Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saingan Berat
"Iya asisten, jadi kamu akan membantu saya dalam banyak hal, tapi untuk urusan perkuliahan ya. Misalnya, membawakan saya buku, membantu saya mengoreksi tugas mahasiswa, satu lagi kamu harus siap jika saya panggil, mengerti?" jelas Alvin panjang lebar.
"Jadi selama 4 tahun saya harus menjadi asisten bapak, begitu?" tanya Alena merasa keberatan sebenarnya.
"Kenapa? Kamu keberatan?"
Alena menundukkan kepalanya.
'Jelas aja aku keberatan. Masa selama kuliah di sini aku harus jadi babunya dia, nempelin dia terus gitu? Ogah banget,' batin Alena merutuk.
"Baiklah, kalau kamu merasa keberatan. Saya akan memberikan hukuman lain kalau begitu."
Alena sontak mengangkat kepala lalu menatap wajah sang Dosen. Namun, dia masih belum mengatakan apapun. Bibirnya masih rapat, hanya matanya saja yang seolah berbicara membuat Alvin merasa gugup, tatapan mata wanita ini begitu tajam kini.
"Kamu harus membersihkan toilet selama 1 bulan penuh. Bagaimana? Kamu sanggup?" ucap Alvin, mencoba untuk menyembunyikan rasa gugupnya.
"Hah? Hahahaha! Tidak, saya tidak sanggup, Pak," jawab Alena tersenyum cengengesan, lalu kembali menundukkan kepalanya.
"Ya sudah, kamu jadi asisten saya, deal."
Alena hanya mengangguk lemas penuh kepasrahan. Sepertinya hari-harinya tidak akan mudah untuk di jalani mulai sekarang. Dia terikat perjanjian yang tidak masuk akal di mana dirinya harus menjadi asisten selama dia berkuliah di sana.
"Maaf, Pak. Bukankah hukuman itu sama sekali tidak adil?" tiba-tiba terdengar suara mahasiswa, dia merasa keberatan dengan hukuman yang diberikan kepada Alena. Siapa lagi kalau bukan Putra, laki-laki itu memang telah menaruh hati kepada Alena sejak awal.
"Tidak masuk akal bagaimana?" tanya Alvin menatap tajam wajah Putra.
"Saya rasa menjadi asisten Bapak selama 4 tahun terlalu lama."
"Terus? Menurut kamu sendiri, hukuman apa yang pantas diberikan kepada mahasiswi yang sudah tidur di kelas saya?"
"Saya bersedia menggantikan hukuman dia, Pak."
Alena tersentak. Dia menoleh dan menatap wajah laki-laki bernama Putra yang saat ini duduk di barisan paling belakang itu. Atas dasar apa dia bersedia menggantikan dirinya dalam menerima hukuman itu? Batin Alena penuh tanda tanya.
"Baiklah, hukuman akan saya alihkan kepada kamu. Mulai hari ini, kamu harus membersihkan toilet selama 1 bulan lamanya, sanggup?" Tegas Alvin penuh penekanan.
"Jangan, Pak. Dia tidak bersalah, saya bersedia menjadi asisten Bapak," cegah Alena menatap lekat wajah Alvin.
"Kamu dengar, Putra? Dia saja tidak merasa keberatan. Kenapa jadi kamu yang protes?"
"Tapi, Pak--"
"Cukup, Putra. Tidak apa-apa ko. Aku memang pantas untuk di hukum. Kamu tidak perlu menggantikan hukuman aku," pinta Alena.
Putra hanya bisa mendengus kesal. Dia pun menatap wajah Alvin dengan tatapan tajam merasa tidak suka dengan sikap dosennya yang satu ini. Laki-laki itu pun sudah dapat menebak bahwa Alvin memang menyukai Alena, itu artinya dia memiliki saingan yang lumayan berat dalam mendapatkan hati wanita bernama lengkap Alena Dwi Pratiwi. Putra seketika mengepalkan kedua tangannya.
* * *
Sore hari.
Alena menepikan mobilnya lalu memasuki halaman kediamannya. Hari ini benar-benar luar biasa melelahkan baginya. Dia harus menjadi asisten untuk Dosen bernama Alvin, Dosen yang dia beri julukan Dosen killer.
Ckiiit!
Mobil pun akhirnya terhenti tepat di depan teras rumah. Alena turun dari dalam mobil dan segera di sambut oleh Lani putri sulungnya yang memang selalu menanti kepulangan dirinya setiap hari.
"Mommy!" teriak Lani, segera berlari menghampiri.
"Sayang! Hmm ... Putrinya Mommy, kamu udah makan? Adik kamu mana?" tanya Alena segera menggendong tubuh mungil sang putri.
"Aku udah makan ko, Mom. Tadi disuapin sama Om Fazril," jawab Lani dengan nada suaranya yang khas.
"Om Fazril? Emangnya dia sudah pulang?"
"Sudah, Mom. Tuh ada di dalam sama temannya."
"Temannya?"
"Iya, ada teman Om Fazril di dalam."
"Hmm ... Begitu rupanya. Ya udah, kita masuk. Kamu udah mandi?"
Lani menggelengkan kepalanya.
"Pantas Mommy mencium bau gak enak, putri Mommy ini belum mandi ternyata. Bagaimana kalau Mommy mandiin kamu, terus kita main?"
"Boleh, Mom."
"Oke, kita mandi sekarang."
Alena berjalan memasuki rumah bersama Lani di dalam gendongannya. Wanita itu mengecupi pipi sang putri secara berkali-kali seraya bercanda ringan dengannya. Namun, dia seketika menghentikan aktifitasnya itu ketika melihat seseorang yang dia kenal sedang duduk seraya mengobrol santai bersama sang kaka di ruang tamu.
"Kamu sudah pulang, Len," sapa Fazril.
'Kenapa dia bisa ada di sini?' Batin Alena tatapan matanya seketika bertemu dengan laki-laki itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat dari kakaknya sendiri.
"Dia adik kamu?" tanya laki-laki tersebut sama terkejutnya seperti Alena.
BERSAMBUNG
...****************...
sma suami yg sdh berhiyanat ...