DILARANG PLAGIAT YA!
Seorang lelaki berjaket hitam terduduk di lantai, dia membersihkan cairan merah kental yang menodai tangannya. Dia mengambil pisau dan tongkat kasti kesayangannya, siapapun yang berani melukai wanitanya maka orang itu akan ia bebaskan dari dunia ini.
Dia adalah Dave Winata, namanya jarang didengar karena identitasnya yang sengaja dirahasiakan. Wajah dan sorot matanya yang dingin menyerang siapapun dengan tatapan elang yang siap memangsa. Hanya ada satu kelemahannya, yaitu air mata wanitanya.
Penasaran kan? Lanjut yuk ke ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekar Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASIH TAKUT
WARNING:
SEBELUM LANJUT MEMBACA DIWAJIBKAN UNTUK RATE, VOTE, LIKE DAN TINGGALKAN KOMENTAR SESUKA KALIAN.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT UNTUK AUTHOR.
HAPPY READING 😘
..............................
"Sadar Dave! Elsa itu udah mati! Dan sekarang dia istri lo! Aryn bukan Elsa!" Seru Reza
"Gua nggak bisa lupain Elsa!" Jawab Dave dengan nada sendu.
"Lo nggak bisa Karena lo nggak pengen lupain dia! Kalau lo bener-bener pengen, lo pasti bisa!" Reza menatap Dave dengan tajam.
Dave terdiam, matanya menatap lurus ke depan. Apakah sekarang waktunya untuk melupakan Elsa?
"Lo pikirin baik-baik! Lo lupain Elsa dan hidup bahagia sama Aryn, atau lo tetep cinta Elsa dan gua yang hidup bahagia sama Aryn. Aryn itu wanita baik-baik, gua yakin dia nggak bakal ngkhianatin lo! Lo nya aja yang buta karena cinta Elsa, sampe Aryn aja lo samain sama Elsa. Tingkah, bahkan bola mata mereka memang mirip tapi mereka orang yang berbeda. Cuma orang bodoh yang nyia-nyiain wanita kayak Aryn." Lanjut Reza.
"Gua bener-bener bingung, Za. Otak dan hati gua nggak sejalan. Otak gua nyuruh buat lupain Elsa, tapi hati gua selalu melarang gua buat lupain!" Dave menatap sendu Reza.
"Gua paham, bro! Sekarang lo pikirin omongan gua tadi. Jangan sampe lo nyesel kalo Aryn jadi milik gua nanti!" Ucap Reza.
Hening,
Reza terlelap dalam keadaan duduk di sofa. Sementara Dave masih tetap duduk di tempatnya. Ia memikirkan ucapan Reza. Ia masih belum mau melupakan Elsa, tapi ia juga tidak mau kehilangan Aryn. Terdengar sangat egois bukan? Dan Aryn lah pihak yang dirugikan.
Hingga pagi menjelang, Dave tidak berpindah tempat sama sekali. Kedua matanya juga masih setia terbuka. Ia segera beranjak dari sofa saat melihat Aryn menggeliat pelan di ranjang. Ia mendekati Aryn perlahan.
"Minum," Rengek Aryn yang kedua matanya masih enggan untuk membuka.
Dave memberikan segelas air putih untuk Aryn. Ia membantu untuk mengangkat kepala Aryn agar mudah saat minum. Air itu diteguk habis tanpa sisa. Dave kembali menyelimuti tubuh mungil Aryn dengan selimut. Ia belai lembut pucuk kepala Aryn.
"Maafkan aku, karena keegoisanku kau terluka seperti ini! Aku harap setelah ini kau bisa melupakan kejadian semalam dan membantuku untuk melupakan Elsa. Jujur, aku sudah tidak tahan dengan hidupku yang kosong ini. Semalam aku sudah memutuskan untuk belajar melupakan Elsa. Tapi apakah kau sudi menerimaku? Kau begitu baik dan sempurna. Aku akan beri kebebasan untukmu, kau bebas menentukan hidupmu! " Batin Dave.
Aryn menggeliat pelan karena sinar matahari yang menerobos masuk dan mengenai wajahnya. Dave langsung menghalangi sinar itu dengan tubuhnya. Hingga membuat Aryn kembali tidur dengan nyenyak.
Reza menghembuskan napasnya dengan kasar, sejak tadi ia menyaksikan adegan romantis di depannya. Pagi-pagi biasanya ia menikmati secangkir kopi, tapi pagi ini ia harus menyaksikan wanita pujaannya bersama dengan sahabatnya sendiri. Karena tidak tahan, ia langsung beranjak dari sofa dan keluar dari kamar Dave. Walaupun marah, ia tidak membanting pintu. Ia tidak mau mengganggu waktu istirahat Aryn.
Silvi yang baru saja keluar dari kamarnya, melihat seorang pria keluar dari kamar Dave.
"Kak Reza?" Ucap Silvi sambil menggosok kedua matanya.
"Ngapain Kak Reza keluar dari kamar Kak Dave? Jangan-jangan rencanaku semalam gagal?" Silvi buru-buru mengikuti Reza yang hampir sampai di pintu lift.
Ia sangat penasaran kenapa Reza keluar dari kamar kakaknya.
"Kak!" Teriak Silvi yang membuat Reza menahan pintu lift agar tidak tertutup.
"Ada apa adik kecil?" Sahut Reza.
Silvi terlihat kesal dengan panggilan yang diberikan Reza. Sekecil itukah dirinya. Sekarang umurnya sudah 15 tahun 3 bulan, ia sudah remaja sekarang bukan anak-anak lagi.
"Namaku Silvi, kak!" Ucap Silvi yang ikut masuk ke dalam lift.
"Iya deh! Ada apa Silvi?" Reza mengulang pertanyaannya.
"Kakak semalam nginep?"
"Iya," Jawab Reza santai.
"Di kamar Kak Dave?" Tanya Silvi memastikan.
"Iya," Jawab Reza.
"Whatt!!! Kak Reza ngapain di sana? Di sana kan ada Kak Dave dan Kak Aryn! Mereka kan baru menikah! Apa mereka tidak melakukan malam pertama?" Seru Silvi.
Pletak,
"Tahu apa kamu ini? Kamu masih kecil! Tidak pantas membicarakannya!" Seru Reza dengan tatapan tajam.
"Terus kakak ngapain di dalem? Ngintip?" Tanya Silvi yang penasaran.
"Aryn sakit!" Jawab Reza.
"Sakit apa kak?"
"Nanti kamu lihat sendiri, ya?" Reza mengacak rambut Silvi.
"Aduh! Jantung Silvi kenapa lagi?" Batin Silvi.
Entah sejak kapan jantung Silvi selalu berdebar saat berdekatan dengan Reza. Tapi hanya Silvi yang merasakannya, tidak dengan Reza. Apakah Silvi mencintai Reza? Silvi pun belum tahu pasti. Silvi selalu menampik perasaannya. Ia tidak mungkin mencintai pria yang usianya 13 tahun lebih tua darinya.
"Kak Reza sarapan dulu, nggak? Silvi tadi belajar masak nasi goreng!" Seru Silvi saat pintu lift terbuka.
"Benarkah? Adik kecil ini bisa masak nasi goreng?" Ucap Reza yang terdengar seperti meledek.
"Aku sudah besar, kak!" Silvi memonyongkan bibirnya.
"Mari kita coba masakanmu!" Seru Reza.
Mereka berdua berjalan bersama menuju dapur. Sesekali Silvi tertawa karena candaan dari Reza.
Di kamar Dave,
Dave masih setia duduk di sebelah ranjang untuk menghalangi sinar matahari. Sesekali ia iseng menggeser tubuhnya. Alhasil Aryn mengerjapkan matanya karena silau. Lalu Dave menutupi sinar itu lagi. Ia sangat suka melihat wajah kesal Aryn. Dan sekarang ia merindukan wajah kesal Aryn, semalam ia terkejut melihat Aryn yang sangat ketakutan dengannya. Dave berharap saat bangun nanti, Aryn tidak ketakutan saat melihatnya.
Sebenarnya Dave kebelet kencing, tapi demi Aryn ia rela menahannya. Hingga sepuluh menit berlalu, Aryn membuka matanya perlahan.
"Aaaa... Pergi! Jangan sakiti aku! Ayah, Reza tolong aku!" Aryn langsung berteriak histeris saat melihat Dave di sampingnya.
Dave dengan sabar mencoba menenangkan Aryn. Ia merasa sangat bersalah dengan keadaan Aryn saat ini.
"Aku tidak akan menyakitimu, Aryn!" Ucap Dave mencoba memegangi tangan Aryn yang terus memukulinya.
"Pergi! Jangan sentuh aku!" Teriak Aryn.
"Tenang, Aryn!" Dave mencoba sabar.
"Pergi dari sini! Aku tidak mau melihatmu!"
Tangan Aryn terus memukuli Dave tanpa ampun. Dave terus mencoba sabar menghadapi Aryn. Ia juga mencoba menyakinkan Aryn kalau dia tidak akan menyakitinya lagi.
Plak,
Aryn tidak sengaja menampar pipi Dave dengan sangat keras.
"Aryn! Jangan buat kesabaranku habis!" Teriak Dave.
Aryn menjauh dari Dave, air matanya sudah mengalir deras sekarang. Sosok Dave yang menyakitinya semalam muncul lagi.
"Dengarkan baik-baik! Aku tidak akan menyakitimu lagi! Semalam itu aku mabuk!" Seru Dave dengan suara lantangnya.
"Aku sedang berusaha bersikap baik kepadamu! Jadi jangan buat kesabaranku habis!" Lanjut Dave.
Dave lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Ia menuntaskan hajat yang dari tadi ia tahan.
Sementara Aryn, ia tidur meringkuk di ranjang. Ia masih teringat kejadian semalam, ia sangat takut sekarang. Dari tadi ia mencari keberadaan Reza, tapi Reza tidak ada di sofa seperti ucapannya semalam.
"Reza, aku takut!" Ucap Aryn lirih.
Ceklek,
Dave keluar dari kamar mandi. Aryn langsung menutupi sebagian wajahnya dengan selimutnya. Ia benar-benar ketakutan saat ini.
"Jangan panggil-panggil nama Reza lagi! Disini sudah ada aku!" Sahut Dave dengan nada datar.
"Kenapa kau melarangku? Reza selalu baik kepadaku, tidak pernah menyakitiku. Sedangkan kau selalu..."
"Diam! Jangan buat kesabaranku habis Aryn!" Teriak Dave yang memotong ucapan Aryn, air mata Aryn mengalir deras membasahi pipinya.
........................
Jangan lupa like dan vote ya! Rate juga❤️