Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI
Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.
Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 LATIHAN SERIUS
Bab 14: Rutinitas Pagi yang Menantang
Pagi yang tenang menyelimuti Sekte Tianwu. Matahari belum sepenuhnya terbit, dan udara di luar masih segar. Ling Chen tetap berada dalam posisi lotus di kamarnya, tenggelam dalam meditasi mendalam. Seluruh tubuhnya terasa ringan, energi mengalir dengan lancar. Keheningan yang tercipta membuatnya semakin fokus. Namun, dalam ketenangan itu, suara lembut sistem terdengar di dalam pikirannya.
Sistem: "Misi Harian Tersedia: Latihan Pagi."
Ling Chen membuka matanya perlahan dan memandang sekitar, matanya masih sedikit mengantuk. Namun, begitu mendengar suara sistem, ia langsung terjaga sepenuhnya. Ia mengangkat alis dan mengangguk pelan.
Ling Chen: "Misi harian? Apa yang dimaksud dengan latihan pagi?"
Sistem: "Latihan pagi adalah rutinitas untuk memperkuat tubuh, jiwa, dan teknik mu. Sebagai imbalan, Anda akan menerima kotak hadiah berisi buku teknik dan poin statistik untuk meningkatkan kemampuan Anda."
Ling Chen pun terkejut :" Apa ranah, atribut ,dan teknik bisa ditingkatkan dengan poin stats , mengapa kamu tidak bilang sebelumnya "
Sistem :" Ada batasan tersendiri sebelum melakukan peningkatan tuan, jadi pada awal awal sistem menyuruh tuan untuk berlatih keras ,agar tuan tidak terlalu mengandalkan sistem"
Ling Chen tersenyum, merasa senang dengan imbalan yang dijanjikan. Ling Chen: "Baiklah, mari kita mulai."
Dia bangkit dengan ringan, keluar dari kamarnya, dan menuju area latihan. Ruangan pagi itu sepi, hanya ada suara alam yang menyelimuti, sementara udara masih terasa dingin. Di luar, langit yang mulai cerah menandakan hari baru yang penuh potensi.
Ling Chen mulai dengan gerakan dasar pedang. Pedangnya berkilat di bawah sinar matahari pagi. Setiap gerakan dilakukannya dengan hati-hati namun tegas, melatih kecepatan dan ketepatan.
Ling Chen: "Seni Pedang Mengalir... Gerakan fleksibel, serangan yang tajam."
Ia mengulang-ulang gerakan itu, tubuhnya semakin terbiasa dengan alur teknik ini. Tak ada yang bisa mengganggu konsentrasinya saat itu. Setiap serangan pedangnya memotong udara dengan suara berdesir, seakan menantang dunia untuk merespons.
Ling Chen: "Hmph, teknik ini sudah mulai terasa lebih lancar. Tapi masih banyak yang harus ku tingkatkan."
Setelah latihan pedang, Ling Chen mengalihkan fokus ke latihan fisik. Dengan ketahanan tubuh yang semakin baik, ia mulai berlari mengelilingi area latihan, melompat dari batu ke batu, dan melakukan push-up serta latihan kekuatan lainnya. Tubuhnya terasa seperti dikuasai oleh energi yang tak terbatas.
Ling Chen: "Latihan fisik... memperkuat tubuh, mempercepat pemulihan. Aku butuh lebih banyak latihan seperti ini."
Setelah merasa cukup dengan latihan fisik, Ling Chen berjalan menuju tepi sungai yang terletak di ujung taman. Suara gemericik air terjun yang jatuh memberikan kedamaian dalam dirinya. Di sinilah ia biasanya melatih jiwanya. Duduk di atas batu besar, ia menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, dan mulai merasakan energi alam yang mengalir masuk.
Ling Chen: "Jiwa Pedang Merah Darah... Tenangkan pikiran, fokus pada energi dalam diriku."
Ia merasakan setiap detak jantungnya, setiap aliran darah yang mengalir. Seluruh tubuhnya terasa menyatu dengan alam. Ling Chen tahu bahwa latihan jiwa bukan hanya tentang ketenangan, tapi juga tentang kekuatan mental yang diperlukan untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Setelah beberapa saat, tubuhnya mulai merasa lebih ringan, dan jiwanya lebih tenang. Ling Chen membuka matanya dan tersenyum kecil. Ling Chen: "Ini sudah cukup untuk pagi ini."
Tiba-tiba, suara sistem terdengar kembali di dalam pikirannya.
Sistem: "Misi Harian Selesai. Hadiah: Kotak Hadiah Teknik Tingkat Rendah dan Poin Statistik 400 untuk Meningkatkan Ranah, Atribut, dan Teknik."
Ling Chen mengangguk puas, tapi kotak hadiah masih belum muncul di tangannya. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang akan ia temui. Sambil berjalan kembali ke kamarnya, ia merasa semangatnya semakin membara.
Ling Chen: "Buku teknik, huh? Aku penasaran teknik apa yang akan diberikan kali ini."
Setibanya di kamar, kotak hadiah yang dijanjikan akhirnya muncul di hadapannya. Ia membuka kotak tersebut dan melihat buku dengan sampul berwarna putih. Dalam hati, ia berharap buku ini berisi teknik yang berguna.
Begitu membukanya, ia menemukan deskripsi tentang Teknik Identifikasi Tingkat Rendah. Teknik ini memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi kekuatan musuh dalam jarak tertentu. Namun, karena teknik ini masih pada tingkat rendah, Ling Chen hanya bisa mengidentifikasi musuh dengan perbedaan ranah lima bintang di atasnya.
Ling Chen: "Hm, teknik ini mungkin berguna di masa depan."
Dia lalu membuka sistem dan memeriksa statusnya. Poin yang diterima setelah menyelesaikan misi harian langsung digunakan untuk meningkatkan atribut dan tekniknya.
Status Ling Chen:
Ranah Kultivasi: Pembentukan Inti, Bintang 1 (+)
Teknik Utama:
Lingkaran Cahaya Roh
Serangan Gelombang Angin
Gerakan Bayangan Angin
Seni Pedang Mengalir
Kekuatan Fisik: 150 (+)
Tekad: 170 (+)
Atribut Khusus: Jiwa Pedang Merah Darah
Poin Sistem: 9.200
Poin Stat: 0 ( Membutuhkan 10 poin untuk peningkatan 1+ )
Ling Chen merasa puas dengan kemajuannya. Ling Chen: "Kekuatan fisikku meningkat, tekadku pun semakin kuat. Ini masih langkah pertama, tapi aku akan terus melangkah lebih jauh."
Meskipun masih ada banyak jalan yang harus ia tempuh, Ling Chen tahu bahwa rutinitas paginya ini adalah pondasi yang sangat penting. Rutinitas yang akan membentuknya menjadi seorang pendekar pedang yang kuat, dan mungkin bahkan lebih dari itu.
Dengan senyum puas, ia bersiap menghadapi hari-hari berikutnya. Pagi ini adalah awal dari perjalanan panjangnya.
Setelah menyelesaikan rutinitas paginya, Ling Chen bergabung dengan para murid baru di lapangan utama Sekte Tianwu. Lapangan itu terletak di dataran tinggi, dikelilingi oleh hutan bambu yang tenang. Cahaya matahari pagi menembus dedaunan, menciptakan suasana damai yang kontras dengan ketegangan para murid baru.
Ling Chen berdiri di barisan, mengamati sekelilingnya. Puluhan murid baru yang mengenakan jubah biru berkumpul, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain bersemangat. Di depan mereka, Tetua Mei berdiri dengan aura yang penuh wibawa, diapit oleh para murid senior yang akan mengawasi jalannya pelatihan.
Tetua Mei: "Hari ini adalah langkah pertama kalian sebagai murid Sekte Tianwu. Kalian akan mempelajari teknik dasar yang menjadi pondasi semua seni bela diri. Ingat, tak peduli seberapa kuat seseorang, tanpa pondasi yang kokoh, semuanya akan runtuh."
Tetua Mei melirik ke arah Ling Chen sejenak, lalu melanjutkan.
Tetua Mei: "Pelatihan hari ini terdiri dari tiga tahap: Gerakan Dasar Pedang, Uji Ketahanan Fisik, dan Tanding Satu Lawan Satu. Sekarang, ke tempat masing-masing!"
Ling Chen mengikuti kelompoknya ke sudut lapangan, di mana seorang murid senior memimpin mereka. Di kelompoknya, Ling Chen memperhatikan seorang murid dengan wajah angkuh dan tatapan penuh niat buruk. Dari raut wajahnya saja, Ling Chen bisa menebak bahwa orang ini bukan sekadar murid biasa.
-
Para murid senior mulai mendemonstrasikan lima gerakan dasar pedang Tianwu: Tebasan Horizontal, Tebasan Vertikal, Tusukan, Serangan Miring, dan Posisi Bertahan. Ling Chen memperhatikan dengan saksama, meskipun ia sudah tahu bahwa teknik ini terlalu sederhana baginya.
Ketika murid-murid mulai mempraktikkan gerakan tersebut, Ling Chen melakukannya dengan sempurna. Setiap tebasan dan tusukannya begitu presisi, bahkan lebih baik dari murid senior yang mengawasi mereka. Murid-murid lain di sekitarnya mulai memperhatikan.
Murid Senior: "Hmm... gerakanmu sangat rapi, Ling Chen. Apakah kau pernah mempelajari seni pedang sebelumnya?"
Ling Chen hanya tersenyum ringan.
Ling Chen: "Hanya mengikuti instruksi dengan baik."
Namun, murid dengan wajah angkuh tadi, yang bernama Zhou Feng, mendengus pelan.
Zhou Feng: "Hah, hanya pamer. Aku yakin dia hanya kebetulan terlihat hebat. Mari kita lihat nanti di tahap berikutnya."
Ling Chen melirik Zhou Feng, senyumnya tetap tenang, tetapi dalam hatinya ia tahu bahwa orang ini membawa masalah.
Tahap berikutnya adalah uji ketahanan fisik. Para murid harus berlari mengelilingi lapangan sepuluh kali, memanjat dinding batu setinggi lima meter, dan membawa beban berat melintasi lintasan berpasir.
Ling Chen menyelesaikan semuanya dengan mudah. Tubuhnya yang sudah terlatih dengan baik sejak kehidupan sebelumnya membuat semua tantangan ini terasa ringan. Bahkan saat beberapa murid mulai kelelahan, Ling Chen tetap terlihat segar.
Di sisi lain, Zhou Feng mulai menunjukkan ekspresi tidak senang. Ia memperhatikan Ling Chen dengan penuh kebencian, terutama karena banyak murid lain mulai memperhatikan keunggulan Ling Chen.
Zhou Feng (dalam hati): Orang ini terlalu mencolok. Wang Tianhao pasti tidak akan senang jika aku tidak melakukan sesuatu.
Zhou Feng mendekati Ling Chen saat mereka istirahat sejenak sebelum tahap terakhir.
Zhou Feng: "Hei, Ling Chen. Kau terlihat cukup berbakat. Tapi jangan berpikir itu cukup untuk membuatmu menjadi seseorang di sini. Kau hanya murid baru sama seperti kami semua."
Ling Chen melirik Zhou Feng dengan datar.
Ling Chen: "Aku tidak pernah menganggap diriku istimewa. Kau yang terlalu memikirkan itu."
Zhou Feng mendekat sedikit, suaranya rendah.
Zhou Feng: "Kita lihat saja nanti di tanding satu lawan satu. Aku harap kau siap untuk menerima pelajaran."
Ling Chen tersenyum kecil, tetapi matanya memancarkan ketenangan yang menusuk.
Ling Chen (dalam hati): Orang ini hanya pion. Tapi aku tidak akan membiarkannya memanfaatkan situasi ini.
Akhirnya, giliran Ling Chen untuk bertanding tiba. Namanya dipanggil bersama Zhou Feng. Beberapa murid yang sudah menyadari ketegangan di antara keduanya mulai berbisik-bisik, menciptakan suasana tegang di lapangan.
Tetua Mei, yang mengawasi dari kejauhan, memperhatikan dengan seksama.
Tetua Mei (dalam hati): Anak ini... Aku ingin melihat sejauh apa dia bisa bertahan tanpa melibatkan statusnya sebagai murid langsungku.
Zhou Feng berjalan ke tengah lapangan dengan langkah penuh percaya diri, pedang kayu di tangannya. Ia menatap Ling Chen dengan senyum sinis.
Zhou Feng: "Aku harap kau siap. Jangan menyesal jika aku terlalu keras."
Ling Chen berdiri di depannya, tenang dan tanpa ekspresi. Pedang kayunya tergantung di samping, tetapi auranya terasa seperti pedang tajam yang siap mengoyak musuh.
Ling Chen: "Aku tidak pernah menyesali apa pun. Tapi aku harap kau tahu batasanmu."
Murid senior yang menjadi wasit mengangkat tangannya.
"Siap... Mulai!"
Zhou Feng langsung menyerang dengan serangan cepat, tetapi Ling Chen tetap berdiri di tempat, menunggu. Seperti kucing bermain dengan tikus, ia ingin menunjukkan pada Zhou Feng bahwa semua ini bukan pertandingan yang adil.
Tapi seperti bayangan, Ling Chen bergerak ke samping, menghindari serangan itu dengan mudah.
Suasana menjadi hening. Gerakan Ling Chen terlalu cepat untuk ditangkap mata sebagian besar murid.
Ling Chen: "Hanya ini yang kau miliki?"
Zhou Feng, yang merasa terhina, menggeram dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Namun, setiap ayunan pedangnya gagal mengenai Ling Chen. Setiap serangan hanya mengenai udara, sementara Ling Chen terus bergerak dengan tenang, seperti sedang bermain-main.
Tiba-tiba, Ling Chen melancarkan serangan balasan. Dengan satu ayunan pedang kayunya, ia memukul lengan Zhou Feng, membuat pedang lawannya terlepas.
Zhou Feng terkejut, namun sebelum ia sempat bereaksi, Ling Chen melanjutkan serangannya.
Dentam!
Pedang kayu Ling Chen menghantam bahu Zhou Feng dengan keras, membuatnya terdorong mundur. Sebelum Zhou Feng bisa berdiri tegak, pukulan lain menghantam lututnya, memaksanya jatuh ke tanah.
Namun, Ling Chen tidak berhenti di situ. Dengan gerakan yang cepat dan penuh tekanan, ia terus menghajar Zhou Feng tanpa ampun. Setiap pukulan mengarah ke titik-titik vital, membuat Zhou Feng tidak mampu melawan.
Ling Chen: "Kau suruhan Wang Tianhou, kan? Ini akibatnya."
Zhou Feng mencoba melindungi dirinya dengan tangan, namun pedang kayu Ling Chen menghantam tangan itu dengan keras, membuatnya memar dan hampir patah. Wajah Zhou Feng mulai berdarah, dan napasnya menjadi terengah-engah.
Para murid yang menonton mulai merasa tidak nyaman. Beberapa wajah mereka pucat, sementara yang lain terlihat ketakutan. Tidak ada yang berani berbicara, karena aura mengerikan Ling Chen mendominasi seluruh lapangan.
Murid Senior: "Ini... terlalu berlebihan."
Tetua Mei, yang mengawasi dari jauh, mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk menghentikan pertandingan.
Tetua Mei: "Cukup, Ling Chen! Dia sudah tidak mampu bertarung."
Namun, Ling Chen tidak segera berhenti. Tatapannya dingin, dan gerakannya penuh dengan niat menghukum. Setiap pukulan yang ia lancarkan semakin membuat Zhou Feng mendekati batasnya.
Tetua Mei tiba-tiba melompat ke tengah arena, menghentikan Ling Chen dengan menahan pedangnya dengan dua jari.
Tetua Mei: "Ling Chen, aku bilang cukup!"
Ling Chen menatap Tetua Mei sejenak, lalu menarik napas panjang. Ia melepaskan pedangnya, melangkah mundur dengan tenang, seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Ling Chen: "Dia hanya menerima akibat dari tindakannya sendiri."
Zhou Feng terkapar di tanah, tubuhnya penuh luka memar, wajahnya nyaris tidak bisa dikenali. Para murid yang menonton tidak bisa berkata-kata. Mereka tidak hanya melihat kekuatan Ling Chen, tetapi juga sisi dingin dan sadisnya.
Tetua Mei memandang Zhou Feng yang hampir tidak sadarkan diri, lalu menoleh ke arah Ling Chen.
Tetua Mei (dalam hati): Anak ini... dia memiliki potensi besar, tetapi ada kegelapan di dalam dirinya. Aku harus berhati-hati membimbingnya.
Tetua Mei: "Bawa Zhou Feng ke ruang pengobatan. Pelatihan hari ini selesai."
Para murid mulai bubar, namun ketegangan masih terasa di udara. Beberapa murid melirik Ling Chen dengan rasa takut, sementara yang lain kagum.
Ling Chen berjalan meninggalkan arena dengan tenang, namun dalam hatinya ia tahu bahwa ini baru permulaan. Ia tidak menyesal atas tindakannya—baginya, kekuatan adalah alat untuk bertahan hidup, dan tidak ada tempat untuk belas kasihan terhadap orang yang berniat buruk.