan semata.
Sesaat mempertimbangkan apa yang sedang bermain dalam benaknya, Reno langsung meraih USB yang masih tergeletak dalam kotak.
"Bik!"
"Bibi!"
"Ya, Den."
"Ambilkan laptopku di kamar. Aku ingin lihat apa isi USB ini."
"Baik, Den."
Beberapa saat menunggu dengan perasaan yang kacau, akhirnya, si bibi datang juga dengan laptop di tangan.
"Ini, Den Reno laptopnya."
"Makasih, Bi."
"Sama-sama, Den."
USB langsung Reno sambungkan dengan laptop. Setelah semuanya terpasang, data dari USB muncul di permukaan layar. Mata Reno semakin melebar akan informasi yang terdapat di layar tersebut. Terlalu banyak kebohongan yang Mirna sembunyikan. Di dalam USB itu semuanya terbongkar.
Bukan hanya kisah hubungan asmara Mirna dengan pria lain, tentang kejahatan Mirna bersama sang mama yang menjual rumah Zura pun datanya ada di sana.
"Jadi, seperti inilah kelakuan kamu, Mirna? Sungguh be* jat!"
Semua bukti tidak bisa lagi hati Reno sanggah. Rasa cintanya pun hancur bersama kebusukan Mirna yang terbongkar habis. Mata Reno mendadak berkaca-kaca sekarang. Sungguh, hatinya marah, tapi juga sangat sedih. Impiannya untuk menikah dengan wanita yang ia cintai hilang seketika.
"Sabar, Nak. Anggap ini adalah anugerah yang Tuhan berikan padamu. Tuhan sayang sama kamu, Ren." Sang mama berucap sambil membelai pelan punggung anaknya.
"Iya, Ren. Jangan sedih. Kita ini keluarga terpandang. Kamu pasti bisa dengan mudah mencari pengganti yang lebih baik." Papanya ikut menimpali.
Reno menutup wajahnya dengan ke dua tangan. Lalu mengucap kasar wajahnya itu.
"Ini bukan soal mencari pengganti, Pa. Melainkan, ini soal hati. Hati tidak mudah untuk dibangun kembali."
"Iya, kami tahu, Ren. Tapi setidaknya, ini adalah yang paling baik. Kamu tahu kebusukannya sebelum kamu melangkah lebih jauh. Bukankah ini adalah anugerah?"
Reno hanya diam saja kali ini. Namun, benaknya berpikir akan sesuatu. Dia tidak akan membongkar kebusukan Mirna sekarang. Melainkan, dia akan melihat, sampai kapan wanita itu bisa bertahan. Mempertahankan wajah tipuannya itu.
Di sisi lain, Adya sedang kebingungan. Bagaimana tidak? Usahanya untuk mencari informasi Zura tidak kunjung membuahkan hasil. Sudah beberapa hari berlalu, tetap saja tidak ada sedikitpun kemajuan.
"Adya."
"Ya, tuan muda."
"Bagaimana dengan tugasmu? Apa sudah mendapatkan apa yang aku inginkan?"
Wajah tidak enak Adya perlihatkan.
"Maaf, tuan muda. Masih belum."
"Belum?" Tatapan serius Angga berikan. "Kok bisa, Adya?"
"Informasi nona Zura seakan putus hanya pada tiga tahun yang lalu, Tuan muda. Sepertinya, semua infonya dihapus oleh seseorang. Sejak ia meninggalkan rumah, tidak ada yang tahu ke mana dia pergi. Satu-satunya jalan untuk tahu hanya pamannya saja. Tapi, itu sama saja tidak mungkin."
Angga terdiam. Pikirannya berkelana jauh. Sayangnya, apa yang ia pikirkan sama sekali tidak menemukan jawaban atas masalah yang sedang ia hadapi.
Tatapan lurus Angga perlihatkan sekarang.
"Cari tahu lagi, Adya. Aku ingin tahu apakah benar dia punya pendukung yang kuat. Jika iya, siapa orang itu? Kenapa bisa sangat kuat sampai kita tidak bisa menembusnya."
"Baik, tuan muda. Akan saya usahakan semaksimal mungkin."
"Hm."
Di kediaman Hani, Zura sedang ngobrol dengan mama angkatnya di temani seorang gadis dengan kaca mata besar. Gadis yang selama ini menjadi pendukung utama hilangnya semua informasi tentang Zura.
"Jadi, Anggara juga ikut mencari tahu di mana aku pergi setelah malam itu, Ma?"
"Hm. Iya, Zu. Pria bajingan itu tiba-tiba mencari tahu di mana kamu berada setelah pertemuan kalian waktu itu. Apa jangan-jangan, dia susah mulai gila ya sekarang?"
"Gila? Maksud mama?"
"Gila talak, Zu. Nyesel kali dia udah ninggalin kamu kemarin."
"Ingat ya, Zu. Jangan tergoda sama apapun yang ia lakukan kedepannya. Mama gak akan pernah setuju."
"Iya, Ma. Iya."
"Sika. Terima kasih banyak atas bantuannya. Jika bukan karena bantaunmu, aku tidak tahu entah berapa banyak orang yang tahu di mana aku dan siapa aku sebenarnya," ucap Zura pada gadis yang ada di depannya saat ini.
"Gak perlu berterima kasih, mbak. Aku suka dengan pekerjaanku ini. Dan lagi, aku sangat suka membantu mbak Zura."
"Lagian, tanpa bantaun tante Hani, aku juga tidak akan menjadi orang yang berguna seperti sekarang, Mbak."
"Sika. Apa yang kamu miliki itu bakal langka. Tante hanya menolong sedikit saja kok. Bak kata orang-orang, bakat alam."
Tawa renyah pun langsung terdengar setelah Hani mengucapkan kata-kata itu. Sika adalah anak yang Hani selamatkan ketika ia masih berusia sebelas tahun. Gadis malang itu hampir saja terbunuh dalam sebuah kecelakaan. Karena tidak punya siapa-siapa, Sika Hani berikan tempat tinggal. Tapi ia tidak mengangkat Sika sebagai anak seperti yang ia lakukan pada Zura.
Setelahnya, dengan bakat yang Sika miliki, gadis itu telah menjadi hacker ternama sekarang. Hacker handal yang menjadi tameng Hani dan Zura saat ini. Makanya, semua informasi Zura tidak ada yang bisa menembusnya. Semua itu berkat kemampuan Sika dalam mengatur informasi.
.....
Hari yang Zura tunggu akhirnya datang juga. Dia akan menagih janji pada Mirna dan juga tantenya untuk mengembalikan rumah peninggalan orang tuanya.
Kali ini, Zura tidak hanya membawa dua orang pengawal dari kota S. Melainkan, dia juga menyewa lima pengawal lagi yang menunggu kedatangannya. Zura melakukan hal tersebut untuk berjaga-jaga. Dia yakin, tantenya pasti tidak akan menepati janji.
Zura berangkat pagi-pagi sekali bersama Lula dan dua pengawal yang setia menemaninya. Kali ini, tujuannya sudah ia bulatkan. Jika si tante tidak bersedia mengembalikan rumah peninggalam orang tuanya itu, maka dia akan menyeret wanita itu ke jalur hukum. Tidak hanya dengan tuduhan pemaksaan surat kuasa, dia juga akan menjerat mama Mirna dengan tuduhan pencurian. Mencuri uang yang bukan miliknya.
Yah, meskipun dia tidak suka membawa hal yang memang tidak ia inginkan seperti uang yang Angga berikan. Tapi demi memberatkan hukuman si tante, dia akan melakukan hal tersebut.
Sementara itu, ibu dan anak sedang sangat cemas di rumahnya. Mirna sudah berulang kali menghubungi Reno. Tapi ponsel pria itu malah tidak bisa ia hubungi. Kegelusahannya pun bertambah semakin besar sekarang.
"Duh, kak Reno. Aktif dong nomornya."
"Gi mana, Mir? Masih tidak bisa dihubungi?"
"Iya, Ma. Masih belum aktif. Gimana dong ini?"