NovelToon NovelToon
Istrinya Polisi?

Istrinya Polisi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Slice of Life
Popularitas:150.3k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.

Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.

Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?

~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."

- Al Ghifari Patiraja -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. One shoot again

Cek peralatan, itu yang kini tengah dilakukan Ghi bersama rekan-rekan satu timnya.

"Selamat pagi!"

"Pagi!" seru mereka lantang, bergegas menaruh sejenak beberapa peralatan yang sedang dipegang ketika komandan datang ke dalam ruangan membawa serta perintah untuk segera menjalankan misi.

Derap langkah perwira begitu nyata dengan suasana pagi ini yang dimana kota kembang sudah mendung sejak pagi. Mungkin karena bulan ini sedang memasuki musim penghujan.

Gelayut awan kelabu sepertinya bersiap menurunkan derasnya hujan. Itu terlihat dan terdengar dari langit yang bergemuruh.

"SEKALI MELANGKAH PANTANG MENYERAH! SEKALI TAMPIL HARUS BERHASIL !"

Seruan yang memenuhi ruang tertutup itu kemudian disusul lirih rintikan hujan yang titik-titiknya mulai membasahi bumi. Langit seolah melepas para perwira ini dengan tangisnya, tau jika tugas pagi ini adalah demi mempertaruhkan kedaulatan negri dengan segenap jiwa raga sampai titik da rah penghabisan.

Derasnya air hujan tak mampu mengurangi perjuangan para perwira.

Bahkan di lokasi, personel unit densus sudah ada yang sampai menginap demi mengintai, entah itu menjadi pedagang asongan ataupun kurir ekspedisi paket.

"*Diulangi, raja rubah belum sama sekali terlihat di area. Hanya rubah-rubah kecil saja yang terlihat berlalu lalang sejak 2 hari lalu*."

Dengan gerakan kaku menggoreng tahu bulat, seorang pria beberapa kali mencuri pandang pada sebuah rumah besar di salah satu perumahan elite kota.

Dari alat komunikasinya yang terhalang handuk kecil di leher, sayup nan pelan balasan ia dapatkan, "*laporan diterima, terus pantau. Roger*..."

Ghi dan tim sudah bersiap menggantikan unit intel yang bertugas tak kenal waktu, dimana mereka sudah melakukan pengintaian sejak dua hari lalu, dan kini tanpa mau mengulur waktu lagi, Ghi dan tim adalah eksekutornya.

"Menurut anggota yang sedang berada di lapangan, 3 orang laki-laki masuk, disinyalir sebelumnya sudah ada beberapa orang lain di dalam rumah tersebut. Kemarin, dua orang keluar lalu kembali dengan membawa dua orang wanita di masing-masing boncengan. Tadi malam, dua wanita itu keluar dengan berboncengan namun dalam kondisi setengah sadar dan duduk diapit 4 orang lelaki dalam dua motor."

"Tadi malam juga, tepat di jam 9 lewat 5 menit, sebuah mobil city car dengan plat nomor X 1234 TY datang masuk, membawa barang-barang dan keluar dari sana dengan mengangkut barang dari dalam."

"Narkotika?" tanya Gavin.

"Sepertinya."

"Oke tim, begini-----"

\*\*\*\*

Aya melirik langit, lalu mengusap-usap kedua lengannya dingin, terlupa membekali diri dengan jaket apalagi jas hujan.

"Man, belum dijemput atau nunggu ujan reda?" tanya Alma.

"Udah bareng aja yuk, aku anter...sekalian biar tau rumahnya Manda..." Yena mendorong kaca helm bogo nya ke atas setelah berhasil menghampiri Alma dan Aya dengan motor maticnya, begitupun Riri.

"Aku bonceng Manda, Riri bonceng Alma. Gimana?"

Aya bimbang, namun sepertinya jika melihat warna kelabu di langit, hujan kali ini akan lama reda, bisa bisa ia tak pulang dan mama Rena kembali khawatir. Bahkan bunda beberapa kali menelfonnya demi memberikan pesannya untuk senantiasa membekali diri dengan jas hujan, payung dan jangan minum air es.

Tak tanggung-tanggung, bunda sudah memesankan vitamin dan mengirimnya lewat ekspedisi ke kota kembang.

"Udah ngga usah kebanyakan mikir. Keburu jadi tunas nih di kepala aku..."

"Tapi aku ngga bekal jas hujan?" tanya Aya.

"Ck, ngga usah biarin...atau mau pake punyaku?" tunjuknya pada jas yang sedang dipakai, tentu saja Aya menggeleng, "ya udah lah. Sekali-kali mau ngerasain juga hujan kota kembang kaya apa..."

Mereka tertawa renyah, "ada manis-manisnya yang pasti..." tawa Riri.

Tetesan hujan bahkan sudah sampai berjatuhan di ujung dagu yang sepenuhnya telah ditutupi masker hitam, namun tak sedetik pun itu mengganggu konsentrasi Ghi, meski masker itu terasa basah dan dingin di wajah, bahkan unruk bernafas rasanya harus berebut dengan air yang menetes hingga sesekali beberapa dari mereka menurunkan maskernya.

Setelah unit humas mensteril kawasan setempat, mendadak perumahan itu sepi, entah memang sepi setiap harinya jadi dengan nyamannya para kriminal ini menjadikan tempat ini untuk bersembunyi dan melakukan kejahatan.

Putaran jemari di udara memecah formasi, Ghi masih memangku senjatanya dan menaruh itu di ujung hidung, bersiap siaga dengan langkah berlari penuh waspada.

Aba-aba sang kapten unit menjadi protokol yang saat ini hanya ada itu saja di dalam pikiran dan hatinya.

Ia berlari merunduk ke arah depan rumah lalu berjongkok di bawah garis jendela.

Petir yang bergemuruh membantu menyamarkan suara langkah mereka. Sementara yang lain mulai menyisir dan memutari rumah demi mengepung pergerakan, seseorang di rumah sebrang yang telah berkoordinasi dengan sang pemilik rumah telah melakukan pengintaian.

"Tweety come in...area halaman clear, terlihat pergerakan gorden di lantai 2 kamar sebelah kiri, aktivitas terlihat juga di lantai 1." Ucap Gavin yang harus berada dalam posisi merunduk diantara jemuran dan torn air sang pemilik rumah.

Sorot mata kapten menatap pada Ghi yang paham akan isyarat itu.

"Ready tim?"

"Snoopy ready."

"Road runner ready..."

"Tazmania ready..."

Lantas Ghi menghela nafasnya, "Sonic ready..."

Namun belum Ghi mendorong pintu rumah itu, nyatanya dari arah kamar atas, jendela bergerak membuka.

Tanpa menunggu perintah dari kapten, Gavin langsung meletuskan senjata memuntahkan pelurunya, "kapt. Watch out!"

Kapten dan tim termasuk Ghi cukup dibuat terkejut dengan peringatan Gavin.

Dorrr!

Prankkkk!

Kaca jendela bolong dan pecah tertembus peluru Gavin mengawali semua ketegangan, kekacauan dan suasana mencekam di salah satu perumahan elite itu, "mereka bersenjata, kapt. Waspada."

"Ya."

Ghi langsung mendorong kencang pintu yang nyatanya terkunci.

Ia menggeleng, lalu mendobrak. Dalam sekali hentakan dan tembakan di bagian lubang handle pintu, pintu itu terbuka.

Seketika para kriminal di dalamnya berhamburan bersembunyi dan melakukan perlawanan.

Dorr!

Dorr!

Baku tembak tak terelakan, karena rupanya kehadiran aparat sudah terendus oleh para kriminal itu, meski mereka tak sempat untuk kabur.

"Snoopy come in, dua orang berlarian ke lantai atas." Ia dan satu rekan lain mendobrak pintu belakang yang langsung berbatasan dengan area teras belakang.

"Oke...tim, masuk."

Ghi selalu menjadi yang paling di depan, membuka jalan untuk rekan tim.

Diantara balutan masker dan helm, mata elangnya menyorot tajam nan lapar akan pergerakan musuh.

Dorr!

Ghi mengarahkan setiap lubang mon cong senapannya ke arah lawan, sementara yang lain mulai menyisir area setiap kamar.

"Shittt," umpat kapten Elang, "mereka produksi sendiri, bank sath.." kekehnya.

"Kapt." Unjuk Tazmania membuka kamar lain. Dimana terdapat satu kamar mandi, dua kamar tidur dan area dapur yang digunakan sebagai tempat produksi narkotika sintetis.

Alat produksi, tong-tong penampung dan beberapa karung serta ember bahan baku pembuatan menjadi suguhan pemandangan disini, "kamvreett, berapa kilo yang mereka produksi?"

"Bukan kilo lagi, tapi puluhan kayanya...atau masuk kuintal?"

"Ck...ck...kakap---kakap."

"Kapt waspada." Ucap Ghi mulai memberondong area tangga dimana perlawanan ia dapatkan disana.

Dinding, bahkan barang-barang yang ada disana pecah dan bolong terkena peluru tak bertuan. Bukan peluru dari para polisi melainkan para kriminal yang memang tak terlatih.

Sesekali Ghi berlindung dari berondongan tembakan, namun kemudian ia muncul menjadi malaikat maut untuk mereka.

Dorr...

Cratt!

"Arghhh!!" teriak salah satunya terkena peluru Ghi di bagian perut. Satu tembakan lagi tercipta menjadi peluru ke sekian Ghi yang mampu menembus fisik para penjahat negri, dan selama karirnya di kepolisian terkhusus komando brigade mobile ia adalah salah satu perwira berprestasi.

"Turunkan senjata kalian, dan menyerahlah!" teriak kapten Elang.

"Perse tan!" jawab mereka justru semakin mem bbaabii buta.

Kapten Elang berusaha melakukan pendekatan dan meminta mereka menyerah segera agar tak harus menyebabkan korban berjatuhan, namun nyatanya kesabaran bukan sifatnya.

"Si alan...dibaikin malah minta ditembak.." umpatnya mengundang senyum kekehan dari yang lain.

"Abisin aja lah." Rutuk Elang diangguki Ghi. Ia melangkah perlahan ke arah anak tangga, setelah road runner mengatakan area lantai 1, clear.

Tetesan da rah yang tercecer adalah bukti nyata keganasan Ghi, ia tak pernah main-main dalam melakukan tugas, no mercy.

Mereka berjalan perlahan dan beruntun.

Ck...

"Awas." Ghi mengelak dengan segera saat tiba-tiba dari arah atas terlihat siluet dan gerakan. Anggota lain sudah bergerak mundur, namun belum sempat kapten Elang menghindar...peluru sudah melesat.

"Kapt...." Ghi segera menarik rompinya kasar hingga tembakan itu meleset mengenai pa hanya.

Jleb!

"Argh--" pekiknya tertahan di lidah.

Ghi segera menarik pelatuknya lagi dan mulai melakukan serangan disusul oleh Snoopy dan Tazmania sementara kapten ditarik mundur oleh road runner.

Ghi maju selangkah demi selangkah dengan garangnya. Tak memberikan ampun untuk mereka, hingga ia sampai di lantai 2 dan memojokan para pelaku.

.

.

.

.

.

1
Farani Masykur
aya gitu lho... dilawan kena ndiri kan
Alissia
/Facepalm/
Alissia
/Grin/
Nurul Aisyah
aku kirain di ajak cari takjil si Aya sama Mama Rena/Joyful//Joyful/
Mika Saja
betul ya.....jgn mau ditindas......apa lg orang yg gak bisa move on sm ghi
DC
👍
Tri Tunggal
hhhh kirain diajak bukber ma mamah lo ay ehhh taunya diajak arisan sama mak mak rempong....
nahhh jd taukan si aya klo si bang ikan mau dijodohin ma urap urap kuya tp kayaknya yg ngarep banget si urap kuya deng hhhh...korban gamon nya si abang ghi kyaknya 😂😄mkanya bang jgn cool cool npa jdkan banyak nyang mleyott liatnya
sitimusthoharoh
aya dilawan.ih naura nih gak rela cowok impiane ternyata dah ad istri wkwkkwkwkwkwk
lanjut
Elizabeth Zulfa
omong aja aya.. biar mama Rena tau
Zayyin Arini Riza
Keluar tanduknya juga nih Aya menghadapi si gadis gagal move on...
@eheeemmm😄
Ceritain deh tu ay ke mama rena, biar dikasih pelajaran tuh si naura,, gak sopan banget mulutnya...
lestari saja💕
semoga bang ikan ga tahu.biar ay ga dihukum.
Syaff
ihhhh covernya baruuu 😍😍 sabar Ay sabar, model" Naurong mah baru lalet kecil aja, tetap tenang dan kuasai, buktikan kl kamu biso bikin bang ikan bucin sama kamuu, semangatttt Ayyyy 🥳🥳😍😍
lestari saja💕
dia yg mancing dia juga yg terpancing🤣🤣🤣
yuning
Mama Rena dan Aya the best lah pokoknya
D_wiwied
nah kan, dah mulai anget nii
D_wiwied
gausah julid deh, itu si Aya lg mode kalem loh.. jangan ditanya klo mangkelnya dah keluar 😅😆😆
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
mama rena aku padamu 🥰
Miko Celsy exs mika saja
betul ay......krn emng gak bnar ya hrs dilawan jgn mau ditindas,itu si maura ngrbet bgt sm bang ghi
Rahmawati
kasian udah kenal lama sm bang ghi tp gk pernah di liat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!