Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ( Akibat Lingerie)
Pesta sudah usai, Teresa sudah berganti pakaian dengan pakaian tidurnya yang nyaman di pakai. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, dan Wiliam belum juga kembali ke kamar sejak ia pamit untuk minum bersama dengan Julian.
Langkah Teresa terus mencari keberadaan Wiliam. Tangannya terus memegang ponsel untuk mencoba menghubungi pria itu. Ia kesal saat Wiliam tidak mengangkat panggilannya.
Teresa mencoba untuk datang ke kamar yang ditempati oleh Julian dan juga Ruby. Tere mencoba mengetuk pintunya. Ia mengetuk tiga kali ketukan pertama, dan tidak ada jawaban. Ia juga mencoba untuk memencet bel, dan akhirnya ada seseorang yang membukakan pintunya.
“Teresa?” ucap Julian.
“Hai kak, apa Wiliam disini?” tanya Teresa.
“Dia di dalam. Masuklah!” ucap Julian dan mempersilahkan Teresa untuk masuk.
Dan terlihatlah disana. Wiliam sudah setengah sadar dan sedang duduk di sofa. Banyak botol minuman yang berserakan disini. Tere juga melihat Ruby yang keluar dari ruangan kamar hotel ini.
“Tere? Kau sudah bangun? Tadi kau tidur, jadi aku pergi tanpa pamit” ucap Ruby sembari melemparkan senyumannya.
Teresa kembali mengingat kejadian tadi, ia mengetahui sebuah fakta lain. Fakta bahwa Ruby tau semua tentangnya dan juga Wiliam. Teresa mencoba memaksakan senyumannya agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“Maaf kak, aku sangat kelelahan tadi” ucap Tere.
“Baiklah aku mengerti” ucap Ruby.
Mata Teresa beralih kearah Wiliam yang sedang memejamkan matanya di sofa. Pakaiannya sudah berantakan, dengan dasi yang sudah terlepas dan juga beberapa kancing kemeja putihnya.
“Aku akan membawanya pulang” ucap Tere kepada Julian.
“Aku akan membantumu” ucap Julian .
“Tidak usah kak, aku sudah meminta pegawai hotel untuk menyiapkan kursi roda” ucap Tere.
Dan selanjutnya, datanglah pegawai hotel masuk dan membawa kursi roda untuk Wiliam. Tere meminta pegawai hotel itu membantu Wiliam untuk duduk di kursi rodanya.
Dan sampai Wiliam duduk di kursi roda pun, ia masih belum membuka matanya. Walaupun ada sisa-sisa kesadaran di dalam dirinya. Teresa segera berpamitan kepada Julian dan juga Ruby.
“Maaf sudah merepotkan kalian, aku akan membawa Wiliam” ucap Tere dan pamit.
“Hati-hati Tere” ucap Ruby.
Teresa mendorong kursi roda itu dengan lebih kuat, ia berusaha sekuat tenaga. Karena Wiliam ternyata sangat berat, ia akhirnya menyerah dan meminta pegawai hotel untuk membantunya. Sementara ia berjalan di belakangnya.
Setelah masuk ke dalam kamar hotel miliknya, Tere membiarkan pegawai hotel itu untuk membantu Wiliam naik ke tempat tidur. Tere segera memberi beberapa lembar uang untuk ucapan terimakasihnya kepada pegawai hotel itu.
Tere menutup pintu hotel setelah pegawai itu keluar. Tidak lupa ia menguncinya, lalu ia membuka piyama tidur panjang yang dipakainya sejak tadi. Sekarang hanya menyisakan lingerie seksi berwarna hitam.
Lalu Tere menghela nafasnya saat melihat Wiliam yang terus memejamkan matanya. Ia heran, berapa botol minuman yang sudah ia minum bersama Julian. Tere segera mendekatinya dan duduk di sampingnya.
“Aku akan melepaskan kemeja yang bau alkohol ini!” ucap Tere dan melepas satu persatu kancing kemeja yang dipakai Wiliam.
Wiliam hanya merespon dengan gumaman yang tidak jelas. Tere langsung mencubit lengan pria itu, dan tidak ada respon apapun. Teresa penasaran dan ingin memastikan bahwa Wiliam benar-benar mabuk dan tidak berpura-pura.
“Kau mabuk bukan? Tidak berpura-pura?” bisik Teresa, dan tidak ada respon apapun.
“Baiklah. Ini kesempatan bagiku” ucap Teresa dan naik keatas tubuh Wiliam.
Teresa mulai membuka kemeja Wiliam setelah semua kancingnya terbuka. Ia terdiam sejenak dan melihat pemandangan di depannya. Ia mengagumi bentuk tubuh Wiliam.
“Wow! Apa kau rajin olahraga Wiliam?” ucap Tere sembari terkekeh.
“Tidak apa bukan jika aku menyentuhnya sedikit?” ucap Tere kepada dirinya sendiri.
Jari-jarinya mulai menyentuh perut sixpacknya yang terbentuk dengan baik. Mata Teresa tidak bisa berpaling dari pemandangan di depannya. Ia merasa tergoda saat melihat postur tubuh milik suaminya ini.
“Kenapa aku merasakan ini? Apa karena sudah satu tahun lebih aku tidak merasakan sesuatu seperti ini?” batin Tere.
Teresa segera menggeleng pelan kepalanya. Ia menyadarkan dirinya sendiri, bahwa apa yang dilakukannya sekarang adalah sebuah kesalahan. Jika ia macam-macam dengannya malam ini, maka sudah bisa di pastikan bahwa besok ia akan dalam bahaya.
Teresa langsung melepas kemeja putih yang di kenakan Wiliam. Lalu ia melemparnya ke sofa, ia membawa piyama tidur milik Wiliam dan berniat untuk memakaikannya kepada pria itu. Tapi langkah Teresa terhenti dengan tiba-tiba.
“Kurasa lebih baik jika dia bertelanjang dada” ucapnya dan melempar piyama tidur itu.
“Dia tidak akan kedinginan! Karena aku akan tidur sembari memeluknya” ucap Tere dengan senyum penuh kemenangan.
Tere segera naik keatas tempat tidur yang sama dengan Wiliam. Ia merapatkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Wiliam. Ia menarik selimut untuk di pakai bersama, lalu Tere memeluk Wiliam dengan erat.
“Selamat malam Wiliam”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, pukul 08.00.
Cahaya matahari mulai memaksa masuk dari celah-celah tirai hotel, dan berhasil membangunkan seseorang dari tidur nyenyaknya. Wiliam mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya. Matanya terpaku pada langit-langit kamar yang tidak seperti kamar miliknya.
Lalu matanya membulat saat ia sadar akan sesuatu. Ia sadar bahwa ia baru saja menikah dan sekarang ia sedang berada di kamar hotel. Lalu yang lebih membuatnya terkejut adalah, ia melihat Teresa yang sedang tertidur disampingnya sembari memeluknya erat.
Bahkan lengannya terasa mati rasa karena telah menjadi bantal untuk Teresa. Ia bahkan mendadak tidak bisa menggerakkan tangan kanannya. Lalu Wiliam kembali terkejut saat sadar bahwa ia tidak memakai pakaian.
“Sialan! Apa yang dia lakukan padaku!” ucap Wiliam dengan kesal.
Ia bernafas lega saat sudah memastikan bahwa dirinya masih memakai celana dan sabuk yang lengkap. Itu pertanda bahwa semalam, ia tidak melakukan sesuatu di luar batas dengan Teresa.
Lalu matanya beralih kepada Teresa yang mengusap perutnya dengan tangannya. Mata Wiliam salah fokus dengan pakaian seksi yang dipakai Teresa saat ini. Ia bisa melihat bagian dada wanita itu dengan jelas, karena pakaian yang di kenakannya sedikit tertarik karena posisi tidurnya.
Wiliam segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia meneguk ludahnya sendiri, ia bersikeras untuk tidak melihat kembali kearah itu. Tapi Wiliam tidak bisa menahan hasrat dalam dirinya, matanya kembali melihat kearah tubuh Teresa yang terbuka.
Ia larut dalam hasratnya, ia tergoda dengan kecantikan Teresa saat ini. Tanpa sadar, membuat tangannya Menyentuh lengan tali pakaian Teresa. Ia sedikit menurunkannya dan menyentuh kulit halus Tere dengan tangannya.
Jantungnya mendadak berdebar lebih kencang dari biasanya, seolah ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Jari-jarinya terus menyentuh Teresa dengan lembut, matanya beralih menatap bibir Tere yang berwarna pink. Seperti bukan dirinya, Wiliam mulai mendekatkan wajahnya ke Teresa.
‘Tok
‘Tok
‘Tok
Tapi sebuah suara ketukan pintu berhasil menyadarkannya. Wiliam segera menjauhkan wajahnya, ia juga menarik tangan kanannya yang dijadikan bantal oleh Teresa. Ia segera memakai kemejanya dan segera membuka pintu.
Teresa langsung membuka matanya. Ia sudah bangun dari tidurnya, bahkan sebelum Wiliam membuka matanya. Ia tau apa yang Wiliam lakukan padanya, Tere tau semuanya. Dan dia membiarkan itu semua, karena dia menikmatinya juga.
“Sial! Siapa yang mengganggu pagi-pagi begini!” batin Teresa berteriak kesal.
Wajah Teresa terlihat sangat kesal saat ini. Ia segera bangkit dan melihat siapa yang datang. Dan ia melihat Dion yang sedang membicarakan sesuatu dengan Wiliam di depan pintu.
Wiliam yang sadar bahwa Dion melihat Teresa, ia sedikit menutup pintunya. Ia tidak ingin Dion melihat penampilan Teresa saat ini. karena menurutnya, pakaian Teresa saat Ini sangat terbuka dan tidak cocok disebut sebagai pakaian.
“Aku akan kembali bekerja dua hari lagi, hari ini aku akan langsung ke kediaman keluargaku. Kau bantu aku urus semuanya dengan baik” ucap Wiliam.
“Baiklah kau bisa tenang. Dan berbahagialah pengantin baru!” ucapnya dan pergi begitu saja.
Wiliam menutup pintunya. Ia kembali dibuat terkejut dengan pemandangan di depannya. Ia bisa melihat bagian punggung Teresa yang terbuka akibat dari pakaian tidur yang di kenakannya.
“Baju apa yang kau pakai Teresa!” teriak Wiliam kesal, bahkan wajahnya terlihat sangat putus asa.
“Kenapa! Apa itu merugikanmu?” ucap Tere dengan wajah kesal.
“Kau tidak boleh memakai pakaian seperti itu di depanku Teresa. Kumohon!”
...----------------...
minta lanjuttttt
lanjutttttt