Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Terhitung sudah tiga malam aku dan si F tidur dalam satu ranjang. Itu artinya, dari sembilan malam yang ku punya, kini tersisa enam malam lagi.
Pria itu mengatakan akan pulang dan menemuiku dalam tiga bulan ke depan.
Ada rasa berat sebenarnya dalam hatiku melepas kepergiannya.
Kenapa?
Karena selama pertemuan kami, sedikit banyak aku tahu karekternya seperti apa, dan perlakuannya ketika menyentuhku, sungguh membuatku hanyut dan lupa diri. Tapi sekali lagi aku menepis bahwa aku bukanlah siapa-siapa baginya. Hanya sebatas istri sementara sampai malam yang ku miliki benar-benar tak tersisa.
Setelah itu ya sudah.
Say good bye..
Mendengkus lirih, ku masukkan beberapa stel baju ke dalam koper untuk ku bawa ke rumah bu Ella. Tak hanya baju, semua perlengkapan yang ku butuhkan pun tak lupa aku masukkan, karena sore ini aku akan pergi ke rumahnya dan mulai besok sudah harus memberikan materi yang tertinggal pada Hazel.
Kata bu Ella, sudah sekitar empat bulanan anak itu tak mau pergi ke sekolah, dia hanya ingin belajar bersama ayahnya di rumah.
Beda dengan sang kakak yang sudah masuk sekola semenjak kepindahannya dari Jakarta ke Surabaya.
Aku tak tahu apa yang membuat Hazel mogok sekolah, ingin bertanya alasan yang jelas pada bu Ella, takut beliau tidak berkenan dengan pertanyaanku, akhirnya aku pun memilih diam dengan harapan semoga suatu saat, ketika aku sudah tinggal di rumahnya, aku akan tahu semua dengan sendirinya.
Lagi pula tugasku bukan untuk mencari tahu tentang keluarga bu Ella, aku di tugaskan untuk bekerja, memberi materi pelajaran untuk cucunya dan menemaninya. Dengan kata lain aku adalah pengasuh Hazel dan juga Naka.
Tak apalah, meski bukan psikolog, aku sedikit mengerti bagaimana cara mengatasi anak yang moodnya suka berubah-ubah.
Tepat pukul empat sore, aku telah siap dengan penampilanku yang terbilang sederhana tapi tetap tertutup.
Ku cermati diriku sendiri lewat pantulan kaca.
Berharap kalau niatku ini di ridhoi oleh yang maha kuasa.
Entah sampai kapan bisa bertahan bekerja pada bu Ella, yang pasti untuk saat ini aku hanya ingin berusaha menjadikan masa depanku menjadi lebih baik dengan harapan dan impian baru.
Langkah demi langkah, ku ayunkan kakiku berjalan menuju titik lokasi dimana aku sudah janjian dengan sopir grabcar yang akan mengantarku ke alamat yang sedang ku pegang ini.
Sedikit gugup, ku buka pintu mobil saat langkahku sudah berada di titik mobil berada.
Tak menampik kalau rasa gugupku semakin bertambahnya waktu, justru terasa semakin menjadi. Saking gugupnya telapak tanganku bahkan basah di banjiri keringat dingin.
Resah dan cemas sangat kentara di hatiku.
Sampai beberapa menit berlalu, mobil pun sudah melaju, tahu-tahu aku sudah sampai di rumah mewah berlantai tiga.
Rumah yang sangat bagus, meski desainnya sangat sederhana.
"Ini mas!" Ku serahkan uang cash pada abang sopir dan dia menerimanya seraya mengulas senyum.
"Makasih ya mas"
"Sama-sama, mbak. Biar ku bantu menurunkan koper"
"Baik" Sahutku ramah.
Turun dari mobil, kepalaku reflek terangkat untuk melihat bangunan yang menjulang tinggi hingga kurang lebih sepuluh meter.
"Rumahnya bagus" Aku bergumam lirih.
"Ini kopernya, mba!"
Fokusku mendadak buyar ketika mendengar suara si sopir grab.
"Oh, iya. Sekali lagi makasih mas"
"Iya mbak. Kalau gitu saya permisi"
Aku mengangguk di iringi senyum kaku.
Senyumku mendadak kaku karena dadaku berdesir hebat.
Baru kali ini aku akan masuk ke rumah semewah ini. Semoga penghuninya baik seperti bu Ella.
Tapi belum tentu juga bu Ella baik. Di awal mungkin iya, ramah dan humble, tapi entahlah setelah aku tinggal bersamanya, kebanyak watak aslinya akan keluar tanpa sengaja.
Menarik napas, gu buang udara sekaligus rasa gugup yang membelitku yang singgah sejak aku masih di rumah.
Pelan ku gerakkan slot pintu pagar yang menimbulkan bunyi, saat sepasang mataku mendapati bel rumah, aku langsung memencetnya dan tak lama kemudian pitu gerbang terbuka.
"Selamat sore, pak" Seorang satpam berbaju putih berdiri dengan raut bingung di depanku.
"Selamat sore" Jawabnya setelah menelisik wajahku. "Mau cari siapa, mbak?"
"Saya Maula, pak. Guru privat adek Naka dan Hazel"
"Oh, iya, iya. Padahal tadi pagi saya sudah di ingatkan sama bu Ella kalau mbak Maula akan datang sore ini. Maaf saya lupa"
Aku tersenyum kemudian membalas ucapannya.
"Nggak apa-apa, pak"
"Mari, silakan masuk!" Titahnya, sambil bergeser ke kanan supaya aku bisa masuk.
"Makasih, pak"
"Iya, mbak Maula" Pria seusia ayah ini kembali menutup pagar setinggi dua meter, lalu kembi bersuara.
"Mari, saya antar!"
Aku mengangguk dengan jantung berdebar kian kuat.
Langkahku terayun mengikuti sepasang kaki pria yang tak ku tahu siapa namanya.
Sampai tepat berada di balik pintu utama berwarna putih, satpam itu membukanya, dan sepasang manik gelapku langsung menemukan sosok yang sudah ku kenal sejak pertemuan kami.
sama aku pun juga
next Thor.... semakin penasaran ini