Dia memilihnya karena dia "aman". Dia menerima karena dia butuh uang. Mereka berdua tak siap untuk yang terjadi selanjutnya. * Warisan miliaran dollar berada di ujung sebuah cincin kawin. Tommaso Eduardo, CEO muda paling sukses dan disegani, tak punya waktu untuk cinta. Dengan langkah gila, dia menunjuk Selene Agueda, sang jenius berpenampilan culun di divisi bawah, sebagai calon istri kontraknya. Aturannya sederhana, menikah, dapatkan warisan, bercerai, dan selesai. Selene, yang terdesak kebutuhan, menyetujui dengan berat hati. Namun kehidupan di mansion mewah tak berjalan sesuai skrip. Di balik rahasia dan kepura-puraan, hasrat yang tak terduga menyala. Saat perasaan sesungguhnya tak bisa lagi dibendung, mereka harus memilih, berpegang pada kontrak yang aman, atau mempertaruhkan segalanya untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
“Duduk," ujar Tom, menunjuk ke satu dari dua kursi kulit di hadapan meja kerjanya.
Selene duduk, punggungnya lurus, dadanya masih berdebar kencang. ‘Ada apa ini?’ batinnya panik.
Tom akhirnya duduk di hadapannya. Dia tak langsung bicara. Hanya melipat tangannya di depan dadanya, menatapnya dengan begitu intens hingga membuat Selene ingin menghilang.
"Agueda. Usia dua puluh lima. Lulusan hukum terbaik di angkatannya. Bekerja di sini baru satu bulan. Dipecat dari pekerjaan sebelumnya karena hutang judi. Performa memadai, tidak menonjol." Suaranya datar, membacakan fakta tentang Selene.
“M-maaf, bukan aku yang berhu—“
“Siapa yang mengizinkan kau menyela ucapanku?” potong Tom dengan mata tajamnya.
Selene langsung menutup mulutnya dan menunduk.
"Ayahmu, Alfredo Agueda, bangkrut dan terlilit hutang judi. Ibu, Giulia Agueda, mengidap penyakit kronis yang membutuhkan perawatan terus-menerus. Biaya yang tidak ditanggung asuransi."
Selene menggigit bibirnya. Rasanya seperti diinterogasi oleh polisi. "Apakah aku punya kesalahan, Tuan?" tanyanya, berusaha keras menahan agar suaranya tidak gemetar.
Tom tak menjawab. Sebagai gantinya, dia membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah map folio hitam.
Dengan gerakan halus, dia melemparkannya di atas meja, tepat di hadapan Selene.
"Baca."
Selene, dengan jantung berdebar kencang, membuka map itu. Halaman pertama berisi sebuah dokumen dengan kop surat perusahaan.
Judulnya membuatnya terpaku seketika.
PERJANJIAN PRANIKAH DAN KONTRAK PERNIKAHAN SEMENTARA.
Matanya membaca cepat baris-baris kalimat yang formal itu.
‘... pernikahan kontrak antara Tommaso Eduardo, Pihak Pertama, dan Selene Agueda, Pihak Kedua ...’
‘… jangka waktu satu tahun ...’
‘... bertujuan untuk memenuhi permintaan mendiang Kakek Lorenzo yang mensyaratkan pernikahan sebelum Pihak Pertama mewarisi kepemilikan penuh atas Grup Eduardo ...’
‘... Pihak Kedua akan bertindak sebagai istri di muka umum …’
‘... tidak ada hubungan suami-istri yang sesungguhnya, tempat tinggal bersama tapi tanpa interaksi ...’
‘… kompensasi bagi Pihak Kedua: seluruh hutang keluarga Agueda akan dilunasi, biaya pengobatan Nyonya Agueda akan ditanggung penuh oleh Pihak Pertama, serta tunjangan bulanan sebesar ...’
Angka yang tercantum membuat Selene hampir tak bisa bernapas dan tersedak. Itu lebih dari yang bisa dia hasilkan dalam puluhan tahun bekerja tanpa henti.
Selene kembali membaca.
‘... setelah kontrak berakhir, pernikahan akan dibubarkan dengan kesepakatan bersama, Pihak Kedua akan menerima bonus akhir sebesar ... dan tidak berhak mengajukan tuntutan lebih lanjut ...’
Beberapa menit setelah membaca poin kontrak, Selene mengangkat wajahnya, wajah dan matanya masih tampak syok, dan, dalamnya hatinya dia masih begitu tak percaya. "Ini ... ini lelucon?"
"Apakah aku terlihat seperti orang yang suka bercanda?" jawab Tom, satu alisnya terangkat sedikit. "Aku butuh seorang istri. Seseorang yang tak terhubung dengan lingkaran sosialku, yang tak punya kesibukan sendiri, yang ... mudah dikendalikan. Kau butuh uang. Banyak uang. Ini transaksi bisnis yang sederhana, Selene."
"Kenapa anda memilihku?” Selene berbisik.
"Aku memilihmu," ucap Tommaso perlahan, "karena kau adalah yang paling tak terlihat, paling putus asa, dan paling pintar di antara kandidat yang lain. Kau tahu malu, tapi kau tidak menangis dan cukup tangguh dengan hidupmu yang cukup menyakitkan. Kau menerima ejekan, tapi pengendalian dirimu cukup bagus dan tak meledak. Itu artinya kau punya ketahanan yang bagus. Dan dalam satu tahun bersamaku, kau akan membutuhkan itu."
Selene menelan salivanya, kontrak ini sangat mengejutkan baginya. Dia tak tahu harus apa. Dan sebenarnya, dia tak ingin terlibat dalam hal-hal seperti ini.
Hidupnya sudah cukup menguras tenaga dan pikiran, dan sekarang ditambah ini, pasti akan lebih berat meskipun imbalannya sangat menggiurkan.
“Bagaimana jika aku menolaknya?” katanya ragu.
“Kau akan kupecat. Dan jika kau menerima, maka kau harus resign dan menjadi istriku,” sahut Tom.
“Itu artinya aku tak punya pilihan.”
“Ya, aku sama sekali tak memberimu pilihan. Aku yang berkuasa di sini.”
Pria itu sama sekali tak tersenyum. Wajahnya tetap datar dan dingin seolah sedang negosiasi tender bisnis.
pasti keinginanmu akan tercapai..