cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki Aneh, didalam Lembah.
Tepat pada hari yang ke empat, Cin Hai mulai menuruni lereng bukit menuju ke sebuah lembah yang sangat luas sekali.
Di sekeliling lembah ini, terlihat perbukitan bersusun susun, seperti pagar alam.
Tepat di tengah tengah lembah ini ada sebuah jurang menganga, memanjang dari timur laut ke barat daya, dengan jarak antara dua sisi jurang nya kira kira lima puluh depa jauh nya.
Cin Hai berhenti di dalam lembah dekat jurang besar itu.
Sesekali dia melongok ke dalam jurang, namun tidak tampak dasar nya, yang terlihat cuma ke gelapan saja.
Di ujung timur laut jurang itu, ada sebuah air terjun mengalir langsung masuk kedalam jurang, namun tidak terdengar gemericik air didasar nya.
"Huh!, jurang ini benar benar dalam rupa nya, gemercik air saja tidak terdengar di dasar nya!" pikir Cin Hai.
Tiba tiba seekor kelinci gemuk melompat dari semak semak dekat kali nya.
Dengan cekatan sekali, Cin Hai melempar kelinci gemuk itu dengan batu kerikil kecil.
Kelinci itu tumbang ketanah, terkena batu yang di lemparkan oleh Cin Hai tadi.
Cin Hai segera membersihkan kelinci itu di dekat air terjun yang jatuh entah berapa jauh jarak nya dengan dasar jurang itu.
Tidak berapa lama, aroma daging kelinci bakar pun menyebar ke mana mana, membuat perut menjadi lapar.
Karena air di dalam lumpang kulit labu tua milik nya sudah habis dia tenggak sewaktu di jalan tadi, kini dia bermaksud mengambil air di air terjun yang tidak jauh dari tempat itu.
Namun sewaktu dia kembali dari mengambil air, Cin Hai terpaku di tempatnya, melihat seorang yang sudah sangat tua sekali, duduk menghadap api, sambil memakan panggangan kelinci nya tadi.
Rambut laki laki itu sudah putih semua nya, namun terlihat panjang dan subur, tetapi tidak terawat.
Sedangkan pakaian laki laki tua itu, mengingatkan Cin Hai pada guru nya Koay Lo Jin yang berjumbai jumbai karena sudah robek dimana mana, sehingga mirip hiasan berjumbai jumbai, dan bergerak gerak tertiup angin lembah.
Namun satu hal yang membuat Cin Hai takjub adalah tinggi badan laki laki itu hampir dua kali tinggi laki laki dewasa, dengan telapak kaki nya yang tanpa tumit.
Sedangkan celana laki laki tua itu, nampak nya bekas celana panjang yang sudah sobek disana sini, sehingga nampak juga seperti berjumbai jumbai, menyisakan sedikit, sekedar menutupi aurat nya.
"Air!, ... Air!, ... Cepat, air!" ujar laki laki tua itu tanpa menoleh kearah Cin Hai.
Sambil tertawa terkekeh kekeh, Cin Hai menyerahkan lumpang kulit labu tua milik nya kepada laki-laki tua itu.
Laki laki tua itu menerima lumpang kulit labu itu, lalu menenggak isi nya.
Seolah tenggorokan laki laki itu sebesar gentong, air di dalam lumpang kulit labu tua itu ludes cuma dalam sekali reguk saja.
"Sial!, kenapa sedikit sekali heh?, ambil lagi!" ujar laki laki tua itu sambil melemparkan lumpang kulit labu tua itu kearah Cin Hai.
Cin Hai menyambut lumpang kulit labu tua milik nya itu.
Namun tanpa terduga, tubuh nya terdorong hingga sepuluh depa kebelakang, terbawa arus lumpang kulit labu tua itu.
Ternyata laki laki itu melemparkan lumpang kulit labu tua milik Cin Hai itu dengan disertai sedikit dorongan tenaga Lwe kang (tenaga dalam), dan sebagai akibat nya, tubuh Cin Hai terlempar seperti daun kering di tiup angin.
Baru saja Cin Hai selesai mengambil kan air untuk laki laki tua itu, kembali dalam satu tegukan saja air itu ludes.
Berulang ulang laki laki tua itu melemparkan tempat air ke arah Cin Hai, dan Cin Hai menerima nya dengan mengerahkan tenaga Lwe kang nya pula.
Hingga lemparan yang kesepuluh kali nya, barulah tubuh Cin Hai tidak bergetar sedikitpun juga saat menerima tempat air minum itu.
Melihat hal itu, laki laki tua itu tertawa terkekeh kekeh seperti seorang anak mendapat mainan nya.
"Kek!, apakah kakek yang bergelar Sin Tiauw Giam Lo Ong itu kek?" tanya Cin Hai tanpa ragu ragu.
Tiba tiba mata laki laki itu seperti berkilat kilat aura kemarahan.
"Giam Lo Ong?, Siapa?, aku?, kurang ajar bocah cari mati, berani nya mengatai aku macam macam!" kata laki laki itu tiba tiba menyerang Cin Hai dengan serangan brutal yang mematikan.
Mau tidak mau, Cin Hai harus meladeni laki laki tua itu bila tidak ingin mati sia sia.
Dia bisa saja mempergunakan jurus Sin Houw Liong Cam yang sudah dia kuasai dengan sempurna itu untuk melawan laki laki tua itu, tetapi karena dia merasa tidak pernah diakui sebagai murid resmi perguruan silat Sin Houw itu, dia enggan mempergunakan jurus itu.
Begitu pula dengan jurus San i Koay Sian (Dewa gila memindahkan gunung), tetapi jurus silat itu baru saja dia terima dan belum terlalu dia perdalam lagi.
Akhirnya dia memutuskan meladeni laki laki tua itu dengan jurus Sin Kai Thien Tin (Pengemis sakti menggoncang langit) yang sudah dia kuasai dengan sempurna itu.
Saat Cin Hai meladeni serangan laki laki tua itu dengan jurus Sin Kai Thien Tin, laki laki itu terpana sejenak, matanya sempat berkaca kaca.
"Bagus bocah!, pergunakan jurus tai ayam itu untuk melawan ku, aku mau tahu seberapa mahir kau memainkan jurus Sin Kai Thien Tin milik pengemis bau itu!" terdengar ucapan laki laki tua itu dengan bersemangat sekali.
"Kakek!, ... meskipun guru ku seperti itu , tetapi badan nya tidak bau kek!" sahut Cin Hai sambil terus mempergunakan jurus jurus itu untuk melawan serangan dari laki laki tua aneh itu.
"Bagus!, bagus!, ... Serangan mu yang tadi tidak usah mempergunakan tenaga berlebihan, karena serangan itu meminjam tenaga serangan lawan!" terdengar sesekali dari mulut laki laki itu keluar arahan arahan bagai mana mempergunakan jurus Sin Kai Thien Tin dengan benar.
Cin Hai yang cerdas kini tahu, jika laki laki tua ini tidak benar benar ingin membunuh nya , cuma mau melihat jurus Sin Kai Thien Tin dia mainkan.
Hingga selesai dengan jurus Sin Kai Thien Tin tingkat kesembilan, tidak sekalipun Cin Hai berhasil menyentuh kulit laki laki tua yang aneh itu.
"Cukup!, cukup!, aku sudah yakin sekarang jika kau murid Sute Koay Lo Jin bau itu!" ucap laki laki tua itu sambil tertawa terkekeh kekeh gembira, persis seorang anak yang baru menemukan mainan bagus.
Cin Hai menghentikan serangan nya pada laki laki tua itu sambil menatap wajah laki laki dengan perasaan heran nya.
"Kenapa malah bengong heh?, tidak segera berlutut?" terdengar suara laki laki bergema.
Mendengar itu, Cin Hai segera menjatuhkan diri nya dihadapan laki laki tua aneh itu, "Suhu, tee cu Fu Cin Hai menghaturkan sembah, tee cu di utus oleh suhu Koay Lo Jin untuk mencari seseorang di lembah ini, kira nya suhu kah orang yang dimaksudkan oleh Suhu itu l?" tanya Cin Hai sambil berlutut.
Laki laki itu tidak menjawab nya, tetapi justru tertawa terbahak-bahak hingga jenggot putih panjang nya berayun ayun karena nya.
"Ha ha ha ha pengemis bau itu pintar mencari murid, ternyata setelah sekian lama mengembara, akhirnya kau temukan juga sebutir permata diantara tumpukan sampah yang berserakan di mana mana, ha ha ha ha, bagus bagus, akhirnya aku bisa juga pergi meninggalkan lembah sialan ini dengan tenang, Sute!, tunggu aku ya, aku akan menyusul mu!" ujar laki laki tua itu tertawa, lalu menangis sesegukan, persis seperti anak kecil.
Tiba tiba laki laki tua itu menyambar tubuh Cin Hai dengan begitu cepat nya, sehingga anak itu tidak sempat untuk menghindar lari.
Tangan laki laki tua itu melingkar di pinggang Cin Hai, lalu dengan sekali sentakan saja, tubuh mereka meluncur kearah mulut jurang yang menganga itu.
...****************...
kalau ma ling kue bisa bikin kenyang tuh.. 😅