Alina seorang pegawai staf di perusahaan ternama jatuh cinta sama Gilang seorang office boy yang tampan.
Alina tidak mengetahuinya kalau Gilang adalah seorang CEO di perusahaan tempat nya bekerja.
Gilang menyamar sebagai office boy di perusahaan ayah nya hanya untuk mencari sosok perempuan yang menerima dia apa adanya.
Dia pindahan dari luar negeri jadi belum ada yang tahu tentang dia sebenar nya.
Dia muak sama wanita yang matre karena dia sering di manfaatin sama para wanita yang hanya melihat kekayaan nya saja.
Hingga akhir nya Gilang bertemu dengan Alina yang menerima dia apa ada nya.
Hingga suatu hari Alina mengetahui kebenaran nya, dan pergi menjauh dari sisi gilang karena merasa minder dengan keadaan diri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seorang CEO
Pagi hari keluarga pak Surya sudah kumpul di meja makan, kecuali Gilang yang belum ada.
Setelah di rasa rapih Gilang pun datang dan duduk di meja makan tanpa bicara sedikit pun, sikap Gilang berubah seratus persen.
Penampilan nya kini bukan seperti OB, tapi dia memakai pakaian Formal dengan setelan kerja nya.
Pak Surya dan bu Dewi pun saling menatap heran dengan sikap Gilang anak nya.
Bahkan Dhea adik nya dan Glen pun merasa heran dengan perubahan sikap Gilang.
"Nak ayo kita sarapan, bukan kah kita akan ke rumah nya Alina? Tanya bu Diah sambil memberikan piring yang sudah dia isi dengan sarapan pagi nya.
"Ngga perlu mah, ngga jadi" jawab Gilang dengar datar sambil mengambil piring yang di berikan
"Kenapa? Bukan kah kamu mau bertanggung jawab nak? kembali bu Dewi bertanya.
Gilang hanya diam tidak menjawab pertanyaan ibu nya, dia hanya fokus sama sarapan yang ada di hadapan nya.
"Nanti Dhea jelaskan mah" bisik Dhea pada ibu nya, bu Dewi pun hanya mengangguk.
"Kamu mau mulai mengambil alih CEO nak? Tanya pak Surya.
"Iya pah, mulai sekarang Gilang yang akan mengurus nya" jawab Gilang sambil membersihkan mulut nya dengan tisu.
"Baik lah, semoga perusahaan kita semakin maju di bawah kepemimpinan kamu" ucap pak Surya.
"Makasih pah, kalau begitu Gilang berangkat." ucap Gilang sambil pamit kepada ke dua orang tua nya lalu pergi meninggalkan ruang makan.
Mereka hanya bisa menatap Gilang yang sedang melangkah keluar dengan tatapan yang heran.
"Dek, sebenar nya ada apa dengan kakak mu itu? Semalam dia biasa saja? Tanya bu Dewi.
"Alina sekeluarga sudah pergi mah." jawab Dhea.
"Kok bisa? Tahu darimana kalau ALina sudah pergi? Tanya bu Dewi, sedang kan Glen dan pak Surya hanya jadi pendengar saja.
"Semalam kita ke rumah Alina karena ponsel Alina ngga bisa di hubungi sama sekali dari siang, tapi setelah kita sampai di rumah nya Alina, rumah itu sudah kosong tak berpenghuni." jawab Dhea.
"Jadi mereka sudah pergi dan meninggalkan Gilang? Apa mereka sudah mengetahui identitas Gilang? Tanya bu Dewi.
"Nah, itu dia yang mau kita cari tahu hari ini mah, soalnya kan di kantor ngga ada yang tahu identitas kak Gilang selain kita berdua" jawab Dhea.
"Ya sudah nanti kita cari tahu, papah akan menyuruh anak buah papah untuk mencari keberadaan Alina." ucap pak Surya.
"Kita juga akan terus mencari tahu, kalau kita ngga menemukan Alina, aku takut sikap kakak akan terus seperti itu" ucap Dhea.
"Ya sudah, papah berangkat, kalian cepat berangkat jangan sampai telat, CEO nya sudah berangkat." ucap pak Surya sedikit bercanda di pagi yang menegangkan itu.
Glen dan Dhea pun tersenyum mendengar perkataan dari papah nya," iya pah" jawab mereka berdua sambil tersenyum.
Pak Surya pun pergi dan di susul oleh Glen dan Dhea.
"Kalau begitu kita berangkat dulu ya mah" ucap Dhea sambil mencium telapak tangan bu Dewi, di susul oleh Glen.
"Kalian hati-hati ya? Ucap bu Dewi sambil tersenyum.
"Iya mah" jawab Glen dan Dhea, lalu pergi meninggalkan bu Dewi sendirian.
"Kemana Alina pergi ya? Baiklah aku juga akan ikut mencari nya, tapi aku ngga tahu alamat rumah nya." gumam bu Dewi.
*
*
Gilang pun sampai di pelataran kantor, semua karyawan menatap kaget dengan penampilan Gilang yang sekarang.
"Dia Gilang yang OB itu kan? Tanya salah satu karyawan kepada teman nya.
"Iya benar, dia Gilang yang OB itu, tapi kenapa penampilan nya sekarang seperti seorang CEO ya? jawab teman nya yang kembali memberikan sebuah pertanyaan.
"Entah lah kita lihat saja nanti, kalau Gilang seorang CEO gimana ya? Tanya nya kembali.
"Ya ngga gimana-gimana, udah lah ayo kita lanjut kerja, ntar kena sp lagi" ucap teman nya.
Mereka pun kembali bekerja dengan rasa penasaran yang tinggi.
Gilang masuk ke ruangan CEO, dan duduk di kursi kebesaran nya dengan wajah yang dingin dan datar.
Kini tidak ada lagi Gilang yang suka tersenyum dan bercanda, kini yang ada hanya Gilang yang dingin, datar dan ketus.
Suara pintu pun di ketuk, dan masuk lah Desi dengan gaya yang di buat-buat, dia kira yang duduk di kursi itu adalah Glen, karena Gilang lagi menunduk mengerjakan berkas-berkas nya.
"Pak Glen, ada yang harus anda tanda tangani" ucap Desi dengan nada yang sedikit manja dan di buat-buat.
"Taro saja di situ" jawab Gilang tanpa melihat sedikit pun ke arah Desi.
Desi pun menyimpan berkas dan menatap ke arah Gilang yang tidak melihat nya.
"Pak, berkas nya saya tunggu ya? Soalnya laporan itu harus segera masuk" ucap Desi dengan sengaja menunduk kan kepalanya biar bukit kembar yang dia miliki terlihat.
Gilang pun mengambil dan menandatangani berkas yang di bawa Desi.
"Ini sudah selesai kan? Kalau sudah tidak ada yang penting lagi, silahkan ibu keluar dari ruangan saya." ucap Gilang sambil menunjuk ke arah pintu.
"Gilang? Kamu? Kamu kan Gilang yang Ob baru itu? Tanya Desi dengan wajah kaget nya.
"Ya saya Gilang, kenapa? Ada masalah? Tanya Gilang dengan wajah datar nya.
"Ngga, ini ngga mungkin? Kamu kan OB? Kenapa sekarang kamu duduk di kursi CEO? Tanya Desi.
"Dia duduk di kursi CEO, karena dia memang CEO perusahaan ini." teriak Glen yang baru masuk ke ruangan.
"Pak Glen? Tapi kemarin dia kan? Ucap Desi yang tidak melanjutkan kalimat nya karena dia masih bingung dengan semua ini.
"OB? Ya kemarin dia memang OB, tapi sekarang dia seorang CEO atasan anda" jawab Glen memperjelas kembali.
"Kok bisa secepat itu sih dari OB menjadi CEO" gumam Desi yang masih terdengar oleh Glen.
"Ya bisa lah, karena sejak lahir dia sudah menjadi CEO perusahaan ini" ucap Glen.
"Apa! Berarti Gilang ini?" ucap Desi dengan wajah bingung nya menatap ke arah Gilang yang sedang memeriksa berkas-berkas yang ada di meja kerja nya.
"Pikir saja sendiri, sudah lanjut kerja ini bukan waktu nya untuk ngerumpi" ucap Glen.
"Baik pak Glen, kalau begitu saya permisi." ucap Desi lalu pergi meninggalkan ruangan Gilang.
"Kata pak Glen tadi kalau Gilang itu sudah jadi CEO sejak lahir? Berarti Gilang itu anak nya pak Surya, apa! Jika benar Gilang adalah anak nya pak Surya, berarti dia adalah pewaris harta pak Surya, ah bodoh nya aku, aku sudah menghina nya sejak jadi OB, gimana cara merayu Gilang ya? Gumam bathin Desi sambil terus melangkah menuju ruangan nya.