Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak sampai 2 bulan
"Tabib Zhang, bagaimana keadaan suamiku..? kakinya bisa sembuh kan..?"
Liu Liyan amat cemas, ia tak sabaran untuk mengetahui hasilnya. Padahal tabib Zhang belum juga selesai memeriksa.
Tabib Zhang pun terkekeh lucu.
"Untuk kaki hanya cidera, bagian pergelangan ini cuma bergeser tidak sampai patah. Aku akan melakukan pijat refleksi dan akupuntur, dalam waktu 1 minggu suamimu sudah bisa berjalan lagi."
Sontak saja senyum bahagia terbit sempurna dari bibir Liu Liyan, Xiao Yun, Guo Xia, Xiao Yue dan Xiao Yan.
Pijat refleksi selama 1 jam dilakukan tabib Zhang, lalu dilanjutkan dengan akupuntur yang juga memakan waktu 1 jam.
Xiao Yue datang membawa segelas susu kedelai jahe jujube dan donat.
Mata tabib Zhang berkedut, melihat warna-warni donat manis yang nampak amat lezat.
Makanan apa itu..?
Cantik dan sepertinya sayang jika dirusak.
Bibirnya melengkung tipis, kala mencium aroma manis susu kedelai yang masih mengepulkan asap tipis dipermukaan.
Guo Xia mempersilahkan lelaki berusia 67 tahun itu untuk mencicipi suguhan.
Setelah selesai menancapkan 50 jarum dikedua kaki Xiao Yun, tabib Zhang beristirahat sebentar.
Donat cokelat menjadi pilihannya, sebelum meneguk susu kedelai hangat.
"Apa ini..?" tanya tabib Zhang penasaran penuh minta.
Liu Liyan pun menjelaskan dengan gamblang, dua jenis suguhan yang tersaji bagi pria tua itu.
"Aku baru tahu kalau kedelai bisa dijadikan susu. Aku fikir cuma untuk tahu dan sup saja."
"Kedelai bisa diolah menjadi banyak makanan. Lain kali jika aku membuatnya, tabib Zhang orang pertama yang akan kami undang untuk mencicipi."
Janji Liu Liyan yang disambut tawa senang tabib Zhang.
Setelah beristirahat sebentar, proses pengobatan dilanjutkan.
Sekarang bagian tangan kanan Xiao Yun yang patah.
Ringisan langsung terdengar, ketika tabib Zhang melepaskan kain penyangka yang menggantung dipundak Xiao Yun.
Perlahan tangan patah itu diluruskan, yang semakin membuat erangan Xiao Yun terdengar jelas.
"Ambil bungkusan yang berwarna merah dikotak obatku, larutkan dengan air panas."
"Baik...!"
Liu Liyan mematuhi titah tabib Zhang.
Larutan bubuk berwarna merah kehitaman beraroma herbal nan tajam, kental memenuhi mangkuk.
"Siapkan papan kayu dan tali. Tangan ini harus terus lurus agar proses regenerasi penyambungan tulang patahnya tidak terhambat."
Liu Liyan kembali bergerak, mencari papan kayu yang kokoh tapi ringan lalu mencucinya hingga bersih.
Sedangkan untuk tali, Guo Xia merobek salah satu bajunya menjadi beberapa bagian.
Dengan telaten, tabib Zhang mengurut ruas demi ruas otot dan jaringan tulang tangan Xiao Yun.
Satu jam berlalu, jarum akupuntur dikaki kini berpindah ketangan pria tampan itu.
Salep berwarna kuning, tabib Zhang oleskan kekaki kemudian dibalut dengan perban yang sudah dibasahi dengan cairan alkohol herbal.
"Setiap malam ganti perbannya, oleskan salep dan juga herbal alkohol ini."
Liu Liyan menerima pemberian tabib tua itu.
Satu jam berlalu, jarum akupuntur dilepas. Bubuk ramuan yang tadi dilarutkan Liu Liyan, dioleskan secara menyeluruh ketangan Xiao Yun.
Tahap kedua pembalutan perban, kemudian diapit dengan papan lalu diikat, agar tangan itu tetap diposisi lurus.
"Tiga hari lagi aku akan datang, tapi nanti kalau kau sudah bisa berjalan. Datang sendiri keklinik untuk perawatan tangannya."
Xiao Yun mengangguk "baik, terimakasih tabib Zhang..!"
Tabib Zhang mengambil kertas dan kuas, menulis resep lalu menyerahkannya pada Liu Liyan untuk ditebus.
"Ini resep yang harus dibeli, minum tiga kali sehari."
"Baik...!"
Tabib Zhang menghela nafas lega "tidak sampai 2 bulan, tanganmu akan kembali normal dan kau bisa mengikuti ujian provinsi."
Liu Liyan dan Guo Xia memekik senang. Mereka saling merangkul dengan netra berembun haru.
Begitu pula dengan Xiao Yue dan Xiao Yan.
Kalau Xiao Yun, pria tampan itu jauh lebih bahagia lagi. Impiannya untuk membahagiakan sang istri, ibu dan kedua adiknya dimasa depan, bukan cuma angan belaka saja.
"Maaf tabib Zhang, berapa aku harus membayarmu..?"
Tabib Zhang tersenyum "cukup kau bayar obatnya saja, 5 tahil perak."
Liu Liyan gegas mengambil guci uang yang ia taruh diatas meja.
"Terimakasih tabib Zhang, terimakasih banyak." ucap tulus Liu Liyan menyerahkan upah jasa tabib Zhang.
"Ini sudah menjadi tugasku, tidak perlu sekaku itu."
Sebagai cindera mata, Guo Xia memberikan 6 botol guci susu kedelai semua varian rasa, satu kotak donat dan 1 guci gula putih.
Tak lagi sungkan dan malu, tabib Zhang dengan senang hati menerimanya.
Setelah tabib Zhang pergi, Liu Liyan langsung memeluk posesif sang suami. 2 garis airmata bahagia menghiasi pipinya.
"Bukannya aku akan sembuh, kenapa menangis...?" tanya Xiao Yun yang padahal ia tahu arti tangisan istrinya itu.
"Kau sudah tahu jawabannya kan..?"
Xiao Yun terkekeh, memeluk erat tubuh ramping sang istri dengan tangan kirinya.
"Terimakasih, aku sangat beruntung karena memilikimu. Istriku ini yang paling baik dan terbaik."
"Aku jauh lebih beruntung karena bisa bersamamu."
Keduanya saling menatap, dengan jarak wajah cuma satu jengkal saja.
Terlihat jelas dari mata mereka, bahwa cinta itu teramat sangat dalam. Bukan cuma obsesi tapi tulus dari dasar hati.
Tak perlu diragukan pesona Xiao Yun mampu menjerat jiwa Chef Claudia untuk menaruh hati dan cinta.
Rasa yang kini ada sungguh amat tulus tanpa batas, gabungan kasih dari raga asli Liu Liyan dan jiwa Chef Claudia.
Tak heran, jika kini rasa Liu Liyan 2 kali lipat lebih besar dari sebelumnya.
"Aku mau membantu ibu memasak dulu ya..?" izin Liu Liyan setelah pergulatan bibirnya bersama sang suami terlerai.
Xiao Yun mengangguk "jangan lama-lama, aku sudah lapar."
"Oke..!"
Liu Liyan menuju kedapur. Ternyata ibu dan Xiao Yue sudah selesai memasak.
Akhirnya ia cuma membuat susu kedelai goji berry merah kayu manis saja.
Nampan besar berisi nasi, sup, tumisan kacang polong dan sosis serta daging panggang. Liu Liyan bawa kekamar untuk disantap bersama sang suami.