Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memenuhi Keinginannya
Sebenarnya Olivia cukup khawatir meninggalkan Dilon di sana, karena pasti Vanessa itu akan semakin gencar mendekati kekasihnya. Saat ada dirinya saja tidak malu menempeli Dilon terus, apalagi saat tidak ada.
Tetapi Olivia juga merasa bosan di sana, hanya diam saja dan hatinya pun sakit melihat kedekatan mereka. Jadi perempuan itu memutuskan pulang saja, sambil berharap Dilon di sana bisa menjaga batasan dengan sahabat kecilnya itu.
"Papa lihat Kak Oliv baru pulang, ih dasar anak bandel pulang sekolah kok malem-malem sih," celetuk Kai seolah meledek.
Saat Olivia sudah dekat dengan adiknya itu, Ia sengaja menjitak pelan kening Kai membuat adik laki-laki nya itu mengaduh kecil lalu mengusap-usap keningnya. Memang kadang Kai itu harus diberi pelajaran sedikit.
"Assalamu'alaikum Papa," ucap Olivia lalu menyalami tangan kanan Kevin.
"Waalaikumsalam, Olivia kenapa kamu baru pulang? Ini sudah mau jam tujuh loh," tanya Papanya bingung.
"Iya Pah, soalnya tadi ke rumah temen dulu. Neneknya meninggal dunia, jadi aku agak lama di sana," jawab Olivia jujur. Ya walau Ia sedikit enggan mengakui Vanessa adalah temannya.
"Bohong Pah, palingan Kak Oliv habis jalan-jalan sama Kak Dilon. Sekarang kan Kak Oliv punya pacar, jadi main terus," sahut Kai kembali memanas-manasi.
"Ish apaan sih anak kecil? Jangan sok tahu ya. Lagian Kakak gak bohong kok, kalau gak percaya tanyain aja nanti sama Dilon, orang kita ke sananya bareng," ucap Olivia ketus.
Kevin menggelengkan kepala melihat keributan itu, "Kai kamu ini suka banget godain Kakak kamu, sudah ah jangan buat Kakak kamu kesel," tegur nya.
Kai hanya tertawa lebar seperti kuda mendengar itu, Ia memang suka menggoda kakak perempuannya itu sampai membuatnya kesal. Karena tidak mau semakin dipojokkan, Kai pun memutuskan pergi dari sana.
"Papa ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Nenek teman kamu itu, tapi dia baik-baik aja kan?" tanyanya.
"Em kayanya enggak, soalnya Dilon bilang satu-satunya keluarga Vanessa cuman Neneknya itu aja. Jadi sekarang aku tahu pasti dia sangat terpukul banget," jawab Olivia dewasa.
"Apa Dilon juga dekat dengan teman kamu?"
"Malahan aku yang kenal dia dari Dilon, soalnya Vanessa itu temannya Dilon dari kecil. Mereka masih deket sampai sekarang." Olivia memilih jujur saja, tidak mau berbohong pada Papanya.
"Oh begitu ya," gumam Papanya sambil menganggukan kepala.
Olivia lalu terdiam sedang memikirkan kekasihnya itu di sana sedang ada bersama Vanessa. Tetapi kalau terus overthinking, hatinya ini semakin sakit saja. Olivia memutuskan mengenyahkan pikirannya dan pergi menuju kamarnya.
Ternyata keluarganya sudah makan malam lebih dulu, jadi nanti Olivia akan makan sendirian. Sebelumnya Ia akan mandi dulu karena badannya sangat gerah. Selesai mandi turun ke lantai bawah menuju ruang makan, duduk di kursi sendirian.
Drttt!
Melihat ponselnya bergetar ada yang menghubungi, membuat perhatian Olivia teralih. Melihat itu nama Dilon, segera Ia pun mengangkat nya. Kebetulan sekali, Olivia pun sedang memikirkannya.
"Hallo Dilon, ada apa?" tanyanya langsung.
["Gue di depan rumah lo, bisa keluar?"]
Kedua mata Olivia terbelak mendengar itu, "Serius kamu di depan rumah aku? Berarti kamu sudah pulang dari rumah Vanessa?"
["Iya sudah, lagian keluarga besar Vanessa juga udah pada datang jadi dia gak sendirian."]
"Ya sudah sebentar aku cuci tangan dulu, terus ke depan. Sudah dulu ya."
Setelah mematikan panggilan itu, Olivia beranjak dari duduknya. Tidak lupa Ia mencuci tangannya dahulu, lalu berlari kecil keluar dari rumahnya. Dari teras rumah sudah terlihat Dilon di depan gerbang.
Olivia pun tanpa minta bantuan satpam membuka gerbang rumahnya sendiri, lalu mendekati Dilon yang duduk di atas motor. Senyumannya terus terukir, tanda jika dirinya sedang senang.
"Aku kirain kamu bakalan lama di rumah Vanessa," ucap Olivia mengungkapkan ke khawatirannya.
"Tadi sih Vanessa terus nahan gue, dia juga bilang gak mau gue tinggalin. Tapi gue rasa dia butuh waktu bareng keluarga, gue takut ganggu karena bukan siapa-siapa," jawab Dilon.
Olivia segera mengangguk, "Iya bener, mereka memang butuh waktu privasi." Selain itu, Olivia bersyukur karena dua orang itu tidak lama bersama.
"Terus kenapa kesini dulu? Gak langsung pulang?" tanya Olivia.
Dilon terlihat tersenyum kecil lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ia memberikan paperbag berukuran sedang itu pada Olivia, memintanya untuk membuka lewat tatapan.
Olivia pun menerima saja, saat Ia keluarkan isinya dibuat terkejut sendiri. Ini adalah airpods keinginannya, tapi bagaimana bisa secepat ini Ia mendapatkannya?
"Jangan bilang sebelum kesini kamu beli dulu?" tanya Olivia sumringah.
"Enggak sih, gue nyuruh temen gue yang kebetulan lagi di Mall bareng pacarnya. Terus tadi ketemuan sebentar, gue langsung kesini deh buat ngasihin ke lo," Jawab Dilon sambil mengedikkan bahunya.
Sanking senang dan terharunya, Olivia sampai melompat-lompat kecil layaknya anak kecil yang sedang kegirangan. Mungkin ini adalah rekor tercepat dimana keinginannya akan sesuatu bisa terkabul.
"Makasih Dilon, aku kira kamu gak serius mau beliin ini untuk aku," ucap Olivia dari dalam hati.
Dilon mengangguk lalu mengusap kepalanya, "Lihat lo seneng, gue juga jadi seneng. Jangan sungkan minta apapun, gue pasti bakal usahain buat kabulin," katanya.
Mendengar itu tentu saja membuat Olivia senang. Ternyata Dilon ini sangat romantis, juga manis. Pria itu memang selalu bersikap menyebalkan, tapi di satu sisi juga pasti ada sikap romantis begini. Olivia menyukainya.
Olivia sempat menawarkan Dilon untuk singgah di rumahnya dulu, tapi pria itu menolak dan katanya ingin langsung pulang saja. Padahal Olivia baru kali ini menawarkan begitu, mungkin karena ingin membalas sedikit kebaikan Dilon.
"Kamu pasti capek banget ya? Nanti kalau sudah sampai di rumah, mending mandi dulu terus makan. Jangan dulu tidur pokoknya sebelum makan, ya?" nasihat Olivia.
"Iya sayang, gue dengerin kok," ucap Dilon sambil mencubit pipinya gemas.
"Besok kamu mau sekolah kan?"
Dilon yang akan memakai helmnya langsung terhenti, baru mengingat ini. Pria itu bilang besok tidak akan masuk sekolah karena akan ikut pemakaman Neneknya Vanessa, Ia harus hadir di sana.
"Huft ya sudah deh gak papa, aku bisa berangkat sama Pak Agus juga," ucap Olivia agak sedih, tapi Ia tidak boleh egois.
"Cuman sehari kok, kayanya lo ini pengen banget ya setiap hari ketemu sama gue? Lo pasti setiap menit selalu kangen kan sama gue?" tanya Dilon kepedean.
"Ish apaan sih? Enggak tuh. Kayanya bukan aku, tapi kamu kan yang selalu inget aku setiap menit?" balas Olivia.
"Haha kalau iya gimana? Lo itu emang selalu gangguin pikiran gue," jawab Dilon tidak malu.
***