Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasan ini berbunga
"Kita ke rumahku dulu, Mit" Mitha menaikan matanya yang sedari tadi hanya menatap ponsel
"Ini kita dimana pak?" Mitha celingak celinguk karena ini bukan rumah Megan
"Saya pindah ke apartemen, Mit. Rumah di Menteng punya Irish"
"Trus mau ngapain kita ke sini pak" Mitha terlihat panik
"Gak usah panik gitu, saya gak akan ngapa-ngapain kamu. Saya mau taruh barang belanjaan di rumah. Nanti malam saya ada rapat Rembug dengan warga" jawab Megan
"Oh.." Mitha langsung diam
Mobil sudah sampai di parkiran, Megan mengeluarkan belanjaan dan barang-barangnya yang tadi dipakai untuk stan. Melihat Megan kerepotan membawa barang, Mitha turun dari mobil dan membantu membawa barang
"Kamu tunggu di mobil aja Mitha" Megan fokus dengan bawaannya
"Gak apa-apa pak, barangnya banyak biar saya bantu" Mitha membawa belanjaan berupa makanan dan sayuran yang tadi diberikan panitia untuk Megan
Mereka sudah sampai di dalam apartemen, Mitha mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ruangan yang terkesan maskulin. Megan sangat pintar menata barang-barangnya, terlihat rapih, bersih dan wangi.
"Mitha, minta tolong sayuran di tata di kulkas. Sisakan ayam dan pakcoy" pinta Megan. Dan Mitha menurutinya
Mitha menata semua belanjaan dan makanan di dalam kulkas yang isinya sangat komplit dengan makanan sehat itu. Dalam hati dia berdecak kagum dengan Megan yang sangat rapih dalam menata isi kulkas.
Megan sudah mengganti baju dinasnya dengan pakaian rumah, dan dia sudah memakai apron.
"Bapak mau ngapain" tanya Mitha bingung
"Saya laper Mit, kamu mau saya masakin apa?" Tanya Megan bersiap memotong ayam yang tadi dibelinya di pameran. Karena di pameran tadi menjual olahan daging, daging segar, ayam, ikan dan sayur mayur organik juga.
Mitha mendekati Megan, ikut membantu membersihkan sayuran. "Saya pemakan segala pak, apapun yang bapak masak pasti saya makan" Mitha tersenyum lebar
Megan memperhatikan perubahan wajah Mitha yang mulai lembut lagi padanya, sebelumnya selalu jutek dan sinis.
"Oke saya masakin menu sehat aja ya, jangan protes jika masakan saya kurang garem. Katanya kalau keasinan tandanya mau kawin. Sementara cewe yang saya taksir, masih jaga jarak sama saya" Megan melirik Mitha
"Masih kurang aja, udah punya istri sama anak juga!" jawab Mitha sengit
"Abis gimana, cintanya sama gadis yang berbaju encim warna merah" Mitha gelagapan
"Gak usah aneh-aneh bang Tara, urusin aja istrinya tuh biar gak selalu cari masalah dengan Mitha"
"Yes!! Akhirnya aku dengar lagi kamu manggil aku bang Tara" Megan bersorak kegirangan
"Kita kan atasan dan bawa_..." Megan menempelkan jari telunjuknya di bibir Mitha
"Jangan ngomong seperti itu lagi Mitha, aku suka kamu dan kamu tahu itu. Sebut aku Tara saat kita ngobrol seperti ini, kalau di kantor gak apa-apa kita bersikap formal, Oke?" Megan menatap mata Mitha dengan lekat dan tatapan hangat
"Jika boleh, saat ini aku sangat ingin memelukmu Mitha. Setiap malam aku hanya memeluk bayanganmu saja" batin Megan
Mitha bergeming, ada perasaan merah muda lagi di hatinya, rasa grogi dan gugup menguasainya saat ini, kakinya terasa lemas saat matanya menatap mata Megan. Perasaannya saat ini berbunga-bunga.
"Ee..iya bang Tara. Aku duduk di sofa ya, kaki aku pegel" Jawabnya menghindari tatapan Megan yang sendu
"Iya kamu duduk aja di sana, kalau mau ngemil silahkan Mitha, ambil aja di kulkas" Megan tersenyum lebar, dia tau gadis itu gugup
Megan sibuk di pantry kecilnya, yang bisa terlihat dari arah Mitha duduk.
"Gila!! Pake apron aja dia ganteng banget!!" Batin Mitha
Lama Mitha amati Megan yang mondar-mandir di dapur mininya. Hatinya serasa berbunga-bunga saat Megan sesekali menoleh ke arahnya dengan senyuman manis.
"Kalau naksir saya, bilang. jangan dipendam dalam hati" Canda Megan
"Idihh siapa juga yang naksir bang Tara, Ngeri wes duwe rabi, ntar mukaku digaruk Bu Lurah" Jawab Mitha pelan
"Kamu takut sama Irish?" tanya Megan.
Jawaban Megan membuat bibir Mitha membentuk asimetris, "Bukan takut, mau dari segi apapun dia berhak marahin perempuan yang naksir suami sahnya. Secara dia istri sah, mempertahankan rumah tangga juga sebuah bentuk perjuangan. Setiap orang pasti akan membelanya" Jawab Mitha
Megan sudah duduk di sebelah Mitha dengan membawa masakan yang sudah jadi. Megan belum punya meja makan, jadi makannya di sofa ruang tamu.
"Bagaimana jika perempuan itu bukan istri yang baik? Apa dia berhak mendapatkan simpati dari semua orang" Tanya Megan dengan menatap wajah Mitha
"Sepertinya masyarakat kita masih menganggap istri sah adalah sosok yang teraniaya, apapun background keburukan yang istrinya punya" Mitha menunduk sambil menatap hidangan di depannya yang menggugah selera
Megan mendekatkan wajahnya ke Mitha, dikecup pipi merah muda gadis itu. "Aku akan membuka topeng Irish, Mitha" Mitha membelakak saat pipinya dikecup Megan
"Bang Tara!! Jangan keterlaluan!" Mitha memukuli lengan Megan yang berotot, wajahnya memerah antara marah dan tersipu malu.
"Dikit doang Mitha, pelit banget sih! Hahaha" Megan terbahak melihat ekspresi Mitha yang baginya sangat kiyuut
"Main nyosor aja ihhh..kayak bebek!" Mitha terus mendaratkan cubitan di pinggang Megan. Megan menangkap tubuh Mitha, "Ayo kita makan, aku tahu kamu sudah lapar. Dari tadi ilermu nyaris jatuh ke piring" Goda Megan
"Ga lucu!! Nyesel aku ikut bang Tara, mending aku pulang naik Transjakarta" Mitha merutuki Megan
Mitha tetap makan dengan lahap, walaupun dia tahu Megan selalu menatapnya. Dia memunggungi Megan, agar bisa makan dengan tenang.
Megan tersenyum lebar hatinya begitu bahagia hari ini, karena bisa kembali berdekatan dengan pujaan hatinya.
***
Flashback On
IRISH
Setelah ditinggalkan Raka dengan wajah meremehkan, hati Irish tersinggung, marah dan rasa panas menjalari tubuhnya. Dia butuh pelampiasannya jika amarahnya sedang meledak, dia berjalan menyusuri koridor tanpa tujuan dengan badan yang sedikit limbung karena efek obat yang baru saja ditenggaknya.
Tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya,
"Irish? kamu Irish, kan?" suara bariton dari pria bertubuh tinggi dengan perut yang membuncit memanggilnya
Irish memicingkan matanya yang sudah melihat sesuatu sangat samar karena efek narkoba yang diminumnya barusan "bang Lingga?" lirihnya.
Lingga adalah mantan pacarnya saat SMA, juga mentornya di pecinta alam dan mereka seringkali melakukan perjalanan traveling bersama. Lingga juga yang merenggut kegadisannya saat SMA.
"Iya aku lingga, Ris! long time to see, beib. Kamu sekarang berhijab Irish? Kemajuan yang luar biasa" seru Lingga
Irish memegang bahu Lingga, "Tolong aku bang! Aku kepanasan" rengek Irish
Lingga yang tahu kebiasaan Irish langsung paham, dia menarik tubuh Irish ke parkiran dan memasukan Irish ke dalam mobil dinasnya. Lingga merentangkan kain sarung ke kaca depan mobilnya, agar tidak ada yang melihat aksi mereka di dalam. Di kursi penumpang Irish sudah membuka semua helaian baju yang melekat padanya.
Lingga yang melihat tubuh Irish dalam posisi menggoda langsung menyerangnya, "Persetan dengan rasa malu, yang penting si Joni dapat jatah" Serunya dengan semangat.
Lingga sedang perjalanan dinas dan seminar di Jakarta selama satu bulan, Jabatannya sebagai Wakadis dari sebuah lembaga. Kesempatan ini tidak dia sia-siakan daripada dia harus 'jajan' ke tempat terlarang, melakukannya dengan orang yang pernah dicintai adalah sebuah 'give away' yang tidak bisa dia lewatkan.
Mereka melakukannya dengan panas dan semangat, diiringi dengan desahan dan gigitan berkali-kali membuat Lingga semakin tergila-gila pada Irish hingga lupa daratan kalau mereka ada di sebuah kantor yang banyak dikunjungi warga yang ingin melihat pameran.
"Wanita ini selalu berbeda masalah seks, dia selalu bergairah jika disakiti" gumam Lingga. Mobil yang mereka jadikan ajang mengadu mekanik, bergoyang-goyang hingga kain sarung yang menutup kaca depan terbuka setengah, membuat penasaran orang-orang yang melewatinya. Mereka tidak tahu banyak kamera yang merekam perbuatannya. Termasuk kamera orang suruhan Megan.
Napas mereka masih terengah-engah saat suara ponsel menghentikan aktivitasnya. Lingga segera merapihkan pakaian dan tergesa-gesa keluar dari mobil dengan menitipkan kartu akses hotel tempatnya bermalam pada Irish. "Aku masih belum puas, Ris! Tunggu aku di hotel Bel love, dua jam lagi aku ke sana"
Karena tergesa-gesa keluar dari mobil dinasnya, Lingga lupa membawa laporan hasil risetnya. Dan seketika itu ditemukan oleh Irish.
Orang suruhan Megan sempat memotret Lingga dan Irish yang keluar sesudahnya dari kendaraan dinas. "Gotcha!!" Serunya
Flashback end
***
Setelah Dari apartemen Megan, Pria itu mengantarkan Mitha ke rumah. Mitha yang kebagian tugas menjadi MC acara rapat rembug di RW 01, hanya berganti baju saja di rumah lalu kembali ikut Megan ke acara tersebut, dengan pamitan pada mama dan kakanya terlebih dahulu.
Megan yang sedang rapat Rembug dengan warga untuk penyediaan fasilitas lingkungan mendapat panggilan telepon dari Lasmi yang mengabarkan kalau anak mereka sakit panas.
"Masih panas mba Lasmi? Irish kemana?" Tanya Megan
"Ibu belum pulang pak, saya gimana nih pak! Anak bapak kejang" Lasmi panik
Mitha yang saat itu bertugas menjadi MC acara melihat kegelisahan Megan saat menerima telepon. Megan terlihat berbisik dengan Bu Laily, dan setelah itu Bu Laily menghampiri Mitha.
"Mitha, kamu tahu rumah pak Lurah kan? Sekarang tolong kamu ke sana. Dede Faiza sakit panas, tolong bawa Faiza dulu ke rumah sakit ibu dan anak. Nanti kami menyusul" Perintah Bu Laily. Wajah Mitha memucat, dia yang sayang pada Faiza langsung bergegas keluar ruangan dan meminta bantuan bang Dul untuk mengantarnya
Sesampainya di rumah pak Lurah Mitha langsung memesan taksi online agar bisa membawa mba Lasmi juga Faiza ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, Faiza langsung di tangani beberapa dokter dan perawat karena bayi mungil itu sudah kejang dan kaku. Mitha menangis melihat Faiza diinfus dan diberi tindakan medis lainnya. "Kenapa bisa sampai kejang mpok Lasmi, kenapa ga dibawa ke rumah sakit waktu badannya mulai panas" Mitha panik
"Jangan salahkan saya Mitha, emaknya aja gak perduli sama anak. Saya udah bilang anaknya panas udah dua hari. Dia bilang gak apa-apa mau numbuh gigi, mpok kan gak ngerti Mitha" Mpok Lasmi kesal ga mau di salahkan
"Saya gak nyalahin Mpok, maaf kalau suara saya barusan meninggi Mpok. Maaf ya Mpok" Mitha memeluk Lasmi yang sudah terisak
kasian Mitha berjuang & cape sendiri, msh ada dokter Aldi yg siap menerim 😊
kit ati simegan iku..arogan sekali
udah lah Mitha lepaskan aja Megan, sekalian ga boleh dikasih akses buat ketemu Fayza & calon dd bayi jg biar tau rasa si Megan