siap baper dan siap ngakak guling-guling..
Bab ratusan mungkin sampai ribuan ya..
Karna semua kumpul jadi satu!
Biar gak pusing bacanya ...
eits... tapi jangan sawan dulu pas liat babnya. .. satu bab isinya sedikit emang paling enak kalo Marathon bacanya.
masih ongoing karna reasders setia gak mau pindah kamar!
Kisah ini bercerita tentang seorang pemuda berumur 27tahun yang di nikahkan secara mendadak oleh orangtuanya dengan gadis cantik berumur 20tahun seorang anak yatim yang bekerja di sebuah panti asuhan.
Reza..
sosok pria yang humoris dan berhati hangat siap tak siap mau tak mau akhirnya menyetujui menjadi suami dadakan untuk Melisa, ia menerima pernikahan itu karna lelah terpuruk di tinggal kan kekasihnya.
Melisa yang Polos dan biasa mengurus semuanya sendiri membuat Reza merasa nyaman dengan nya..
meski pada akhirnya kerikil kerikil kecil datang menghantam rumah tangga mereka yang baru saja merasakan kekuatan cinta.
sanggupkah keduanya bertahan?
konflik gak berat ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
🌻🌻🌻
"Gue Anter Lo pulang ya?" ucap Ardi yang merasa sangat iba melihat sahabatnya itu.
"Gue mau balik ke apartemen" jawab Reza lirih.
Ardi langsung menyalakan mesin mobil lalu meninggalkan panti asuhan dengan cepat.
Tak sampai tiga puluh menit mereka pun sampai di lobby apartemen.
Keduanya menaiki lift menuju lantai 28.
Reza dengan langkah gontai langsung memasuki kamar tidurnya, nampak ranjang yang masih rapih dan bersih, terlintas bayangan istrinya yang sering berguling diatasnya sembari memainkan ponsel jika ia sedang membawa pekerjaannya pulang.
Reza menarik nafas berat sebelum melanjutkan langkahnya,ia berjongkok ditepi tempat tidur sambil mengusapnya pelan.
"Kamu dimana?, jangan lama-lama marahnya, aku kangen!"
Ardi yang melihat Reza seperti itu, langsung menghubungi semua orang suruhannya yang masih berada di kota sebelah untuk menyelidiki keberadaan Melisa.
"Kemana ya?" gumam Ardi, iapun sangat penasaran dengan keadaan istri sahabatnya itu.
"Lo istirahat ya, apa mau makan dulu?" tanya Ardi menepuk bahu Reza.
"Istri gue makan juga gak?" Reza malah balik bertanya disela Isak tangisnya.
"Istri Lo pasti gak kenapa kenapa, Lo percaya sama gue ya,. sekarang gue pesen makanan dulu"
Kamu baik baik gak Ra?
atau lagi kelaparan, kedinginan, ketakutan..
Reza mengusap air matanya kasar, ia bangkit dan pergi begitu saja dari apartemennya.
Membuat Ardi yang baru saja menutup teleponnya kebingungan.
"Wey, Lo mau kemana?" Ardi yang berhasil mengejar Reza menghentikan langkahnya saat ingin memasuki lift.
"Gue mau pulang, gue mau bilang bokap gue. cuma dia yang bisa bantu gue,Di" teriak Reza frustasi.
"Ok, kita kesana, gue gak mau Lo bawa mobil sendiri"
______________________
"Ada apa?" tanya papa yang sudah duduk berhadapan dengan putra sulungnya.
"Aku,---" Reza tak bisa menjawab, ucapannya tercekat di kerongkongan.
"Apa salahmu kali ini?"
Reza langsung mendongakkan wajahnya kaget.
"Pah!!" lirih Reza.
"Papa tau semua kelakuanmu, apa kamu fikir Papa akan melepas Melisa begitu saja?"
Setelah mengatakan itu, papa langsung masuk kedalam kamarnya diikuti mama yang menatap sendu anak kesayangannya itu.
"Maksudnya apa, Za?" bisik Ardi tak paham.
"Bokap gue tau semuanya" jawabnya sambil menunduk.
"Lo kalo mau disini gue balik ya, nanti gue kabarin lagi, Lo jangan lakuin hal konyol" pesan Ardi pada sahabatnya itu.
Reza diam tak menjawab, kepalanya yang bersandar di punggung sofa dengan mata terpejam menandakan betapa lelah hati dan raganya.
Setelah kepergian Ardi, ia masuk kedalam kamarnya di lantai atas. Masih nampak sama dengan kamarnya di apartemen sepi dan sunyi tak ada gelak tawa istrinya di kedua tempat yang biasanya jadi tempat mereka melepas lelah..
Ayo Ra... di tempat ini kita pertama kali bersama, apa kamu gak ingin ketemu aku?
_________________
"Jika ada masalah, selesai kan,Mel" ucap paman Melisa yang rumahnya kini menjadi tempat ia bersandar dari masalahnya.
"Males,Mang!" jawabnya sambil meletakan secangkir kopi pada pria berstatuskan duda itu.
"Keluarga suamimu itu orang baik, mamang bisa menjaminnya"
"Hanya keluarganya,Mang! tapi tidak dengan Suamiku" jelas Melisa dengan nada menahan rasa kesal.
Paman mengernyitkan dahinya antara bingung dan tak percaya.
"Mamang mengenal suamimu sejak lama, bahkan dari masa ia remaja" jawab paman seakan membela majikannya itu.
"Paman hanya tau luarnya, sedangkan aku istrinya tau lebih dari itu"
"Apa suamimu melakukan kekerasan fisik?" tanya Paman semakin penasaran.
Melisa menggeleng, wajahnya kembali tertunduk. Sentuhan lembut suaminya seakan berputar dalam otaknya.
"Enggak, paman! mas Reza sangat baik dia memperlakukan ku dengan sangat baik!"
"Lalu apa masalahnya?"
"Hatiku yang bermasalah sampai tak ingin kembali padanya!" jawab Melisa dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mel, mamang yakin hari ini akan banyak orang yang datang kemari mencarimu. mertuamu bukan orang biasa, sekalipun kamu bersembunyi di lubang semut tuan Rahardian pasti menemukanmu"
"Mang, aku gak mau pulang!"
"Jangan menghindar, selesaikan dulu semuanya. jika tak bisa di selesaikan mamang yang akan bantu kamu keluar dari keluarga itu"
"Mamang bisa?" tanya Melisa.
"Hahahaha, Mamang lah yang menjodohkan kalian" jawab paman Melisa dengan bangga
Melisa yang terkejut dengan perkataan pamannya akhirannya meringsek mendekati pria paruh baya itu.
"Kamu pasti sangat penasaran awal mula pernikahanmu bukan?"
"Iya, bahkan saat aku bertanya pada mas Reza pun ia hanya menggelengkan kepalanya"
"Semua terjadi secara mendadak, kamu maupun tuan Reza sama-sama tidak tahu"
"Lalu kenapa harus aku?" tanya Melisa dengan raut wajah tak sabarnya.
"Hari itu paman datang kerumah ibumu, sebelum mengetuk pintu paman melihat ada tamu yang sedang berbicara dengan ibumu sangat serius, paman tak ingin menganggu akhirnya hanya menunggu di teras depan!"
"Siapa yang datang, Mang?"
"Pak Murti" jawab paman dengan pandangan kosong seakan sedang memutar waktu dalam otaknya.
"Pak Murti yang punya lahan kelapa sawit hektaran itu?" tanya Melisa.
"Iya, dia datang untuk melamarkan putranya untukmu, Kamu pasti kenal dengan Hendra pemuda yang sukanya mabuk itu?"
Melisa mengangguk, namun bahunya bergedik ngeri saat mengingat pemuda yang disebutkan oleh pamannya.
"Paman sangat panik saat itu, paman tak rela jika keponakan paman satu satunya ini harus hidup dengan Hendra,walau ia kaya namun sikapnya tak bisa menjamin ia akan menjadi imam yang baik untukmu" ucap paman sambil mengelus kepala Melisa yang tak pernah sedetikpun mendapat kasih sayang dari sosok ayah.
"Lalu?"
"Selepas pulang dari rumah ibumu, paman kembali bekerja di perusahaan mertuamu.
Saat itu supirnya mendadak ijin pulang karna ada urusan dan asisten pak Rahardian meminta paman untuk mengantarnya rapat sebelum makan siang"
"Aku baru tau paman bekerja di kantor papa"
"Salah satu kantornya,Mel.. keluarga suamimu banyak memiliki kantor cabang dimana-mana, tapi kebetulan paman bekerja di pusat jadi sering bertemu mertuamu juga suamimu walau hanya sebatas menyapa"
"Lalu kapan paman menjodohkan ku?"
"Saat paman melihatmu di lampu merah" kekeh paman sebelum meneruskan ceritanya.
"Aku? dilampu merah?" tanya Melisa bingung.
"Iya, bukankah setiap Jum'at kamu selalu ada dilampu merah membagikan nasi kotak?"
Melisa hanya mengangguk.
"Saat itu paman sedang mengantar mertuamu, di lampu merah paman melihatmu sangat lama karna masih mengingat perkataan ibumu pagi itu.Paman sedikit melamun Sampai tuan Rahardian menepuk bahu paman agar cepat melajukan mobilnya lagi"
"Kenapa paman gak turun, nanti aku kasih nasi kotaknya" kekeh Melisa.
"Tuan Rahardian bertanya pada paman, kenapa melihatmu seperti tadi. Entah kenapa paman malah menceritakannya pada tuan Rahardian dan betapa terkejutnya paman saat tuan Rahardian bilang ia sudah sangat lama memperhatikanmu ia pun sangat terkejut saat paman mengatakan kamu keponakan paman, kami pun tertawa selama perjalanan"
Melisa tersenyum, ia mengingat wajah papa mertuanya yang selalu hangat penuh perhatian padanya, benar kata paman jika keluarga suaminya memanglah amat baik.
"Sebelum pulang tuan Rahardian menemui paman lagi, ia memintamu untuk di jadikan menantunya, hal itu membuat paman tak percaya namun tak ada keraguan juga Dimata tuan Rahardian"
"Paman menyetujuinya?" tanya Melisa dengan senyum kecil mengulas di wajah cantiknya.
"Tentu saja, setidaknya Tuan Rahardian lebih baik dari pak Murti"
Paman kembali mengelus kepala Melisa dengan penuh kasih sayang.
"Dan ibu?" Walau ragu Melisa tetap menanyakannya.
"Ibumu tak pernah perduli hal itu, ia akan menerima siapapun yang ingin meminangmu asalkan kaya raya" bisik Paman pelan.
Melisa menunduk, remuk hatinya saat ini. ibu yang melahirkannya memang tak pernah perduli dengan masa depan anak satu-satunya ini.
"Sudahlah, yang penting kamu mendapatkan keluarga yang jauh lebih baik" ucap paman menghiburnya.
"Apa paman tau tentang wanita masa lalu suamiku?"
"Sedikit, apa perlu paman menceritakannya?"
"Tidak, biar aku tahu dari suamiku sendiri"
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Tuh Bang, papa nemuin Melisa di lampu merah katanya😂😂😂😂😂...
Like komennya yuk..
kalo sempet nanti up lagi 🤭🤭