Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.
Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.
Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.
Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Nilam Keguguran
Bab 28. Nilam Keguguran
POV Author
Nilam terus terus merintih kesakitan sambil memegang perutnya. Bu Ida yang mendapati ada darah di bawah tubuh Nilam semakin cemas. Bertepatan dengan itu, Wawan pun datang beserta taxi yang di pesan oleh Lastri.
"Ada apa ini Bu?"
Wawan terlihat khawatir melihat keadaan Nilam yang terbaring di lantai dan ada rembesan darah di sekitar area bawahnya.
"Mas..." Panggil Tatik tapi hanya mendapat tolehan dari Wawan sekilas.
Wawan mendekati Ibu mertuanya dan Nilam. Dan hendak mengangkat tubuh Nilam.
"Taxi di luar pesanan disini kan? Kita bawa Nilam ke Rumah Sakit." Ujar Wawan.
"Loh kok, Rumah Sakit ? Klinik saja lebih murah." Ujar Bu Ida.
"Nanti biayanya biar aku yang tanggung Bu." Kata Wawan yang mengakibatkan kening Tatik berkerut tidak suka.
"Ya sudah."
Mendengar ia tidak mengeluarkan biaya, Bu Ida menurut saja.
"Sebaiknya, Ibu siapkan beberapa pakaian Nilam untuk berganti nanti. Aku akan membantu Mas Wawan membawa Nilam ke mobil." Ujar Lastri
Tanpa banyak protes Bu Ida segera bergerak melakukan apa yang Lastri sarankan. Walau pun pelit, Bu Ida masih sayang terhadap anaknya.
"Tik, kamu tidak mau bantu?" Tanya Wawan melihat Tatik bengong di tempatnya.
"Aku bantu bukain pintu mobil deh Mas."
"Kasih alas dulu Mbak, biar tidak rembes darahnya di kursi mobil." Saran Lastri kembali.
Mulut Tatik manyun di perintah Lastri. Tapi mau tidak mau ia pun mencari kain tebal untuk alas bawah Nilam di mobil nanti. Dari pada harus mendengar amarah pemilik mobil apa lagi kena biaya cuci mobil.
Saat semua beres, Nilam pun di angkut ke mobil. Wawan dan beserta Bu Ida duduk di tengah menemani Nilam. Sedangkan Tatik duduk di depan bersama sang driver.
"Kamu tidak ikut Lastri?"
"Aku tadi belanja Bu, buat nyambut puasa subuh. nanti."
"Ya sudah, kamu disini saja masak yang banyak."
Mendengar Lastri berbelanja, Bu Ida tidak jadi marah. Dan mobil yang mengangkut mereka pun mulai bergerak meninggalkan rumah menuju Rumah Sakit.
Selama dalam perjalanan Nilam terus merintih kesakitan. Matanya terpejam menahan sakit, dan keringatnya dinginnya tak henti keluar dari lubang pori-pori. Begitu tiba di rumah sakit, Nilam segera di sambut para perawat dan di tangani di ruang IGD.
Bu Ida dan Wawan tampak tegang dalam duduknya menunggu dokter menanganinya Nilam di ruang tertutup itu. Sementara Tatik, tampak acuh tak acuh memainkan ponselnya.
"Nilam jatuh kenapa bisa pendarahan gitu ya?" Gumam Bu Ida yang masih bisa di dengar oleh Wawan.
"Dia jatuh bagaimana Bu?"
"Jatuh di depan kamar Lastri, karena lantainya licin. Ibu cemas, apa jangan-jangan..."
Ragu-ragu Bu Ida meneruskan kata-katanya.
Wawan yang sejak tadi tegang mencoba acuh dan memalingkan wajahnya melihat pemandangan di sekitar ruang tunggu.
"Keluarga pasien?"
Panggil seorang dokter. Bu Ida langsung berdiri dan menghampiri di ikuti Wawan dan Tatik di belakangnya.
"Pasien terpaksa kami kuret. Karena jika tidak, akan mengacam keselamatannya."
"Loh, kenapa di kuret Bu Dokter?"
"Pasien tadinya sedang hamil, dan diperkirakan usia kandungan baru masuk 3 minggu."
"Apa?! Hamil?!"
Bu Ida tersentak terkejut mendengar penuturan sang Dokter. Bukan hanya Bu Ida, Tatik juga tampak terkejut dan penasaran.
"Benar Ibu. Pasien sudah kami tangani dengan baik, dan keadaannya juga sudah mulai lebih baik. Jadi sudah bisa dipindahkan di ruang perawatan. Untuk itu bisa di lengkapi administrasinya dulu ya." Ujar sang Dokter sambil tersenyum ramah.
"Baik Bu Dokter. Saya akan ke bagian administrasi." Ujar Wawan dan lekas bergerak menuju bagian administrasi.
"Kalau begitu, Saya permisi ya Bu." Pamit sang Dokter.
Bu Ida terduduk lemah di kursinya tadi. Ia tidak menyangka anak perempuan pernah hamil dan telah keguguran sekarang. Baru saja dia berpikiran negatif tentang putri bungsunya, dan ternyata itu benar-benar terjadi.
"Tatik, kamu tahu dengan siapa saja Nilam bergaul?"
"Mana aku tahu Bu. Ibu sih, biarin dia sering pulang malam, malah kadang tidak pulang." Sarkas Tatik.
Bu Ida meremas kedua tangannya. Ia kesal Nilam mengalami hal buruk seperti saat ini.
"Kalau sudah di ruangan nanti, Ibu tanyakan saja ke dia, siapa Bapak dari janinnya yang sudah tidak ada." Ujar Tatik lagi.
"Hendra sudah kamu hubungi?! Duh bisa marah besar dia kalau tahu Nilam berulah seperti ini."
"Tadi aku sudah kirim pesan ke dia kalau Nilam di rawat di sini. Ku telpon tidak di angkat terus, sibuk beternak paling!" Gerutu Tatik.
"Hush! Memangnya Hendra sapi?!"
"Ibu terlalu beliain dia. Dia jadi tidak peduli lagi pada kita semenjak menikah lagi. Sudah jarang pulang dan ngasi jajan, apalagi jalan-jalan." Gerutu Tatik.
Ucapan Tatik merayap di hati Bu Ida yang merasakan kalau itu ada benarnya juga. Selama menikah yang kedua ini, Hendra belum ada pulang ke rumah. Bahkan yang biasanya weekend mereka lakukan dengan jalan-jalan keluarga, namun dua minggu telah lewat sejak Hendra menikah tidak pernah lagi di lakukan.
Lastri baru beberapa hari di rumah mereka, dan Hendra pun tetap tak peduli dengan kehadiran isteri pertamanya itu.
"Bu aku sudah membayar administrasinya, kita bisa jenguk Nilam di ruangannya." Ujar Wawan begitu datang menghampiri mereka.
"Ya sudah, ayo..." Ujar Bu Ida tidak bersemangat.
Mereka bertiga lalu berjalan menuju ruangan dimana Nilam di rawat. Namun saat di tengah jalan, Tatik menarik lengan suaminya sehingga Wawan mundur beberapa langkah kebelakang.
"Ada apa sih?!" Tanya Wawan kesal tiba-tiba di tarik demikian.
"Ssstt!! Mas kok bayarin biayanya Nilam, kan ada Hendra." Kata Tatik tidak senang dengan nada setengah berbisik.
"Kamu ini gimana sih, Nilam itu adik mu. Kenapa harus perhitungan?!" Balas Wawan setengah berbisik pula.
"Mas begitu ringan mengeluarkan uang buat biaya Nilam. Tapi Mas begitu berat memberikan uang buat aku perawatan." Gerutu Tatik.
"Kamu apa yang mau di rawat sih?" Tanya Wawan melihat Tatik dari atas sampai bawah, gemoy.
"Ya harus perawatan lah, biar Mas tidak melirik sana sini."
"Dah ah, makin ngaco aja kamu."
Wawan mengabaikan ucapan Tatik dan melanjutkan langkahnya.
"Mas! Mas ih...!"
Tak di pedulikannya Tatik menggerutu di belakangnya.
Tiba di kamar Nilam Bu Ida duduk di samping ranjang Nilam dan menatap anaknya antara kesal, marah dan juga kasihan. Nilam tampak masih tertidur akibat pengaruh obat bius. Sementara Tatik dan Wawan berdiri tidak jauh dari Bu Ida.
Kamar yang di bayar Wawan hanya kamar kelas 1 yang berisi dua orang pasien. Jadi tidak ada sofa di ruangan itu untuk bisa melepas lelah mereka sesaat.
Tidak lama pintu kamar terbuka, dan Hendra pun datang dengan Rara yang tidak pernah mau melepaskan gandengan tangannya.
Tatik menyunggingkan senyum cemooh melihat kelakuan adik iparnya yang lebay menurutnya. Rasa tidak suka jelas terlihat dari sikap Tatik atas kedatangan adik iparnya itu.
Bu Ida melihat kedatangan Hendra dan menantu barunya mencoba untuk tersenyum.
"Kalian datang."
Sapa dan sambutan Bu Ida.
"Bagaimana keadaaa Nilam Bu?" Tanya Hendra.
Bu Ida menarik napas panjang. Dan tatapannya tertunduk melihat kesana kemari.
"Adikmu..."
Ragu-ragu Bu Ida ingin mengatakan yang sebenarnya. Ia takut bila mendengar hal itu Hendra ajak murka dan membatasi jatah mereka. Juga Bu Ida malu harus mengatakannya di hadapan menantu barunya, yang baginya sedikit berkelas itu.
"Assalamualaikum..."
Belum sempat Bu Ida mengatakan apa yang ingin ia katakan, mereka semua di kejutkan dengan kedatangan Lastri yang secara tiba tiba. Semua wajah menjadi tegang di ruangan itu. Bahkan untuk meloloskan saliva mereka dari kerongkongan pun terasa begitu sulit.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komennya, Terimakasih 🙏😊