Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Extra Part
Beberapa tahun kemudian keluarga Ravendra mengalami sebuah masalah yang serius. Usai tentang dunia jalanan sudah berakhir dan bubar, kabar buruk terjadi pada hubungan Keisya serta Dion.
Arsha, yang baru memasuki masa SMP sudah mendapati sebuah luka dalam di kehidupannya.
"Udah, Sha. Kita sebagai temen lo cuma bisa ngedukung doang, karena ya ... Itu semua balik lagi ke urusan dan kepentingan orang tua lo. Gue tau kok ini berat banget buat lo, tapi kita juga gak bisa bantu apa-apa selain berdoa." ucap Airin, teman sebangku Arsha.
Berumur 13 tahun sangat sakit bagi Arsha untuk menerima keadaan keluarganya yang sudah diujung kehancuran. Bayangan perpisahan yang tak pernah hadir di pikiran serta ucapannya mendadak terjadi begitu saja.
"Kalo bunda gue tetap keras gimana, Rin? Ya gue tau ayah emang satu tahun terakhir kayak aneh gitu. Tapi, gue sakit, Rin. Ngeliat beberapa bulan ayah gue gak di rumah. Dia juga gak bawa koper, apalagi baju. Gue juga gak tau sekarang dia ada di mana." Tangis pecah Arsha di pelukan Airin saat mereka berada di dalam UKS.
Hari senin mereka memang selalu bertugas sebagai PMR saat upacara tengah berlangsung. Karena tadi ada satu siswi yang sakit, jadi hingga setelah bel pulang berbunyi mereka berdua masih ingin bersama di sekolah.
"Lo gak boleh salahin Bunda lo ya, mau gimanapun dia punya alasan pastinya, Sha."
"Siapa sih yang mau orang tuanya pisah? Gue gak mau, Rin!"
°°°°°
Rumah Sakit Medika Abadi.
"Bun, kita beneran mau ketemu sama Ayah?" tanya Arsha setelah dijemput oleh Keisya.
"Iya, Sayang. Bunda harap kamu ngertiin Bunda, ya?"
Setelah ibunya mengucap seperti itu, Arsha menunduk menutupi rasa kesedihannya.
Tak tak tak ...
Ciett ...
Seorang laki-laki sedang terbaring lemah diatas brankar. Bibirnya pucat, tubuhnya tak berdaya, hingga hidungnya yang tersumpal selang.
"Ayah ...,"
Lirihan Arsha membuat laki-laki diatas brankar itu menoleh dengan lemah.
"Arsha? Anak Ayah?"
Tanpa lama Arsha langsung memeluk Dion.
"Arsha kangen banget sama Ayah ..., Ayah kapan balik sama Bunda dan Arsha? Aku gak mau kalian pis—"
"Sayang, jangan ganggu dia, ya? Dia bukan sebagai ayahnya Arsha lagi, maafin Bunda ya?"
Dalam hitungan detik Arsha kembali dibuat menangis oleh Keisya. Dion yang memperhatikan sejak tadi pun sontak menyahut.
"Jangan gitu ke Arsha, dia masih kecil. Dia gak tau masalah kita, jangan cerita apa-apa ke dia. Cukup aku yang rasain semua, Keisya." celetuk Dion.
"Yang nolongin lo waktu dibegal di jalan itu Dion. Dia sengaja gak mau ngabarin sampe dia masuk rumah sakit. Dia jadi aneh itu karena kehidupan keluarga di masa lalunya. Tepat disaat lo dulu kita srempet. Dia punya masalah sama Ayahnya. Lo gak pernah tau soal itu, bahkan ... Lo gak tau kan kalo orang tua Dion udah pisah? Mereka tetap keliatan kek keluarga utuh kan? Karena mereka gak kayak lo, suami lagi lemah dan butuh dukungan malah lo minta pisah? Dia cuma depresi, Sya. Dia benci sama Ayahnya tapi dia juga takut dibenci sama Arsha, anak dia sendiri." Devan tiba-tiba datang mengejutkan Keisya dan Arsha.
Sedangkan Arsha langsung dipeluk oleh Aurel.
"Kita keluar dulu yuk? Temenin tante beli jajan mau kan?" Arsha mengangguk paham.
Setelah Arsha keluar bersama istrinya Devan, kini mereka pun berbicara enam mata.
"Lo masih mau pisah? Dalam keadaan dia begitu? Lo tega dan berani bikin Arsha trauma? Dia masih butuh kasih sayang seorang ayah, Sya." kata Devan berusaha membujuk.
"Udahlah, Van. Biarin aja dia maunya gimana, kalo dari gue sendiri yaa ... Kalo bisa jangan pisah lah ya, cuma kalo dia mintanya itu yaa gue gak bisa paksa juga. Gue cuma kasihan sama Arsha dan kecewa sama diri gue sendiri karena telah gagal jadi seorang ayah. Gak papa kalo Keisya benci sama gue, asalkan jangan gue yang benci sama dia dan Arsha. Gue emang seharusnya dapet ini sih, dari sekian lama gue inget kelakuan bokap ke nyokap dulu waktu kita masih kecil, dan akhirnya mereka berdamai karena permintaan gue. Itupun karena gue mau bu*uh di*i."
Penjelasan Dion seketika berhasil membuka sedikit pintu hati Keisya. Meskipun wanita itu kini masih saja berdiri dengan wajah dingin.
"Yaudah, kalo gitu gue mau tayamum dulu. Mau sholat, kalian kalo belum sholat ke mushola aja. Ajak Arsha juga jangan lupa." Tatapan Dion akhirnya bertemu dengan tatapan Keisya.
"Dion yang sekarang bukan Dion dulu. Dia bahkan sekarang jadi tambah rajin ibadahnya. Meski dia lagi sakit begini."
Setelah mereka selesai menjalankan ibadahnya, semua kembali ke ruangan Dion dirawat.
"Boleh aku cium pipi sama kening kamu untuk yang terakhir kalinya? Sebelum aku menjauh dan jagain kamu sama Arsha secara jauh. Gak papa juga kalo emang gak mau, yang penting kamu sama Arsha bahagia." ujar Dion pelan.
Keisya menatap dengan tatapan tajam. Sedangkan Dion langsung mengerti apa maksudnya.