NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:803.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: syitahfadilah

S 4

Rangga begitu terpuruk saat Fiona, istri tercintanya meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua mereka. Di saat duka masih menyelimuti, ia dipaksa menikahi Flora yang merupakan adik kembar mendiang istrinya, demi memberikan kasih sayang sosok ibu untuk kedua anaknya.

Mampukah Flora menghadapi sikap Rangga yang dingin dan terkadang tak ramah padanya, sementara hatinya pun sedang tak baik-baik saja. Selain duka atas kepergian saudari kembarnya, ia juga terpaksa harus memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 28 BIAR ORANGTUAKU YANG MEMUTUSKAN

"Kak Rangga mau bicara apa sebenarnya?" Tanya Flora yang mulai gusar. Sudah lebih dari 30 menit setibanya di restoran, makanan dan minuman yang sebelumnya tertata rapi diatas meja juga sudah tandas berpindah kedalam perut mereka, namun pria yang duduk berhadapan dengannya itu masih bungkam.

Padahal, saat akan meninggalkan rumah sakit, Rangga meminta izin pada Farzan untuk membawa Flora sebentar ke restoran terdekat karena ada hal penting yang ingin dibicarakan.

Awalnya Farzan tidak mengizinkan, ia harus segera membawa adiknya pulang namun, karena Rangga yang terus ngotot dan pada akhirnya ia memilih untuk ikut ke restoran daripada harus terjadi keributan di hadapan Kiara.

Rangga tak langsung menjawab, ia melirik kearah meja dimana Farzan duduk bersama Kiara dan juga Arkan. Ada perasaan dongkol di hatinya melihat keberadaan Arkan, seharusnya pria itu pulang saja karena tidak memiliki kepentingan menurutnya. Apakah Arkan sedang berusaha untuk mendekati Flora lagi karena kabar perceraiannya itu, batinnya bertanya.

"Flo, aku ingin minta maaf atas sikapku selama 6 bulan ini padamu." Ujar Rangga setelah beberapa saat menetralkan perasaan yang ia sendiri juga sulit mengartikannya.

"Aku sangat sadar jika sikapku itu salah, dan tidak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu karena bagaimanapun kamu adalah Tante dari anak-anakku." Lanjutnya lagi, kali ini Rangga merasa tegang. Kenapa, ia sendiri juga tidak tahu. Untuk yang pertama kali ia merasa tegang berhadapan dengan seorang wanita. Bersama Fiona dulu ia tidak pernah setegang ini, hanya gugup dalam beberapa saat saja dan setelahnya lebih santai karena mereka berdua bisa cepat mencairkan suasana.

"Jadi, Kak Rangga mengajakku ke sini hanya untuk mengatakan itu?" Flora tersenyum getir, menurutnya suasana yang terjadi sekarang terlalu berlebihan hanya sekedar untuk meminta maaf. Rangga bisa mengatakannya saat mereka sama-sama sedang duduk berdampingan di ruang tunggu saat menebus obat.

Menurut Flora, suasana yang terjadi sekarang sangat bertolak belakang dengan keinginan Rangga mengajaknya ke tempat ini. Suasana yang terjadi sekarang lebih cocok untuk dua sejoli membicarakan masa depan atau hal lainnya yang lebih mengesankan.

"Em, sebenarnya bukan hanya itu. Masih ada hal lainnya lagi yang ingin aku katakan, tapi sebelum aku mengatakannya aku ingin meminta maaf terlebih dahulu padamu. Aku tahu Flo, sikap dan perbuatanku mungkin sulit untuk kamu maafkan, aku akan terima itu sekalipun kamu membenciku tapi sekarang aku benar-benar tulus ingin meminta maaf." Rangga menatap wanita di depannya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Rangga seakan merasa Dejavu, ia teringat ketika akan menembak Fiona. Kurang lebih seperti itulah yang dia rasakan saat ini, padahal suasananya sekarang jelas berbeda. Ia juga tidak pernah berada di tempat ini bersama Flora. Ini adalah pertama kalinya mereka duduk berhadapan berdua, dan juga ia bukan sedang ingin menembak Flora karena sekarang mereka adalah suami dan istri, ia hanya ingin membicarakan hal yang lebih kepada perbaikan. Lebih tepatnya ingin memperbaiki kesalahannya dalam bersikap pada Flora selama pernikahan mereka.

"Aku bisa memahami kenapa Kak Rangga bersikap demikian, mungkin kalau itu aku, aku juga akan sulit mengontrol diriku. Kehilangan orang yang kita cintai untuk selamanya itu sangatlah menyakitkan. Belum pudar duka di hati tapi kita dipaksa untuk menghadirkan orang lain yang tidak kita inginkan dalam hidup kita. Kak Rangga juga tahu sendiri bukan, aku sendiri pun terpuruk saat itu. Kita juga sama-sama berduka dan pada saat yang sama aku di paksa mengambil dua keputusan yang sangat berat secara bersamaan. Menerima menikah dengan Kak Rangga sekaligus memutuskan hubunganku dengan Kak Arkan." Flora terdiam sejenak, ia menatap Rangga dalam beberapa detik kemudian menunduk seraya berkata kembali.

"Tapi jujur setelah kata 'sah' terucap, saat itu aku berkomitmen bahwa masa lalu tetaplah masa lalu. Hanya saja aku menyayangkan Kak Rangga tidak bisa berkomitmen yang sama. Aku tidak berharap Kak Rangga menerimaku dalam waktu yang singkat, semuanya bisa kita lalui bersama dengan seiring berjalannya waktu, tidak masalah kalau Kak Rangga belum bisa menerimaku sebagai istri, aku pun juga tidak ingin menjadi seperti seorang pengkhianat yang menikahi suami kakakku sendiri karena jujur aku sangat merasa bersalah saat memutuskan menikah dengan Kak Rangga, apalagi saat itu suasana duka masih menyelimuti. Tapi setelah kita menikah, aku sangat berharap kita berdua bisa menjadi teman yang baik dalam mengasuh Kia dan Azka tapi yang terjadi, Kak Rangga justru menganggap aku seakan sebuah kesalahan sehingga semua kekesalan Kak Rangga luapkan padaku." Flora tersenyum getir diakhir kalimatnya.

"Maaf," lirih Rangga sembari menundukkan pandangannya. Hanya satu kata itu saja yang mampu ia ucapkan setelah mendengar kalimat panjang lebar yang baru saja diucapkan Flora.

"Seperti yang aku katakan tadi, aku bisa memahami Kak Rangga dan aku juga tidak pernah membenci semua perbuatan Kak Rangga, jadi tidak ada alasan untuk aku tidak menerima permintaan maaf Kak Rangga." Ucap Flora.

Mendengar itu, Rangga kembali menatap Flora, tatapannya begitu dalam mencari pembenaran. Anggukan pelan yang diajukan Flora membuatnya merasa lega. Sampai di sini, ia semakin kagum akan sosok yang duduk di hadapannya. Namun, karena duka yang berselimut tebal di hatinya membuatnya tidak bisa melihat ketulusan Flora selama ini.

"Jadi apa hal lainnya yang ingin kak Rangga katakan?" Tanya Flora kemudian.

Rangga terdiam, baru saja merasa lega karena Flora sudah memaafkan perbuatannya tapi ketegangan itu kembali menerpa. Tiba-tiba saja ia merasa belum siap untuk mengutarakan niatnya pada Flora.

"Kalau tidak ada lagi yang ingin Kak Rangga bicarakan, aku harus pulang sekarang. Lihat Kak Farzan, dari tadi tak berhenti menatap kita." Flora melirik kearah kakaknya yang terus menatapnya dan Rangga dengan tajam. Ia tahu kakaknya itu sudah merasa geram menunggu terlalu lama.

"Tunggu sebentar Flo," cegah Rangga ketika Flora mengambil tongkatnya.

Flora kembali menyandarkan tongkatnya kemudian membenarkan posisi duduknya. Dia diam sembari menatap Rangga, menunggu apa sebenarnya yang ingin dikatakan pria itu.

Rangga menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan lalu berkata, "Flo, aku ingin memperbaiki pernikahan kita. Maksudnya, aku... Ingin kita sama-sama belajar untuk saling menerima. Kamu mau kan?"

Flora terdiam, dalam hatinya sangat menyayangkan kenapa baru sekarang Rangga mengatakan demikian. Mereka bisa melakukannya sejak awal pernikahan, tapi kenapa baru sekarang di saat orang tua mereka menginginkan mereka berpisah.

"Maaf Kak, aku tidak bisa mengambil keputusan sendirian. Orang tua kita yang ingin kita menikah, tapi setelah tahu apa yang terjadi diantara kita, mereka ingin kita berpisah. Jadi, seperti saat aku menerima keputusan orang tua kita walaupun aku diawal terpaksa menerimanya, dan sekarang aku juga akan menerima apapun keputusan mereka. Jika mereka ingin kita tetap berpisah, kita berdua bisa apa selain menerimanya seperti saat kita menerima saat mereka memutuskan kita untuk menikah."

Usai mengatakan itu, Flora lalu mengambil tongkatnya. Berdiri dari tempat duduk dengan sedikit kesulitan. Rangga hanya menatap tanpa membantu walaupun dia ingin. Apa yang dikatakan Flora barusan membuatnya seakan kehilangan harapan. Satu-satunya harapan hanya ada pada kedua orang tua Flora.

"Tapi Flo, orangtuaku setuju saja dengan keinginanku ini." Ucap Rangga lagi saat Flora akan melangkah pergi.

Flora menoleh, "Kalau begitu, silahkan Kak Rangga menemui orangtuaku. Biar orangtuaku yang memutuskan." Ucapnya.

1
Jumaiyah Iyah
Biasa
Jumaiyah Iyah
Kecewa
Adriana Wiriadinata
rangga..rangga..mssa gitu aja ga ngrti..
Nuryati Yati
semangat berjuang Rangga
Nuryati Yati
wis sakerepmu Rangga
Nuryati Yati
emang kamu suami gk becus Rangga
Nuryati Yati
cemburu bilang bos gk usah mrh2
Nuryati Yati
semangat Flo
Nuryati Yati
pengen tak tapok mulutnya Rangga pake sandal sejuta umat
Nuryati Yati
demi keponkana Flo ikhlas jd istri kakak ipar
Nuryati Yati
mampir thor..
Nurlinda: mampir jg di karya baru. kak 🤭
total 1 replies
Siti Ramsah
Luar biasa
Nurlinda: terima kasih kk 🤗
total 1 replies
Anda Anda
Lumayan
Anda Anda
baru nyadar
Anda Anda
penyesalan yang mendalam
Anda Anda
ngimana tampa plora pasti kangen
Anda Anda
mana sanggup melepaskan plora
Anda Anda
semua berubah pasti
Anda Anda
wlau Tetap orang asing tpi dia berharga bagi anak mu
Anda Anda
demi ponakan rela berkorban
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!